- Sunarmani
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Preferensi Konsumen Bunga Potong Segar Alpinia Sunarmani, -; Nurmalinda, -; Amiarsi, Dwi
Jurnal Hortikultura Vol 21, No 1 (2011): Maret 2011
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Alpinia merupakan jenis bunga potong tropis yang disukai kosumen hotel, floris, dan rumah tangga, namun belum banyak dikenal masyarakat luas. Oleh karena itu jenis bunga potong tersebut perlu disosialisasikan memiliki potensi untuk dikembangkan dalam agribisnis tanaman hias. Penelitian bertujuan mendapatkan informasi preferensi konsumen terhadap bunga potong Alpinia. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2004 sampai Maret 2005 dengan metode survai. Responden yang dipilih ialah pedagang (floris), hotel (berbintang empat dan lima) dan rumah tangga masing-masing sebanyak 10, 9, dan 13 responden. Pemilihan responden dilakukan secara sengaja, berdasarkan pertimbangan bahwa responden tersebut merupakan konsumen Alpinia dalam bentuk bunga potong. Analisis data untuk menentukan preferensi konsumen dilakukan dengan menggunakan Chi-Square (P=0,01) dan untuk faktor-faktor yang memengaruhi konsumen dalam pemilihan Alpinia menggunakan metode ranking. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor utama yang menjadi pertimbangan konsumen dalam pembelian bunga potong Alpinia ialah warna bunga. Selera konsumen hotel terhadap bunga potong Alpinia ialah warna merah, ukuran besar, tingkat kemekaran 50% kuncup, jumlah daun per tangkai tiga helai, panjang tangkai  lebih dari 50 cm, dan harga sedang atau murah. Konsumen rumah tangga menyenangi bunga Alpinia berwarna merah, ukuran besar, mekar penuh, tanpa daun, panjang tangkai lebih dari 50 cm dengan harga sedang atau murah. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengembangan agribisnis Alpinia dan upaya pemuliaannya.Alpine is a tropical cut flowers which is preferred by consumers of hotels, florists, and households, but the cut flower has not been widely known by people. It is required to be introduced for the development of its agribusiness. The objective of this research was to identify the consumer’s preference on Alpine cut flower. Primary data were collected from 10 respondents of florist, nine respondents of four and five star hotels, and 13 respondents of household. The respondents were purposively chosen based on that  they are Alpine consumers. Consumer’s preferences were analyzed by a ranking technique and tested by Chi-Square analyses (P=0.01). The results showed that the major factor  of consumenr’s preference was color interest. Hotel consumers prefered red color, outgrows flower, 50% buds opening, total leaf per stalk was three, stalk length more than 50 cm, and lower or medium price. Meanwhile, family consumer’s favoured rudle flower, big, and full opening flower, without leaf, stalk length more than 50 cm, and low or medium price.  This comsumer’s preference study will be useful for farmers to develop Alpine cut flower needed by consumers, and also for researchers to develop new superior varieties.
Karakteristik Mutu dan Ketahanan Simpan Bunga Potong Sedap Malam di Sentra Produksi Sunarmani, -; Amiarsi, Dwi
Jurnal Hortikultura Vol 22, No 1 (2012): Maret 2012
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sampai saat ini mutu bunga sedap malam (Polianthes tuberose L.) yang diproduksi oleh petani kecil belum dapat memenuhi mutu sesuai kebutuhan pasar. Penurunan mutu bunga sedap malam diduga berkaitan dengan kurangnya keseragaman diameter tangkai bunga, bentuk tangkai bunga, dan sebagainya. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi mengenai karakteristik mutu bunga potong sedap malam komersial di sentra-sentra produksi. Mutu bunga sedap malam sangat ditentukan oleh ukuran tangkai bunga dan kesegaran bunga. Penelitian dilakukan sejak bulan Juli 2006 sampai  dengan Februari 2007. Sampel bunga potong sedap malam dipanen dari daerah Cianjur (Jawa Barat), Bandungan (Jawa Tengah), dan Pasuruan (Jawa Timur) masing-masing sebanyak 100 tangkai untuk diamati karakteristik fisiknya, yaitu panjang tangkai bunga, diameter bunga, panjang bunga, warna, dan kesegaran bunga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bunga potong sedap malam dari daerah Jawa Timur adalah tipe bunga tunggal dengan jumlah bunga per malai 49,1 ± 8,2, stadia kemekaran bunga 1,6±0,5, dan diameter tangkai bunga 10,8±1,5 cm. Aroma bunga sangat tajam, dengan penampilan lebih ramping dibanding bunga potong sedap malam asal Jawa Barat dan Jawa Tengah. Informasi mengenai mutu bunga potong sedap malam  sangat bermanfaat bagi pedagang atau eksportir untuk mendapatkan produk yang diinginkan pasar atau konsumen.Quality of tuberose cut flowers which are produced by small farmers until now has not enough to fulfil market demand. The decrease of tuberose cut flower quality is believed to be related to unavailability of stalk diameter and other flower characteristics. The aim of the study was to determine quality characteristics of fresh tuberose cut flowers harvested from  farmer field  in production centers. Tuberose cut flowers quality is mainly affected by the flowers size and freshness. The research was conducted from July 2006 to February 2007. Tuberose cut flower were freshly harvested at farmer  field in Cianjur (West Java), Bandungan (Central Java), and Pasuruan (East Java), 100 samples collected from each district. The cut flower samples were observed and evaluated for physical appearance i.e. length of flower stalk, diameter, color, and freshness. The results showed that the tuberose cut flower from East Java was a single type with flower number 49.1 ± 8.2, the number of opening flower 1.6 ± 0.5, stem diameter 10.8 ± 1.5 cm. The aroma of the flowers was very keen compared to slimmer appearance of delicate tuberose cut flowers from West Java and Central Java. The information of tuberose cut flowers characteristics will benefit to saler or exporters to obtain the product that demanded by market and consumers.  
Karakteristik Mutu dan Ketahanan Simpan Bunga Potong Sedap Malam di Sentra Produksi Sunarmani, -; Amiarsi, Dwi
Jurnal Hortikultura Vol 21, No 2 (2011): JUNI 2011
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sampai saat ini mutu bunga sedap malam (Polianthes tuberose L.) yang diproduksi oleh petani kecil belum dapat memenuhi mutu sesuai kebutuhan pasar. Penurunan mutu bunga sedap malam diduga berkaitan dengan kurangnya keseragaman diameter tangkai bunga, bentuk tangkai bunga, dan sebagainya. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi mengenai karakteristik mutu bunga potong sedap malam komersial di sentra-sentra produksi. Mutu bunga sedap malam sangat ditentukan oleh ukuran tangkai bunga dan kesegaran bunga. Penelitian dilakukan sejak bulan Juli 2006 sampai  dengan Februari 2007. Sampel bunga potong sedap malam dipanen dari daerah Cianjur (Jawa Barat), Bandungan (Jawa Tengah), dan Pasuruan (Jawa Timur) masing-masing sebanyak 100 tangkai untuk diamati karakteristik fisiknya, yaitu panjang tangkai bunga, diameter bunga, panjang bunga, warna, dan kesegaran bunga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bunga potong sedap malam dari daerah Jawa Timur adalah tipe bunga tunggal dengan jumlah bunga per malai 49,1 ± 8,2, stadia kemekaran bunga 1,6±0,5, dan diameter tangkai bunga 10,8±1,5 cm. Aroma bunga sangat tajam, dengan penampilan lebih ramping dibanding bunga potong sedap malam asal Jawa Barat dan Jawa Tengah. Informasi mengenai mutu bunga potong sedap malam  sangat bermanfaat bagi pedagang atau eksportir untuk mendapatkan produk yang diinginkan pasar atau konsumen.Quality of tuberose cut flowers which are produced by small farmers until now has not enough to fulfil market demand. The decrease of tuberose cut flower quality is believed to be related to unavailability of stalk diameter and other flower characteristics. The aim of the study was to determine quality characteristics of fresh tuberose cut flowers harvested from  farmer field  in production centers. Tuberose cut flowers quality is mainly affected by the flowers size and freshness. The research was conducted from July 2006 to February 2007. Tuberose cut flower were freshly harvested at farmer  field in Cianjur (West Java), Bandungan (Central Java), and Pasuruan (East Java), 100 samples collected from each district. The cut flower samples were observed and evaluated for physical appearance i.e. length of flower stalk, diameter, color, and freshness. The results showed that the tuberose cut flower from East Java was a single type with flower number 49.1 ± 8.2, the number of opening flower 1.6 ± 0.5, stem diameter 10.8 ± 1.5 cm. The aroma of the flowers was very keen compared to slimmer appearance of delicate tuberose cut flowers from West Java and Central Java. The information of tuberose cut flowers characteristics will benefit to saler or exporters to obtain the product that demanded by market and consumers. 
Tingkat Kematangan Panen Buah Nenas Sampit untuk Konsumsi Segar dan Selai Diharjo, Sabari Sosro; Suyanti, -; Sunarmani, -
Jurnal Hortikultura Vol 16, No 3 (2006): September 2006
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Nenas Sampit dari Kalimantan Tengah merupakan nenas bermutu terbaik dan dikenal luas. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mendapatkan tingkat kematangan optimum nenas Sampit untuk konsumsi segar dan pembuatan selai nenas. Nenas Sampit dipanen pada 6 tingkat kematangan, yaitu tua, breaker, breaker 25% matang, >25-50% matang, >50-75% matang, dan >75% matang. Nenas dipanen dari sentra produksi nenas di Sampit dan diangkut dengan mobil ke Palangkaraya serta dilanjutkan dengan pesawat terbang ke Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nenas Sampit untuk konsumsi segar dapat dipanen pada >breaker-25% matang dengan daging buah 69,92% dan nisbah PTT/asam 18,9. Buah segar tahan disimpan selama 4 hari pada kondisi kamar dan 6 hari pada suhu 150C. Sebagai dasar selai, nenas dapat dipetik pada >breaker-25% matang dan diproses menjadi selai dengan penambahan 65% gula dan 2% asam sitrat. Dengan formula di atas, rendemen selai mencapai 67,30% dengan kualitas baik yang ditunjukkan dengan skor warna dan rasa masing-masing 3,37 dan 3,95. Untuk keperluan industri, menyimpan hancuran daging buah nenas lebih menguntungkan karena tahan simpan selama 30 hari pada suhu 150C. Untuk menjaga mutu dan percepatan proses pemasakan dan meningkatkan rendemen, pencampuran gula dilakukan pada saat 20% air telah diuapkan dan penggunaan 0,5% pektin dalam adonan.ABSTRACT. Sabari, S.D., Suyanti, and Sunarmani. 2006. Maturity of Sampit pineapple for table fruit and jam. Sampit pineapple was a welknown pineapple cultivar produced in Central Kalimantan Province due to its best quality. A study was conducted to determine the proper maturity of pineapple for table fruit as well as for jam. Sampit pineapple cultivar was picked at 6 maturities based on the yellow color development as sign of the ripeness, i.e. breaker, >breaker-25% ripen, >25-50% ripen, >50-75% ripen, and >75% ripen. Harvested pineapple was transported by car from Sampit District to Palangkaraya and continued by plane to Jakarta. The results indicated that as table fruit the pineapple could be harvested at >breaker-25% ripe with 69.92% of flesh and TSS acidity ratio of 18.9. The fresh pineapple stood for 4 days at ambient condition and for 6 days at 150C of storage. For pineapple jam, the proper fruit maturity was at >breaker-25% ripen. At such ripeness, the best jam quality was achieved by the formula of 65% sugar and 2% citric acid, as indicated by 67.30% of rendemen and good quality shown by score of color and taste of 3.37 and 3.95, respectively. The crushed pineapple flesh maintain its quality for 30 days stored at 150C. To improve jam quality, less prosessing time and higer rendemen, the sugar used for jam processing was added at the time when 20% of water was evaporated and the addition of 0.5% pectin
Karakteristik Mutu dan Ketahanan Simpan Bunga Potong Sedap Malam di Sentra Produksi - Sunarmani; Dwi Amiarsi
Jurnal Hortikultura Vol 21, No 2 (2011): JUNI 2011
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v21n2.2011.p191-196

Abstract

Sampai saat ini mutu bunga sedap malam (Polianthes tuberose L.) yang diproduksi oleh petani kecil belum dapat memenuhi mutu sesuai kebutuhan pasar. Penurunan mutu bunga sedap malam diduga berkaitan dengan kurangnya keseragaman diameter tangkai bunga, bentuk tangkai bunga, dan sebagainya. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi mengenai karakteristik mutu bunga potong sedap malam komersial di sentra-sentra produksi. Mutu bunga sedap malam sangat ditentukan oleh ukuran tangkai bunga dan kesegaran bunga. Penelitian dilakukan sejak bulan Juli 2006 sampai  dengan Februari 2007. Sampel bunga potong sedap malam dipanen dari daerah Cianjur (Jawa Barat), Bandungan (Jawa Tengah), dan Pasuruan (Jawa Timur) masing-masing sebanyak 100 tangkai untuk diamati karakteristik fisiknya, yaitu panjang tangkai bunga, diameter bunga, panjang bunga, warna, dan kesegaran bunga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bunga potong sedap malam dari daerah Jawa Timur adalah tipe bunga tunggal dengan jumlah bunga per malai 49,1 ± 8,2, stadia kemekaran bunga 1,6±0,5, dan diameter tangkai bunga 10,8±1,5 cm. Aroma bunga sangat tajam, dengan penampilan lebih ramping dibanding bunga potong sedap malam asal Jawa Barat dan Jawa Tengah. Informasi mengenai mutu bunga potong sedap malam  sangat bermanfaat bagi pedagang atau eksportir untuk mendapatkan produk yang diinginkan pasar atau konsumen.Quality of tuberose cut flowers which are produced by small farmers until now has not enough to fulfil market demand. The decrease of tuberose cut flower quality is believed to be related to unavailability of stalk diameter and other flower characteristics. The aim of the study was to determine quality characteristics of fresh tuberose cut flowers harvested from  farmer field  in production centers. Tuberose cut flowers quality is mainly affected by the flowers size and freshness. The research was conducted from July 2006 to February 2007. Tuberose cut flower were freshly harvested at farmer  field in Cianjur (West Java), Bandungan (Central Java), and Pasuruan (East Java), 100 samples collected from each district. The cut flower samples were observed and evaluated for physical appearance i.e. length of flower stalk, diameter, color, and freshness. The results showed that the tuberose cut flower from East Java was a single type with flower number 49.1 ± 8.2, the number of opening flower 1.6 ± 0.5, stem diameter 10.8 ± 1.5 cm. The aroma of the flowers was very keen compared to slimmer appearance of delicate tuberose cut flowers from West Java and Central Java. The information of tuberose cut flowers characteristics will benefit to saler or exporters to obtain the product that demanded by market and consumers.
Tingkat Kematangan Panen Buah Nenas Sampit untuk Konsumsi Segar dan Selai Sabari Sosro Diharjo; - Suyanti; - Sunarmani
Jurnal Hortikultura Vol 16, No 3 (2006): September 2006
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v16n3.2006.p%p

Abstract

ABSTRAK. Nenas Sampit dari Kalimantan Tengah merupakan nenas bermutu terbaik dan dikenal luas. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mendapatkan tingkat kematangan optimum nenas Sampit untuk konsumsi segar dan pembuatan selai nenas. Nenas Sampit dipanen pada 6 tingkat kematangan, yaitu tua, breaker, breaker 25% matang, >25-50% matang, >50-75% matang, dan >75% matang. Nenas dipanen dari sentra produksi nenas di Sampit dan diangkut dengan mobil ke Palangkaraya serta dilanjutkan dengan pesawat terbang ke Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nenas Sampit untuk konsumsi segar dapat dipanen pada >breaker-25% matang dengan daging buah 69,92% dan nisbah PTT/asam 18,9. Buah segar tahan disimpan selama 4 hari pada kondisi kamar dan 6 hari pada suhu 150C. Sebagai dasar selai, nenas dapat dipetik pada >breaker-25% matang dan diproses menjadi selai dengan penambahan 65% gula dan 2% asam sitrat. Dengan formula di atas, rendemen selai mencapai 67,30% dengan kualitas baik yang ditunjukkan dengan skor warna dan rasa masing-masing 3,37 dan 3,95. Untuk keperluan industri, menyimpan hancuran daging buah nenas lebih menguntungkan karena tahan simpan selama 30 hari pada suhu 150C. Untuk menjaga mutu dan percepatan proses pemasakan dan meningkatkan rendemen, pencampuran gula dilakukan pada saat 20% air telah diuapkan dan penggunaan 0,5% pektin dalam adonan.ABSTRACT. Sabari, S.D., Suyanti, and Sunarmani. 2006. Maturity of Sampit pineapple for table fruit and jam. Sampit pineapple was a welknown pineapple cultivar produced in Central Kalimantan Province due to its best quality. A study was conducted to determine the proper maturity of pineapple for table fruit as well as for jam. Sampit pineapple cultivar was picked at 6 maturities based on the yellow color development as sign of the ripeness, i.e. breaker, >breaker-25% ripen, >25-50% ripen, >50-75% ripen, and >75% ripen. Harvested pineapple was transported by car from Sampit District to Palangkaraya and continued by plane to Jakarta. The results indicated that as table fruit the pineapple could be harvested at >breaker-25% ripe with 69.92% of flesh and TSS acidity ratio of 18.9. The fresh pineapple stood for 4 days at ambient condition and for 6 days at 150C of storage. For pineapple jam, the proper fruit maturity was at >breaker-25% ripen. At such ripeness, the best jam quality was achieved by the formula of 65% sugar and 2% citric acid, as indicated by 67.30% of rendemen and good quality shown by score of color and taste of 3.37 and 3.95, respectively. The crushed pineapple flesh maintain its quality for 30 days stored at 150C. To improve jam quality, less prosessing time and higer rendemen, the sugar used for jam processing was added at the time when 20% of water was evaporated and the addition of 0.5% pectin