Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Kajian HACCP (Hazard Analysis And Critical Control Point) Proses Pembuatan Snack Bar Berbasis Pisang (Musa paradisiaca) Imam Achmad Fauzi Krisnandar; Diki Nanang Surahman; Riyanti Ekafitri; Wisnu Cahyadi; Nur Kartika Indah Mayasti
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol.15 No.2 Desember 2021
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26578/jrti.v15i2.7216

Abstract

Snack bar adalah makanan ringan dengan bentuk batang yang terbuat dari berbagai bahan dasar seperti serealia dan kacang-kacangan. Konsumsi makanan fungsional saat ini mulai diminati karena mengandung zat yang bermanfaat bagi tubuh. Salah satu pemanfaatan produk snack bar yaitu menggunakan buah pisang. Pilot plant P2TTG LIPI Subang merupakan unit pengolahan buah pisang menjadi snack bar. Proses produksi snack bar membutuhkan penerapan sistem HACCP untuk meningkatkan kualitas dan keamanan produk. Oleh karena itu, kajian sistem HACCP ini penting untuk dilaksanakan. Berdasarkan rekomendasi Standar Nasional Indonesia, kajian identifikasi HACCP dilaksanakan dengan menggunakan panduan penyusunan rencana HACCP. Berdasarkan hasil kajian didapat bahwa CCP pada bahan adalah telur, puree pisang ambon, susu full cream bubuk, dan margarin. Sedangkan CCP pada proses pengolahan adalah pemanggangan I, pemanggangan II, dan pendinginan. Seluruh CCP ini perlu pengawasan optimal terutama pada: penanganan bahan baku, pengendalian kebersihan operator dan memastikan kecukupan panas serta waktu saat proses pemanggangan snack bar berbasis pisang. Efektifitas penerapan HACCP ini dapat diketahui melalui proses verifikasi. Penerapan HACCP diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan keamanan produk snack bar berbasis pisang.HACCP, pisang,snack bar.
Evaluasi Sifat Fisik, Kimia serta Penerimaan Organoleptik Minuman Serbuk Instan Berbasis Tepung Pisang Matang sebagai Alternatif Makanan Sarapan Achmat Sarifudin; Riyanti Ekafitri; Diki Nanang Surahman; Novita Indrianti
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol 10 No 1 Juni 2016
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (12777.884 KB) | DOI: 10.26578/jrti.v10i1.1730

Abstract

Ripe banana flour is potential to be used as snack food or breakfast meals ingredients. This research was aimed to evaluate the instaneous ready to drink ripe banana flour based product including its physcochemical properties and also its sensory acceptance. The product was processed according these following steps: ripe banana flour preparation, banana flakes processing and lastly mixing all ingredients inwhich 30% of ingredients is mix of ripe banana flour and banana flakes with ratio 1:5, 1:2 and 1:1. Result showed that lower banana flake ratio used in the formulation tended to lower the protein and fat content with amount of 1,24-1,77% and 1,15-1,65%, respectively, meanwhile the fiber content increased with range of 0,32-1,30%. This product can be an alternative as breakfast meal with calory value range from 381,71-384,82 kkal/100 gr. The less banana flake used in formulation the less bulk density resulted (0,7-0,73 gr/ml). During short period storage the viscosity of the products were increased with range about 15,45-18,04 cp. Instaneous ready to drink ripe banana flour obtained moderate acceptance from panelist. The best product was a formula which used mix of ripe banana flour and banana flakes 1:2, with the highest overall revenue value (4.87).  As an alternative snack or breakfast meals, this formula gives energy of 161.62 kcal per 42 gram product.ABSTRAKPada penelitian ini dibuat minuman serbuk instan berbasis tepung pisang matang sebagai makanan selingan atau alternatif makanan sarapan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sifat fisik, kimia serta penerimaan organoleptik minuman serbuk instan berbasis tepung pisang matang. Produk dibuat dengan tahapan : pembuatan tepung pisang matang, flake pisang, dan minuman serbuk berbasis tepung pisang matang yang 30% formulanya berupa campuran tepung pisang matang dan flake pisang. Perlakuan perbandingan tepung pisang dengan flake pisang 1:5, 1:2, dan 1:1 dianalisa dengan analisa yang meliputi analisa sifat kimia, fisik, dan organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin sedikit penggunaan flake pisang, kadar protein (1,24-1,77%) dan lemak semakin menurun (1,15-1,65%), sedangkan kandungan serat semakin meningkat (0,32-1,30%). Produk ini dapat menjadi alternatif makanan sarapan dengan nilai kalori yang tidak kurang dari 300 kkal (381,71-384,82 kkal/100 gr). Semakin sedikit penggunaan flake pisang nilai densitas kamba semakin menurun (0,7-0,73 gr/ml) dan viskositas setelah dibiarkan pada suhu ruang 25oC semakin meningkat (15,45-18,04 cp). Minuman sebuk instan ini diterima dengan nilai penerimaan keseluruhan berkisar antara 4,50-4,87 yang artinya netral dan agak disukai. Produk terbaik adalah produk dengan nilai penerimaan over all tertinggi (4,87) yaitu formula dengan campuran tepung pisang dan flake pisang 1:2. Sebagai makanan selingan atau alternatif makanan sarapan, formula ini memberikan energi sebesar 161,62 Kkal per 42 gram produk. Kata kunci : tepung pisang, minuman serbuk instan, makanan sarapan
The relationship between the current knowledge’s satisfaction of disaster preparedness and the practice of family emergency planning Hapsari, Elsi D.; Azizah, Salma Nur; Surahman, Diki Nanang; Sutono, Sutono; Watanabe, Satoko; Luthfiyah, Jihan Siti Lathifa
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 13 No. 2 (2025): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jkp.v13i2.2770

Abstract

Background: Since the 2020 version, the content of family emergency planning (FEP) has been included in the Indonesian Maternal and Child Health (MCH) handbook.  However, there is still limited information on whether pregnant women, especially those who are living in disaster-prone areas like Yogyakarta Province, practice it in their day-to-day lives.  Purpose: to analyse the relationship between the current knowledge’s satisfaction of disaster preparedness and the practice of FEP among pregnant women based on the MCH handbook.  Methods: A quantitative descriptive survey with a cross-sectional design was applied in this study.  Data collection was conducted between March and September 2024 using three questionnaires, which included demographic data, current knowledge’s satisfaction with disaster preparedness, and practice of FEP.  The samples were 277 pregnant women.  Data were analysed with a chi-square test and Cramer’s V test Results: Most of respondents reported of having quite satisfied (43.32%) with their current knowledge of disaster preparedness.  As many as 135 respondents (48.73%) reported practicing FEP, but only 35.56% of them completed the practice.  There is a significant relationship between the satisfaction of current knowledge about disaster preparedness with the practice of FEP, but the association is weak (p=0.04, Cramer’s V=0.04).  Conclusions:  The current knowledge’s satisfaction with disaster preparedness and the practice of FEP has a significant relationship, but the association is weak.  Policymakers need to develop disaster preparedness and FEP strategies based on the findings in the field and the identification of barriers.  Health care professionals should improve pregnant women’s FEP and ensure that they practice it in their daily lives through various activities such mobile reminders, group education, and integration into digital platforms.