Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Cell mediated immunity in malaria : 1. Changes in numbers of mononuclear phagocytes during plasmodium vinckei petteri infection in immunized and non-immunized mice Supargiyono, Supargiyono
Journal of the Medical Sciences (Berkala Ilmu Kedokteran) Vol 27, No 01 (1995)
Publisher : Journal of the Medical Sciences (Berkala Ilmu Kedokteran)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.524 KB)

Abstract

Penelitian bertahap telah dilakukanuntuk mempelajari reaksi-reaksi immunitas selular yang terjadi selama infeksi Plasmodium vinckei petteri malaria pada mencit LACA. Fokus kajian pada penelitian tahap pertama ini adalah mempelajari profil perubahan jumlah sel fagosit mononuklear (mononuclear phagocytes) dalam sumsum tulang, darah tepi dan dalam limpa, selama infeksi malaria pada mencit yang diimunisasi dan yang tidak diimunisasi. Imunisasi dilakukan dengan penyuntikan secara intravena 108 parasit stadium darah yang dibebaskan dari eritrosit dengan larutan saponin dan difiksasi dengan larutan formalin. Kedua kelompok mencit, yang diimunisasi dan yang tidak diimunisasi diinfeksi dengan 103 eritrosit terinfeksi, pada hari ke 15 sesudah imunisasi. Jumlah sel fagosit berinti satu beserta sel prekursornya dievaluasi berturut-turut pada hari ke 0, 3, 6, 9 dan 12 sesudah infeksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama infeksi P. v. petteri, jumlah sel fagosit mononuklear meningkat di dalam sumsum tulang, kemudian di dalam darah tepi dan dalam limpa. Derajat peningkatan jumlah sel fagosit tersebut lebih tinggi pada mencit yang telah diimunisasi sebelumnya dibandingkan dengan pada mencit yang tidak diimunisasi. Tingginya peningkatan jumlah sel fagosit mononuklear pada mencit yang diimunisasi tersebut nampaknya berkaitan dengan keberhasilan sistem kekebalan tubuh hospes dalam menurunkan parasitemia. Peningkatan jumlah sel fagosit tersebut didahului dengan peningkatan jumlah sel prekusornya di dalam sumsum tulang, sehingga bisa diantisipasikan bahwa produksi dan proliferasi dari sel prekursor di dalam sumsum tulang juga meningkat dalam usaha memenuhi kebutuhan sel d.ewasa di dalam darah dan jaringan selama infeksi malaria.Key words: Plasmodium vinckei petteri -- malaria -- LACA mice -- mononuclear phagocyte -- cellular immunity
Protective immure responses against fatal malarial infection in mice with blood stage malaria vaccin. Supargiyono, Supargiyono
Journal of the Medical Sciences (Berkala Ilmu Kedokteran) Vol 26, No 03 (1994)
Publisher : Journal of the Medical Sciences (Berkala Ilmu Kedokteran)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.551 KB)

Abstract

Studies were carried out to establish suitable infection and immunization method to facilitate investigation on the protective host immune responses against acute malarial infection. Combinations of experimental model using two species of rodent malaria parasites Plasmodium vinckei vinckei and Plasmodium vinckei petteri, two immunization methods were tested, to determine which model are suitable for studying any aspect of host immune responses during protective malarial immunization.The results indicated that the infection of P. v. vinckei and P. v. petteri in LACA or in BALB/c mice generally produce acute and lethal infections. Infection of P.v.vinckei in these experimental models seems more severe than P. v. petteri, and neither intravenous nor intraperitoneal immunization gave significant protection against homologous infection. However, immunization using 108 blood stage parasite P. v. petteri could protect LACA mice from the lethality of homologous challenge, and it seems that cell mediated mechanisms play an important role in host responses against infection. Therefore, P. v. petteri infection in LACA mice and immunization using 10 blood stage parasites given intravenously or intraperitoneally represent a suitable model to study some aspects of host immune response mechanism during malarial immunization.Key Words : Plasmodium vinckei vinckei - Plasmodium vinckei petteri - immune response - cellular immunity - homologous parasites
Pengaruh Asap Obat Nyamuk Bakar Terhadap Lama Hidup, Kernampu.an Bertelur, Daya Tetas Telur dan Daya Tetas Larva Aedes aegypti Supargiyono, Supargiyono
Journal of the Medical Sciences (Berkala Ilmu Kedokteran) Vol 20, No 02 (1988)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.465 KB)

Abstract

Mosquito incense coil had been widely use among the households of Indonesian community as an effort to prevent mosquito bites. Nevertheless, its definite influence to the mosquitos biology is still not yet known.This study was conducted to ensure the influence of mosquito incense coil smoke to the longevity, egg production capability, egg hetching capacity and instar emerging capacity of Aedes aegypli mosquito in Yogyakarta.Aedes aegypli mosquitos were collected either from urban or rural area, reared in the laboratory and prepared for laboratory testing. Incense burning was done in a closed-testing room, in six different periods from 5 minutes to 180 minutes. Some biological aspects such as longevity, egg production, egg hetching and instar emerging were observed.It can be concluded that mosquitos incense smoke has either chase out effect or killing effect to Ae. aegypti mosquitos. It is also clear that with the incense burner period of 30 minutes will prolong the longevity, reduce egg production capability, reduce egg hetching capacity and reduce instar emerging capacity. On the incense burning period of 120 minutes, 81.7% of Ae. aegypti tested were killed, and furthermore, in the incense burning period of 180 minutes, all Ae. aegypti tested were killed.Key Words: egg production capability -- egg hetching capacity — instar emerging capacity chase out effect — mosquito incence coil
KOMPETENSI VEKTORIAL Anopheles maculatus, Theobald di KECAMATAN KOKAP, KABUPATEN KULONPROGO Widyastuti, Umi; Boewono, Damar Tri; Widiarti, Widiarti; Supargiyono, Supargiyono; Satoto, Tri Baskoro T.
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 23, No 2 Jun (2013)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (477.131 KB)

Abstract

Abstrak Malaria masih merupakan masalah kesehatan di Kabupaten Kulonprogo, khususnya di Kecamatan Kokap. Dalam dua tahun terakhir menunjukkan bahwa pada tahun 2009, 1 dari 5 desa di Kecamatan Kokap sebagai daerah malaria dengan statifikasi Insidensi Kasus Rendah (Low Case Incidence/LCI). Pada tahun 2010 meningkat menjadi 3 desa, peningkatan kasus malaria di Kecamatan Kokap berkaitan dengan keberadaan nyamuk Anopheles yang berpotensi sebagai vektor. Beberapa spesies seperti An. maculatus, An. aconitus, dan An. balabacensis diduga sebagai vektor malaria potensial di daerah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi vektorial An. maculatus yang terdiri dari: kerentanan nyamuk An. maculatus terhadap Plasmodium, sifat antropofilik, angka paritas, dan kepadatan nyamuk. Kerentanan nyamuk terhadap Plasmodium diukur dengan deteksi antigen protein sporozoit (Circum Sporozoite Protein/CSP) dari P. falciparum atau P. vivax pada dada-kepala dari semua nyamuk parous. Karakteristik antropofilik diukur dengan mendeteksi darah manusia pada perut nyamuk dengan kondisi penuh darah dan setengah gravid. Kedua deteksi tersebut dilakukan dengan teknik ELISA. Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Oktober 2011 di dua desa yaitu: Tegiri dan Gunungrego, Kecamatan Kokap. Nyamuk ditangkap dengan menggunakan metode sesuai dengan pedoman WHO. Penangkapan dilakukan pada malam hari (18.00-06.00) terhadap nyamuk yang hinggap pada manusia di dalam rumah, di luar rumah, nyamuk yang istirahat baik di dalam rumah (dinding) maupun luar rumah (sekitar kandang ternak) dan penangkapan pada pagi hari (06.00-08.00). Kepadatan An. maculatus dihitung dan paritas nyamuk ditentukan dengan pembedahan ovarium secara mikroskopis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa An. maculatus di Gunungrego rentan terhadap P. vivax dengan angka sporozoit 3,57%. Namun, CSP antigen P. vivax tidak terdeteksi pada dada-kepala nyamuk An. maculatus dari Tegiri. Antigen CSP P. falciparum negatif pada dada-kepala nyamuk An. maculatus dari Gunungrego dan Tegiri. Proporsi An. maculatus yang mengisap darah manusia (Human Blood Index / HBI) adalah 40,00% di Tegiri dan 33,33% di Gunungrego. Angka paritas dan kepadatan An. maculatus lebih tinggi ditemukan di Tegiri daripada di Gunungrego. Kata Kunci: malaria, ELISA sporozoit, analisis pakan darah. Abstract Malaria is still a health problem in Kulonprogo Regency, particularly in the Kokap Subdistrict. In the last two years indicate that in 2009, 1 out of 5 villages in Kokap Subdistrict were considered as malarious areas with Low Case Incidence (LCI). In the year of 2010, it increased to 3 villages. The increase of malaria cases in Kokap Subdistrict was related to the presence of  Anopheline mosquitoes which serve as potential vector. Several species such as Anopheles maculatus, An. aconitus, and An. balabacensis are suspected as potential malaria vectors in this area.  The objective of this study was to determine the vectorial competence of An. maculatus consisting of:  the An. maculatus mosquitoes susceptibility to Plasmodia,  its anthropophilic characteristics, the parity rate, and the mosquito density. The susceptibility of mosquito to Plasmodia was measured by detection of sporozoite protein antigen (Circum Sporozoite Protein/ CSP) of P. falciparum or P. vivax on the head-thorax of all parous mosquitoes. The anthropophilic characteristics were measured by detection of human blood on the abdomen of blood fed and half gravid mosquitoes. Both of these were done by Enzyme Linked Immunosorbant Assay (ELISA) technique. The study was conducted from  May until October 2011 in two villages i.e: Tegiri and Gunungrego, Kokap Subdistrict. The Anopheline mosquitoes were collected using the landing and resting mosquito collection technique both indoors and outdoors, at night (18.00-06.00) as well as in the morning (06.00-08.00) according to the WHO guideline. The density of An. maculatus was calculated and its parity was determined by microscopic ovary dissection. The result showed that An. maculatus in Gunungrego was susceptible to P. vivax with a sporozoite rate of 3.57 %. However, CSP antigen of P. vivax was not detected in the head-thorax of mosquitoes from Tegiri. CSP antigen of  P. falciparum was negative in the head-thorax  of mosquitoes both from Gunungrego and Tegiri villages. The proportion of An. maculatus fed on human (Human Blood Index / HBI) was 40,00 % in Tegiri and 33,33 % in Gunungrego. The parity rate of An. maculatus and its density was found higher in Tegiri than  in Gunungrego. Keywords: malaria, sporozoite ELISA, blood meal analysis.
PERBEDAAN GEJALA KLINIS DAN EFEK SAMPING PENGOBATAN PADA MALARIA FALCIPARUM DAN VIVAX Santoso, Santoso; Supargiyono, Supargiyono; Wijayanti, Mahardika Agus
Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 6 No 2 (2012): Jurnal Pembangunan Manusia
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Daerah endemis malaria terus meningkat yang diiringi dengan peningkatan kasus resistensi terhadap obat anti malaria. Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) merupakan salah satu daerah endemis malaria di wilayah Provinsi Sumatera selatan dengan Annual Malaria Insidence (AMI) tahun 2008 sebesar21,79 per mil. Jenis malaria yang sering berkembang menjadi malaria berat adalah malaria falsiparum dengan gejala umum yang sering dijumpai diantaranya demam, menggigil dan berkeringat. Gejala klinis ini sering tidak dijumpai pada penderita malaria vivak sehingga penderita malaria vivaks seringkali tidak ditemukan. Sesuai dengan kebijakan Depkes maka sejak tahun2004 pengobatan malaria falsiparum menggunakan obat baru kombinasi artemisinin. Sedangkan untuk pengobatan malaria vivaks baru dimulai tahun 2008. Kegiatan pengobatan malaria dengan menggunakan obat kombinasi artemisinin sering menimbulkan efek samping sehingga menimbulkan pengobatan malaria seringkali tidak sesuai dosis. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan gejala klinis dan efek samping pemberian obat anti malaria pada penderita malaria falciparum dan malaria vivax. Jumlah penderita malaria yang ditemukan sebanyak 35 orang, yaitu 23 penderita malaria falciparum dan 12 orang penderita malaria vivax. Gejala klinis yang ditemukan pada penderita malaria berupa menggigil, sakit kepala, pusing, anoreksia dan nyeri otot. Gejala klinis awal sebelum terapi lebih banyak ditemukan pada penderita malaria falciparum (91%) dibandingkan pada penderita malaria vivax (50%). Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara penderita malaria falciparum dengan penderita malaria vivax terhadap munculnya gejala klinis awal. Efek samping artesdiakuin yang ditemukan berupa gatal, pusing, mual, muntah dan nyeri lambung.