Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Aplikasi Ornamen Khas Maluku untuk Pengembangan Desain Motif Batik Masiswo Masiswo; Vivin Atika
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 31, No 1 (2014): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v31i1.1048

Abstract

ABSTRAKMaluku memiliki banyak ragam hias budaya warisan nilai leluhur berupa ornamen etnis yang merupakan kesenian dan keterampilan kerajinan. Hasil warisan tersebut sampai saat ini masih lestari hidup serta dapat dinikmati sebagai konsumsi rohani yang memuaskan manusia. Berkaitan dengan keberlangsungan nilai-nilai tradisi etnis yang berwujud pada ornamen-ornamen daerah Maluku, maka dikembangkan untuk kebutuhan manusia berupa motif batik pada kain. Pengembangan ornamen ini lebih menekankan pada representasi akan bentuk-bentuk ornamen yang diterapkan pada kerajinan batik berupa motif khas Maluku. Pengembangan alternatif desain motif batik dibuat tiga variasi yang bersumber dari ornamen khas Maluku dibuat prototipe produknya dan diuji ketahanan luntur warnanya. Hasil uji ketahanan luntur warna terhadap gosokan basah dari tiga prototipe produk berpredikat baik sekali terdapat pada “Motif Siwa” dan predikat baik pada motif “Siwa Talang” dan motif “Matahari Siwa Talang”.Kata kunci: desain, Maluku, motif batik, ornamenABSTRACTMaluku has much decorative ancestral cultural heritage value in the form of ornament ethnic arts and crafts skills. The result of the legacy is still sustainable living can be enjoyed as well as satisfying spiritual human consumption.Related to the sustainability of traditional values in the form of ethnic ornaments Maluku, it was developed for human needs in the form of batik cloth . The development of these ornaments will be more emphasis on the representation forms of ornamentation that is applied to a batik motif Maluku. Development of alternative design motif made three variations. The development of three alternative design motifs derived from the Maluku ornaments made and tested a prototype product color fastness. The test results of color fastness to wet rubbing of the three prototypes are excellent products predicated on the "Motif Siwa" and a good rating on the motif "Siwa Talang" and motif "Matahari Siwa Talang".Keywords: design, Maluku, batik motif, ornament
Rekayasa Pengembangan Desain Motif Batik Khas Melayu Eustasia Sri Murwati; Masiswo Masiswo
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 30, No 2 (2013): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v30i2.1111

Abstract

ABSTRAKPengembangan desain batik melalui rancang bangun perekayasaan desain menurut ragam hias Melayu meliputi pengembangan motif dan proses, termasuk pemilihan komposisi warna. Proses yang sering dilakukan yaitu proses celup, penghilangan lilin dan celup warna tumpangan atau proses colet, celup, penghilangan lilin atau celup kemudian penghilangan lilin yang disebut Batik Kelengan. Setiap pulau di Indonesia mempunyai ciri khas budaya dan kesenian yang dikenal dengan corak/ragam hias khas daerah, juga ornamen yang diminati oleh masyarakat dari daerah tersebut atau dari daerah lain. Kondisi demikian mendorong pertumbuhan industri kerajinan yang memanfaatkan unsur–unsur seni. Adapun motif yang diperoleh adalah: Ayam Berlaga, Bungo Matahari, Kuntum Bersanding, Lancang Kuning, Encong Kerinci, Durian Pecah, Bungo Bintang, Bungo Pauh Kecil, Riang-riang, Bungo Nagaro. Pengembangan desain tersebut dipilih 3 produk terbaik yang dinilai oleh 5 penilai yang ahli di bidang desain batik, yaitu motif Durian Pecah, Ayam Berlaga, dan Bungo Matahari. Rancang bangun diversifikasi desain dengan memanfaatkan unsur–unsur seni dan ketrampilan etnis Melayu yaitu pemilihan ragam hias dan motif batik Melayu untuk diterapkan ke bahan sandang dengan komposisi warna yang menarik, sehingga produk memenuhi selera konsumen. Memperbaiki keberagaman batik dengan meningkatkan desain produk antara lain menuangkan ragam hias Melayu ke dalam proses batik yang menggunakan berbagai macam warna sehingga komposisi warna memadai. Diperoleh hasil produk batik dengan ragam hias Melayu yang berkualitas dan komposisi warna yang sesuai dengan karakter ragam hias Melayu. Rancang bangun desain produk untuk mendapatkan formulasi desain serta kelayakan prosesnya dengan penekanan pada teknologi akrab lingkungan dilaksanakan dengan alternatif pendekatan yaitu penciptaan desain bentuk baru.Kata kunci: desain, batik, rancang bangun, ragam hias, MelayuABSTRACTDevelopment of batik design through design engineering to be adapted with Melayu motives consists of motives and processes developments, including selection of colour composition. The most common processes are dip dyeing-wax removal and “tumpangan” which is paint dyeing-dip dyeing-wax removal or dip dyeing then wax removal or called Batik Kelengan. Indonesian people have distinctivecultures and arts in every regions known as distinctive ethnic motives, contain ornaments considered interesting by people in the area as well as people from another areas. That condition supports development of art industries. The motives are: Ayam Berlaga, Bungo Matahari, Kuntum Bersanding, Lancang Kuning, Encong Kerinci, Durian Pecah, Bungo Bintang, Bungo Pauh Kecil, Riang-riang, Bungo Nagaro. In this development of design, 3 best products are chosen by 5 judges who are experts of batik design, namely: Durian Pecah, Ayam Berlaga and Bungo Matahari motives. Engineering of design diversification by using Melayu art elements and ethnic skills is selection of Melayu motives and pattern to be applied on clothing materials with attractive colour composition, so the products can fulfill consumers’ taste. Improving batik diversity by increasing product designs among others by put Melayu motives into batik process which use various colours so the colour composition are adequate. It obtains batik products using Melayu motives wich have high quality and colour composition compatible with Melayu motives characterization. Product design engineering to get design formulation and process feasibility which focus in environmental friendly technologies is conducted with alternative approach namely creation of new designs. Keywords: design, batik, engineering, motives, Melayu
Pengaruh Frekuensi Pencelupan dengan Metode Simultan terhadap Nilai Uji Ketuaan Warna, Ruang Warna dan Ketahanan Luntur Warna yang Dihasilkan pada Batik Menggunakan Ekstrak Kulit Buah Jalawe (Terminalia bellirica (gaertn) Roxb) Agus Haerudin; Tin Kusuma Arta; Masiswo Masiswo; Aprilia Fitriani; Euis Laela
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 37, No 2 (2020): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v37i2.6229

Abstract

Penelitian ini merupakan kegiatan lanjutan dari penelitian sebelumnya, dimana tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh frekuensi pencelupan terhadap kualitas warna dari ekstrak kulit buah jalawe pada kain batik katun dengan metode simultan. Metode penelitian yang digunakan metode experimental dengan variasi frekuensi pencelupan 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27 dan 30 kali pengulangan serta variasi mordan akhir tawas dan kapur. Uji kualitas warna yakni uji ketuaan warna, uji beda warna CIE L*,a*,b* dan uji ketahanan luntur warna pada sinar terang hari. Hasil penelitian diperoleh pengaruh frekuensi pencelupan terhadap nilai ketuaan warna K/S cukup signifikan berpengaruh, nilai ketuaan warna yang optimal dari mordan akhir tawas sebanyak 21 kali pencelupan, sedangkan dari mordan akhir kapur sebanyak 18 kali. Pengaruh frekuensi pencelupan pada nilai uji beda warna L*,a*,b* cukup signifikan berpengaruh, nilai L* terbaik dari mordan akhir tawas pada 30 kali pencelupan, sedangkan dari mordan akhir kapur 27 kali, nilai a* (+) terbesar dari mordan akhir tawas sebanyak 12 kali pencelupan, sedangkan dari mordan akhir kapur sebanyak 27 kali pencelupan, nilai b* (+) tertinggi dari mordan akhir tawas sebanyak 12 kali pencelupan, sedangkan pada mordan akhir kapur 24 kali pencelupan. Pengaruh frekuensi pencelupan terhadap nilai ketahanan luntur warna pada sinar terang hari tidak begitu signifikan yakni pada 6 kali pencelupan nilai ketahanan luntur warna yang optimal 4-5 dengan kategori baik.
Makna Batik Motif Sidomukti Pada Upacara Ritual Lurub Layon Masiswo Masiswo
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 28, No 1 (2011): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v28i1.1012

Abstract

ABSTRAKBatik Sidomukti digunakan sebagai pakaian pada upacara pemakaman di masyarakat Jawa. MotifSidomukti sebagai bahan pakaian mempunyai arti filosofi sebagai keluarga yang ditinggalkan.Secara umum, bagi masyrakat Jawa yang berdekatan dengan Istana menerapkan upacara lurublayon untuk menghormati yang mati. Penggunaan batik motif Sidomukti pada upacara sebagai perlengkapan lurub layon adalah sebagai harapan bahwa jasad yang mati dapat diterima olah Tuhan.Kata Kunci : Sidomukti, lurub layon, makna filosofisABSTRACTBatik Sidomukti used as a cover body in a funeral ceremony in the Java community. Sido mukti batik motif as the cover body has a philosophical meaning for the families left behind by the body. Generally for the Java community adjacent to the palace tradition applying lurub layon ceremony to honor the dead. Meaning the use of batik in a ceremony Sidomukti as uborampe lurub layon is the hope that the bodies can be accepted with dignity by God.Keyword : Sidomukti, lurub layon, philosophical meaning
KUALITAS PEWARNAAN BATIK MENGGUNAKAN BUBUK INDIGOFERA TINCTORIA DAN STROBILANTHES CUSIA Tin Kusuma Arta; Vivin Atika; Agus Haerudin; Isnaini Isnaini; Masiswo Masiswo
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 36, No 2 (2019): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v36i2.5421

Abstract

Indigo adalah zat warna alam yang paling tua yang dikenal manusia. Indigo mempunyai peran besar dalam sejarah pewarnaan alami di dunia. Ketersediaan pewarna alami indigo di pasaran masih berbentuk pasta. Kelemahan yang dikeluhkan oleh pengrajin batik yakni daya simpan pasta indigo. Berdasarkan permasalahan diatas, diperlukan penelitian untuk membuat pewarna alami indigo dalam bentuk bubuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas hasil pewarnaan bubuk Indigofera tinctoria dan Strobilanthes cusia pada batik. Penelitian dilakukan dengan metode percobaan laboratorium secara rancang acak dengan 2 (dua) variabel tetap yaitu pengeringan menggunakan oven dan pewarnaan batik pada katun, kemudian 2 (dua) variabel berubah yaitu jenis indigo dan pereduksi. Jenis tanaman indigo yang digunakan yaitu Indigofera tinctoria dan Strobilanthes cusia, sedangkan pereduksi yang digunakan yaitu gula jawa dan tetes tebu. Parameter uji berupa ketuaan warna dan beda warna dilakukan untuk menguji kualitas warna pada batik. Bubuk indigo memiliki kualitas yang cukup untuk diaplikasikan pada produk batik. Uji FTIR menghasilkan hasil yang serupa antara bubuk Indigofera tinctoria dan Strobilanthes cusia. Bubuk Indigofera tinctoria dengan pereduksi tetes tebu menghasilkan warna paling tua dengan nilai K/S 1,73 dengan nilai beda warna L* = 37,62, a* = (-1,52) dan b* = (-14,87).
Aplikasi Nanopartikel Perak dengan Bioreduktor Daun Sambiloto (Andrographis Peniculata) dan Kulit Pisang Kepok (Musa Paradisiaca L) sebagai Antibakteri pada Kulit Rihastiwi Setiya Murti; Emiliana Kasmudjiastuti; Ageng Priatni; Eli Rohaeti; Masiswo Masiswo
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol.15 No.2 Desember 2021
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26578/jrti.v15i2.7246

Abstract

Nanopartikel perak banyak dikembangkan karena sifat-sifatnya sebagai antimikroba, digunakan dalam berbagai bidang industri, diantaranya industri kulit. Antimikroba sangat dibutuhkan dalam proses penyamakan kulit agar kulit menjadi lebih awet. Kulit dapat dikonversi menjadi aneka barang kulit dengan sentuhan finishing yang eksotis seperti ecoprint dan batik kulit. Tujuan penelitian adalah untuk  mengetahui pengaruh nanopartikel perak dengan reduktor ekstrak daun sambiloto dan kulit pisang kepok sebagai anti bakteri pada kulit domba tersamak. Dalam penelitian ini, digunakan nanopertikel perak yang disintesis dengan reduktor daun sambiloto dan ekstrak pisang kepok. Hasil uji aktifitas pertumbuhan bakteri S.aureus dan E.coli, menunjukkan bahwa daun sambiloto sebagai reduktor mempunyai kemampuan terbaik untuk menghambat bakteri E.coli. Hasil analisis FTIR menunjukkan penurunan absorbansi terutama dalam penyerapan gugus –OH dan N-H serta gugus -C=O karena gugus-gugus tersebut berinteraksi dengan nanopartikel perak. Hasil pengamatan morfologi menggunakan SEM menunjukkan adanya butiran berbentuk bulat (spherical) yang tersebar dalam jaringan kulit yang berarti telah terjadi ikatan nanopartikel perak pada struktur  jaringan kulit domba tersamak. Jumlah butiran bulat yang tersebar pada struktur jaringan kulit domba tersamak setelah diberi nanopartikel perak dengan reduktor daun sambiloto tampak lebih banyak dibandingkan dengan kulit setelah diberi nanopartikel perak dengan reduktor kulit pisang kepok.