Damar Tri Boewono
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

DISTRIBUSI SPASIAL KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD), ANALISIS INDEKS JARAK DAN ALTERNATIF PENGENDALIAN VEKTOR DI KOTA SAMARINDA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Boewono, Damar Tri; Ristiyanto, Ristiyanto; Widiarti, Widiarti; Widyastuti, Umi
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 22, No 3 Sep (2012)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/2907

Abstract

Abstract Dengue hemorrhagic fever (DHF) happens to be a public health problem in Samarinda city, East Kalimantan Province. Dengue was reported endemic in the entire six subdistricts of the city. Various vector control programs have been conducted by the Health Office, yet the dengue cases were still occurred on the previous years. Comprehensive research was conducted to determine the spatial distribution of DHF cases using geographical information system (GIS) mapping, in relation to positive larvae of the breeding habitat distributions. The study was carried out in five endemic areas namely Pelita village Samarinda Utara Subdistrict, Sambutan village Samarinda Ilir Subdistrict, Sidodadi village Samarinda Ulu Subdistrict, Harapan Baru village Samarinda Seberang Subdistrict and Karang Asam Ilir village Sungai Kunjang Subdistrict. The aim of the study was to determine the specific vector control strategies based on spatial DHF cases and breeding habitat distributions and distance index analyses, larvae free index and insecticide susceptible status of dengue vector of Ae. aegypti against the insecticides which were used for vector control programs. The study revealed that average ABJ in the study areas was 35.85-64.16% and lower the national standar of 95%. Dengue vector of Ae. aegypti was found to be resistant to Malathion, Permethrin, Lambdasihalothrin and Bendiocarb insecticides. Thus an alternative insecticide should be considered. Dengue cases distribution in Samarinda city were found in  clusters/gregorious. Distance index analyses indicated that the transmissions were due to mosquito behaviour. Community empowement is needed to encourage the potential groups (PKK, Dasa Wisma, public health caders, posyandu), to participate on the vector control program.   Keywords: DHF, Spatial distribution, Cases Distance Index, Samarinda City.     Abstrak Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur dan dilaporkan endemis di enam wilayah kecamatan. Berbagai cara pengendalian telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota, tetapi kasus DBD masih ditemukan sepanjang tahun.  Penelitian komprehensif telah dilakukan untuk menentukan distribusi spasial kasus DBD dengan pemetaan menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG), berkaitan dengan habitat positif jentik. Penelitian dilakukan dilima (5) wilayah kalurahan endemis yaitu: Desa Pelita Kecamatan Samarinda Utara, Desa Sambutan Kecamatan Samarinda Ilir, Desa Sidodadi Kecamatan Samarinda Ulu, Desa Harapan Baru Kecamatan Samarinda Seberang dan Desa  Karang Asam Ilir  Kecamatan Sungai Kunjang. Tujuan penelitian adalah menentukan strategi pengendalian vektor spesifik berdasarkan distribusi spasial/ pemetaan kasus DBD dengan sistem informasi geografi (SIG), Index jarak (distance index) kasus DBD, angka bebas jentik (ABJ) serta status kerentanan nyamuk vektor Ae. aegypti terhadap insektisida. Hasil survei jentik ditemukan bahwa rata-rata ABJ di daerah penelitian jauh lebih rendah daripada standar nasional 95,0%. Uji susceptibility vektor DBD Ae. aegypti telah resisten terhadap insektisida Malathion, Permethrin, Lambdasihalothrin dan Bendiocarb, sehingga diperlukan insektisida alternatif. Distribusi kasus DBD Kota Samarinda ditemukan mengelompok distance index rata-rata 75 meter sebagai indikasi penularan lebih disebabkan perilaku nyamuk vektor. Pemberdayaan masyarakat sangat diperlukan sebagai usaha memberikan motivasi kepada kelompok masyarakat potensial seperti PKK, Dasa Wisma, kader kesehatan dan posyandu, untuk berpartisipasi dalam program pengendalian vektor DBD.   Kata kunci: DBD, Distribusi spasial, Jarak indeks kasus, Kota  Samarinda
PENGENDALIAN VEKTOR TERPADU PENGARUHNYA TERHADAP INDIKATOR ENTOMOLOGI DAERAH ENDEMIS MALARIA PULAU SEBATIK, KABUPATEN NUNUKAN Boewono, Damar Tri; Widyastuti, Umi; Heryanto, Bambang; Mujiono, Mujiono
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 22, No 4 Des (2012)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/2910

Abstract

Abstract Integrated malaria vector control study has been conducted in the border area of Indonesia-Malaysia, Sebatik Island, Nunukan Regency, Kalimantan Timur Province.  The objective of the study was to determine the impact of integrated vector control application against quantitative entomological indicators as malaria epidemiology variable. The evaluation was carried out by all night human landing mosquito collection and larval density (dipper method; 350 ml volume) calculated as number of larvae per dip. The study revealed two mosquito species Anopheles balabacensis and Anopheles maculatus as malaria vectors in the area.  Anopheles balabacensis was  found predominant, highly antrophophylic 88,33% and the sporozoite index which was determined by ELISA test 12,75%.  Quantitative entomological indicators such as: vectorial capacity, entomological inoculation  rate, stability index of  An. balabacensis as malaria vector and the malaria cases were found gradualy decreased and within 6 months evaluation, 100% reductions were occured. Results of this study indicated the effectiveness of vector control application. Integrated vector control method is recommended to be applied in  effort to maintained low malaria endemicity and  not to be applied during the outbreak.   Keywords: Malaria,  Integrated control, Entomologycal indicator,  Sebatik  Island   Abstrak ARTIKEL Telah dilakukan penelitian pengendalian vektor malaria terpadu di daerah lintas batas Indonesia-Malaysia, Pulau Sebatik (Dusun Berjoko/Lordes, Desa Sungai Limau), Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur, tahun 2011. Tujuan penelitian mengetahui efektivitas pengendalian vektor malaria terpadu, distribusi kelambu berinsektisida dan aplikasi biolarvasida (piriproksifen 0,5%) dengan metode evaluasi indikator entomologi kuantitatif, sebagai variabel epidemiologi malaria.  Pengendalian dengan distribusi kelambu berinsektisida Long Lasting Insecticide Net (deltametrin 55 mg/m2), 1-2 unit/keluarga dan aplikasi bio-larvasida zat pengatur tumbuh (insect growth regulator) piriproksifen 0,5% di tempat perkembangbiakan nyamuk vektor dengan konsentrasi 1g/m2, setiap 2 minggu sekali. Evaluasi dilakukan dengan penangkapan nyamuk dan koleksi jentik (metode diper 350 ml). Ditentukan kepadatan jentik (ekor/ciduk) dan penurunan indikator entomologi kuantitatif sebagai variabel epidemiologi yaitu: kapasitas vektorial, rerata laju inokulasi entomologi, indek stabilitas nyamuk An. balabacensis sebagai vektor serta kasus malaria. Ditemukan 2 spesies  nyamuk tersangka vektor malaria An. balabacensis dan An. maculatus, populasi An. balabacensis sangat dominan dan bersifat antropofilik 88,33% dengan sporozoit indek 12,75%.  Setelah 6 bulan aplikasi pengendalian vektor malaria terpadu, indikator epidemiologi kuantitatif meliputi:  kapasitas vektorial, rerata laju inokulasi entomologi, indek stabilitas An. balabacensis sebagai vektor dan kasus malaria menurun sampai 100%.   Pengendalian vektor terpadu sangat efektif di daerah endemis untuk menjaga endemisitas malaria tetap rendah dan tidak direkomendasikan aplikasi pada waktu terjadi wabah dan peningkatan kasus.   Kata kunci: Malaria,  Pengendalian terpadu, Indikator entomologi, Pulau Sebatik
KOMPETENSI VEKTORIAL Anopheles maculatus, Theobald di KECAMATAN KOKAP, KABUPATEN KULONPROGO Widyastuti, Umi; Boewono, Damar Tri; Widiarti, Widiarti; Supargiyono, Supargiyono; Satoto, Tri Baskoro T.
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 23, No 2 Jun (2013)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (477.131 KB)

Abstract

Abstrak Malaria masih merupakan masalah kesehatan di Kabupaten Kulonprogo, khususnya di Kecamatan Kokap. Dalam dua tahun terakhir menunjukkan bahwa pada tahun 2009, 1 dari 5 desa di Kecamatan Kokap sebagai daerah malaria dengan statifikasi Insidensi Kasus Rendah (Low Case Incidence/LCI). Pada tahun 2010 meningkat menjadi 3 desa, peningkatan kasus malaria di Kecamatan Kokap berkaitan dengan keberadaan nyamuk Anopheles yang berpotensi sebagai vektor. Beberapa spesies seperti An. maculatus, An. aconitus, dan An. balabacensis diduga sebagai vektor malaria potensial di daerah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi vektorial An. maculatus yang terdiri dari: kerentanan nyamuk An. maculatus terhadap Plasmodium, sifat antropofilik, angka paritas, dan kepadatan nyamuk. Kerentanan nyamuk terhadap Plasmodium diukur dengan deteksi antigen protein sporozoit (Circum Sporozoite Protein/CSP) dari P. falciparum atau P. vivax pada dada-kepala dari semua nyamuk parous. Karakteristik antropofilik diukur dengan mendeteksi darah manusia pada perut nyamuk dengan kondisi penuh darah dan setengah gravid. Kedua deteksi tersebut dilakukan dengan teknik ELISA. Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Oktober 2011 di dua desa yaitu: Tegiri dan Gunungrego, Kecamatan Kokap. Nyamuk ditangkap dengan menggunakan metode sesuai dengan pedoman WHO. Penangkapan dilakukan pada malam hari (18.00-06.00) terhadap nyamuk yang hinggap pada manusia di dalam rumah, di luar rumah, nyamuk yang istirahat baik di dalam rumah (dinding) maupun luar rumah (sekitar kandang ternak) dan penangkapan pada pagi hari (06.00-08.00). Kepadatan An. maculatus dihitung dan paritas nyamuk ditentukan dengan pembedahan ovarium secara mikroskopis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa An. maculatus di Gunungrego rentan terhadap P. vivax dengan angka sporozoit 3,57%. Namun, CSP antigen P. vivax tidak terdeteksi pada dada-kepala nyamuk An. maculatus dari Tegiri. Antigen CSP P. falciparum negatif pada dada-kepala nyamuk An. maculatus dari Gunungrego dan Tegiri. Proporsi An. maculatus yang mengisap darah manusia (Human Blood Index / HBI) adalah 40,00% di Tegiri dan 33,33% di Gunungrego. Angka paritas dan kepadatan An. maculatus lebih tinggi ditemukan di Tegiri daripada di Gunungrego. Kata Kunci: malaria, ELISA sporozoit, analisis pakan darah. Abstract Malaria is still a health problem in Kulonprogo Regency, particularly in the Kokap Subdistrict. In the last two years indicate that in 2009, 1 out of 5 villages in Kokap Subdistrict were considered as malarious areas with Low Case Incidence (LCI). In the year of 2010, it increased to 3 villages. The increase of malaria cases in Kokap Subdistrict was related to the presence of  Anopheline mosquitoes which serve as potential vector. Several species such as Anopheles maculatus, An. aconitus, and An. balabacensis are suspected as potential malaria vectors in this area.  The objective of this study was to determine the vectorial competence of An. maculatus consisting of:  the An. maculatus mosquitoes susceptibility to Plasmodia,  its anthropophilic characteristics, the parity rate, and the mosquito density. The susceptibility of mosquito to Plasmodia was measured by detection of sporozoite protein antigen (Circum Sporozoite Protein/ CSP) of P. falciparum or P. vivax on the head-thorax of all parous mosquitoes. The anthropophilic characteristics were measured by detection of human blood on the abdomen of blood fed and half gravid mosquitoes. Both of these were done by Enzyme Linked Immunosorbant Assay (ELISA) technique. The study was conducted from  May until October 2011 in two villages i.e: Tegiri and Gunungrego, Kokap Subdistrict. The Anopheline mosquitoes were collected using the landing and resting mosquito collection technique both indoors and outdoors, at night (18.00-06.00) as well as in the morning (06.00-08.00) according to the WHO guideline. The density of An. maculatus was calculated and its parity was determined by microscopic ovary dissection. The result showed that An. maculatus in Gunungrego was susceptible to P. vivax with a sporozoite rate of 3.57 %. However, CSP antigen of P. vivax was not detected in the head-thorax of mosquitoes from Tegiri. CSP antigen of  P. falciparum was negative in the head-thorax  of mosquitoes both from Gunungrego and Tegiri villages. The proportion of An. maculatus fed on human (Human Blood Index / HBI) was 40,00 % in Tegiri and 33,33 % in Gunungrego. The parity rate of An. maculatus and its density was found higher in Tegiri than  in Gunungrego. Keywords: malaria, sporozoite ELISA, blood meal analysis.
DAYA REPELAN MINYAK ATSIRI CENGKEH, PALA DAN SELEDRI DALAM SEDIAAN LOSION TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti Ardiansyah, Ririn Teguh; Iravati, Susi; Boewono, Damar Tri
(Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat) Vol 5, No 3 (2020): JIMKesmas (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat)
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37887/jimkesmas.v5i3.13375

Abstract

Abstrak Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit virus, dapat menimbulkan kematian penderita dalam waktuhanya beberapa hari dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Repelan botani merupakan salah satu bahanyang digunakan untuk mengurangi gigitan nyamuk. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dayarepelan minyak atsiri tanaman Cengkeh (Syzygium aromaticum, L.), Pala (Myristica fragans Houtt) dan Seledri(Apium graveolens L.) dalam sediaan losion terhadap gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penelitian ini merupakanjenis penelitian eksperimen murni dengan tahapan pengujian antara lain uji kontrol negatif, uji pendahuluan,dan uji sebenarnya, dengan mencobakan tangan yang telah diolesi bahan uji dan memasukkannya ke dalamsangkar nyamuk. Minyak atsiri tanaman Cengkeh, Pala, dan Seledri dalam sediaan losion terbukti dapatberfungsi sebagai repelan terhadap gigitan nyamuk Aedes aegypti. Effecive Dose 50 (ED50) terhadap nyamukAedes aegypti untuk masing-masing repelan minyak atsiri yang dicobakan antara lain; cengkeh 5,25%, pala9,69%, dan seledri 12,06%, hasil ini menunjukkan repelan minyak atsiri cengkeh paling efisien diantara bahanyang diujikan. Effective Time 50 (ET50) terhadap nyamuk Aedes aegypti untuk masing-masing repelan minyakatsiri yang dicobakan antara lain; cengkeh 2 jam 45 menit, pala 2 jam 24 menit, dan seledri 1 jam 58 menit,hasil ini menunjukkan repelan minyak atsiri cengkeh mampu memberikan perlindungan lebih lama terhadapgigitan nyamuk dibandingkan dengan pala dan seledri. Urutan repelan minyak atsiri mulai dari yang terbaikadalah cengkeh, pala, kemudian seledri.Kata Kunci : repelan, minyak atsiri, cengkeh, pala, seledri, losion, Demam Berdarah Dengue, Aedes aegypti