Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

PEMBUATAN TEPUNG KOMPOSIT DARI PATI GANYONG/ GARUT DAN TEPUNG LABU KUNING SEBAGAI BAHAN BAKU FLAT NOODLE - The Production of Composite Flour from Canna/Arrowroot Starch and Pumpkin Flour as Flat Noodle Ingredient Novita Indrianti; Nok Afifah; Enny Sholichah
Biopropal Industri Vol 10, No 1 (2019)
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.115 KB) | DOI: 10.36974/jbi.v10i1.4927

Abstract

Non wheat noodles like flat noodle require composite starch with high amylase content such as canna and arrowroot starch as raw material. Pumpkin flour addition is expected to increase nutrition value of the composite flour. This research aimed to characterized composite flour from canna starch or arrowroot starch and pumpkin flour as ingredient for flat noodles. Six composite flour formulations were made from a mixture of canna starch or arrowroot starch with pumpkin flour at 5%, 10%, 15% concentrations. The physicochemical properties (proximate, beta-carotene, colour analysis), functional properties (swelling power, solubility, water absorption capacity, oil absorption capacity) and pasting properties (peak, breakdown, final, setback viscosity and pasting temperature) were analyzed. The results revealed that higher concentration of pumpkin flour was significantly increasing ash, protein, fat, carbohydrate and beta carotene content. The swelling power, solubility, water and oil absorption capacity increased with high concentrations of pumpkin flour, while the lightness of composite flour decreased. The addition of pumpkin flour increased peak and breakdown viscosity but decreased setback viscosity. Canna-pumpkin composite flours at 5% of pumpkin flour was recommended as ingredient for flat noodle because it has a low swelling power, low peak viscosity, low breakdown viscosity, low final viscosity and high setback viscosity.Keywords:  canna/arrowroot-pumpkin composite flour, functional properties, gelatinization profile, physicochemical propertiesABSTRAKMi non gandum seperti flat noodle membutuhkan tepung komposit pati berkadar amilosa tinggi seperti pati ganyong dan pati garut sebagai bahan baku. Penambahan tepung labu kuning diharapkan dapat meningkatkan nilai gizi pada tepung komposit sebagai bahan baku flat noodle. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakterisasi tepung komposit dari pati ganyong/garut dan tepung labu kuning sebagai bahan baku flat noodle. Enam formulasi tepung komposit flat noodle dibuat dari campuran pati ganyong atau pati garut dengan penambahan tepung labu kuning 5%, 10% dan 15%. Karakterisasi tepung komposit meliputi sifat fisikokimia (proksimat, beta-karoten, warna), sifat fungsional (swelling, kelarutan, kapasitas penyerapan air, kapasitas penyerapan minyak) dan profil gelatinisasi (viskositas puncak, breakdown, akhir, setback dan suhu gelatinisasi). Hasil penelitian menunjukkan kenaikan konsentrasi tepung labu kuning berpengaruh signifikan terhadap kenaikan kadar abu, protein, lemak, karbohidrat, beta karoten, swelling power, kelarutan, serta kapasitas penyerapan air dan minyak tepung komposit. Kecerahan tepung komposit menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi tepung labu kuning. Penambahan tepung labu kuning meningkatkan viskositas puncak dan breakdown, tetapi menurunkan viskositas setback tepung komposit. Tepung komposit (ganyong-labu kuning) dengan penambahan tepung labu kuning 5% direkomendasikan sebagai bahan baku flat noodle karena memiliki swelling power rendah, viskositas puncak rendah, breakdown rendah, viskositas akhir rendah dan setback tinggi. Kata kunci: profil gelatinisasi, sifat fisikokimia, sifat fungsional, tepung komposit ganyong/garut-labu kuning
Perbandingan Penggunaan Tepung Ubi Kayu dari Umur Panen yang Berbeda dan Penambahan Tepung Jagung dalam Pembuatan Mi Kering The Use of Cassava Flour from Different Harvest Time with the Addition of Corn Flour in Making Dried Noodle Novita Indrianti
JURNAL PANGAN Vol. 24 No. 1 (2015): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v24i1.43

Abstract

Tepung ubi kayu dan tepung jagung merupakan tepung non gandum yang memiliki kandungan pati cukup tinggi sehingga berpotensi dijadikan mi. Kualitas tepung ubi kayu dipengaruhi salah satunya oleh kandungan patinya. Semakin tinggi tingkat substitusi tepung ubi kayu yang ditambahkan, maka kandungan pati semakin meningkat, karena tepung ubi kayu mempunyai kandungan pati lebih tinggi dari tepung terigu. Umur panen ubi kayu berpengaruh terhadap kandungan pati di dalamnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan penggunaan tepung ubi kayu dari umur panen yang berbeda dan tepung jagung dalam pembuatan mi kering. Proses pembuatan mi terdiri dari pencampuran bahan, pengukusan, pemadatan adonan, pembentukan lembaran dan untaian, pengukusan mi, pengeringan, dan pengemasan. Perlakuan yang digunakan adalah tepung dari ubi kayu dengan umur panen 6 bulan, 8 bulan, dan 10 bulan dan perbandingan penggunaan tepung ubi kayu dan tepung jagung yaitu 50 persen : 50 persen, 60 persen: 40 persen, dan 70 persen : 30 persen. Hasil penelitian menunjukkan mi terbaik dihasilkan oleh tepung dari ubi kayu umur panen 10 bulan dengan perbandingan tepung ubi kayu dan tepung jagung 60 persen : 40 persenCassava flour and corn flour, the non-wheat flour products having high starch content, are potentially used for noodle processing. The quality of cassava flour is influenced by starch content which is higher substitution of cassava flour in the product and higher starch content. The harvest time of cassava is significantly influencing the starch content. The purpose of this research is to find the best additional ratios between cassava flour in different harvest times of cassava with corn flour for producing dried noodle. The steps in processing dried noodle are mixing, steaming, cramming, sheeting, followed by noodle steaming, drying and packaging. The treatments of cassava flours are taken from harvest time of 6, 8, and 10 months and in which the corn flours are added with the ratios between cassava flours and corn flours are respectively 50:50 percents, 60:40 percents, and 70:30 percents. The results show that noodle with the higher ratio of cassava flour and corn flour have the best characteristics such as of elongation, hardness, chewiness, stickiness and yields. The best noodle composition is with the ratio of cassava flour and corn flour at 60:40 percents and cassava flour from the cassava with the harvest time of 10 months.  
Potensi Tanaman Sagu {Metroxylon sp.) dalam Mendukung Ketahanan Pangan di Indonesia (Potential of Sago Plant (Metroxylon sp.) to Support Food Security in Indonesia) Parama Tirta Wulandari Wening Kusuma; Novita Indrianti; Riyanti Ekafitri
JURNAL PANGAN Vol. 22 No. 1 (2013): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v22i1.78

Abstract

Ketergantungan bangsa Indonesia terhadap beras begitu tinggi, sehingga ketika kebutuhan beras dalam negeri tidak tercukupi, Indonesia harus mengimpor beras. Ketergantungan terhadap beras dapat dikurangi melalui alternatif bahan pangan Iainnya yang dapat dibudidayakan di Indonesia sebagai upaya mendukung ketahanan pangan di Indonesia. Salah satunya dengan mengeskplorasi potensi bahan pangan lokal Indonesia. Dalam kaitan dengan hal tersebut, maka tuiisan ini bertujuan untuk memetakan potensi sagu dan diversifikasi olahan sagu, baik berupa olahan pangan maupun olahan non-pangan sehingga dapat menjadi acuan dalam mengeksplorasi bahan pangan sagu. Sagu dapat diolah menjadi panganan tradisional, tepung sagu dan turunannya seperti tepung sagu termodifikasi dan mi sagu, serta pati sagu dan turunannya seperti edible film, makanan pendamping ASI, dan sohun. Sedangkan untuk kebutuhan non-pangan, sagu dapat dimanfaatkan menjadi bioethanol dan Protein Sel Tunggal. Untuk meningkatkan diversifikasi produk berbasis sagu dan turunannya maka perlu dilengkapi dengan kajian ekonomi, dukungan dan kebijakan pemerintah baik dari sisi ketersediaan maupun kemudahan akses para pelaku usaha komoditas sagu.Indonesia's dependence on rice is so high, that when the domestic rice requirement is not fulfilled, Indonesia has to import rice. The dependence on rice can be reduced through some alternative foodstuffs which can be cultivated in Indonesia. One way to do it is by exploring the potential of local food in Indonesia to support food security. This paper aimed to map out the potential of sago and sago processing diversification, both non-processing food and processing food so it can be a reference in exploring food from sago. Sago can be processed into traditional snacks, sago starchand its derivativessuch as modified sago starch and sago noodles, and sago starch and its derivatives such as edible films, complementary feeding, and vermicelli. For the need of non-food product, sago can be processed to become bioethanol and single cell protein. To improve product diversification based on sago it is necessary to be equipped with the economic assessment, support and government policy both in terms of availability and ease of business access to sago commodity 
Pengaruh Penambahan Berbagai Jenis Gula terhadap Kualitas Keju Analog dari Campuran Susu dan Sari Kedelai ( The Effect of Various Types of Sugar Addition on the Quality of Cheese Analog from a Mixture of Cow's Milk and Soy Milk) Novita Indrianti
JURNAL PANGAN Vol. 21 No. 4 (2012): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v21i4.199

Abstract

Keju analog dari campuran susu sapi dan sari kedelai telah dipelajari secara laboratoris. Pembuatan keju mengadopsi prosedur pembuatan keju Cheddar dengan mengganti rennet dengan ekstrak jeruk nipis sebagai sumber asam dan sebagai bahan penggumpal. Pada proses pembuatan keju, glukosa, sukrosa, atau madu ditambahkan, masing-masing dilakukan pada percobaan yang berbeda. Lactobacillus casei juga ditambahkan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan glukosa, sukrosa, dan madu terhadap kualitas kimiawi dan sensoris keju analog. Hasilnya menunjukkan rendemen keju analog tertinggi diperoleh jika glukosa ditambahkan pada proses pembuatannya. Kadar protein dan lisin tersedia tertinggi juga diperoleh jika glukosa ditambahkan pada proses pembuatan keju analog. Kadar lemak tertinggi diperoleh jika madu ditambahkan. Perbedaan jenis gula, yaituglukosa, sukrosa, dan madu, tidak berpengaruh pada penerimaan panelis atas dasar kesukaannya terhadap semua atribut sensori.Cheese analog from a mixture of cow's milk and soy milk has been made in laboratory experiment Theprocessing of cheese was adopted from a procedure of making Cheddarcheese in which rennet was substituted by lemon extractused as acid source as wellas a coagulant whereas Lactobacillus casei was also added. Glucose, sucrose, and honey were added in separated experiments. Thisresearch was aimed to analyze the effect of usingglucose, sucrose, and honey on the chemicaland sensory of cheese analog. The highest yield was found in cheese analog where glucose was used in Its processing. The highest protein and available lysine contents were also found in cheese analog when glucose was added. The highest fat contentof cheese analog was found whenhoney was added. Glucose, sucrose, and honey did not affecton the acceptance of panelists based on their preferences to all atributes of sensory properties. 
Pengaruh Penambahan Tepung Komposit Pada Pembuatan Mie Instan Jagung Terhadap Nilai Gizi (The Effect of Composite Flour Addition on the Nutritional Value in the Making of Instant Corn Noodles) Riyanti Ekafitri; Novita Indrianti; Rima Kumalasari; Doddy A Darmajana
JURNAL PANGAN Vol. 21 No. 4 (2012): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v21i4.201

Abstract

Mie instan jagung pada penelitian ini adalah mie berbahan baku utama tepung jagung dengan penambahan tepung komposit dan bahan tambahan pangan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan jenis dan konsentrasi tepung komposit yang digunakan terhadap nilai gizi mie jagung yang dihasilkan. Untuk pembuatan mie instan jagung digunakan teknoiogi seperti pembuatan mie terigu dengan modifikasi proses. Perlakuan yang digunakan adalah penggunaan tiga jenis tepung komposit dan dua tingkat konsentrasi penambahan. Tepung subsitusi yang digunakan yaitu tepung ganyong (G), tapioka (T), dan mocaf (M) dengan konsentrasi 5 persen dan 10 persen. Produk yang dihasilkan dari perlakuan tersebut memiliki kandungan makronutrien protein yang berkisar antara 10,11-11,96 persen, lemak yang berkisar antara 16,86-20,60 persen, dan karbohidrat yang berkisar antara 62,81-67,35 persen. Keenam perlakuan mengkasilkan total kalori yang berkisar antara 278,75- 289,55 Kkal. Persen angka kecukupan gizi (persentase AKG) protein per takaran saji 60 gram berkisar antara 8,08-9,57 persen, persentase AKG lemak berkisar antara 26,01-31,78 persen, dan persentase AKG karbohidrat berkisar antara 11,17-11,97 persen.Instant corn noodle in this study was made from corn flour with the addition ofcomposite flour and other food additives. This study aimed to determine the effect ofadding the type and concentration of the composite flour on the nutritional value ofthe noodles. The processing technology adopted was similar to that of manufacturing wheat flour noodles with theprocess modification. The treatments were the use ofthree types ofcomposite flours with two levels ofconcentration. Wheat flour substitution used were the canna starch flour (G), tapioca (T), and mocaf (M) with a concentration of5percent (1) and 10 percent (2). The products had macronutrient content ofprotein ranged from 10.11-11.96 percent, fat ranged from 16.86-20.60 percent and carbohydrates ranged from 62.81-67.35 percent. The sixtreatments resulted in total calories ranged 278.75-289.55 kcal. Percentage ofRecommended Daily Allowance (percentage RDA) ofprotein per 60 gram serving size ranged from 8.08 to 9.57 percent percentage RDA offat ranged from 26.01-31.78 percent and percentage RDA of carbohydrates ranged between 11.17-11.97 percent 
Proses Pembuatan Mi Jagung dengan Bahan Baku Tepung Jagung 60 Mesh dan Teknik (Sheeting-Slitting Process ofCorn Noodles based on Corn Flour 60 Mesh and Sheeting- Slitting Technique) Novita Indrianti; Enny Sholichah; Doddy A. Darmajana
JURNAL PANGAN Vol. 23 No. 3 (2014): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v23i3.258

Abstract

Mi jagung dikembangkan untuk meningkatkan ketahanan pangan melalui diversifikasi pangan pokok non gandum dan non beras. Salah satu faktor utama dalam pembuatan mi non gandum adalah tidak adanya fraksi gluten sehingga perlu dilakukan rekayasa proses dari jumlah penambahan air dan prosespemadatan adonan. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan proses pembuatan mi jagung dengan perlakuan jumlah penambahan air dan pemadatan adonan. Bahan yang digunakan adalah tepung jagung 60 mesh (90 persen), tapioka (10 persen), guar gum, garam, dan air. Mi Jagung dibuat dengan tekniksheeting-slitting dengan tahapan proses : pencampuran 1, pengukusan, pencampuran 2, pemadatan adonan, pembuatan lembaran, pencetakan mi, pengukusan, pengeringan, dan pengemasan. Perlakuan yang digunakan adalah 2 (dua) faktor yaitu jumlah penambahan air (50 persen, 53 persen, dan 55 persen terhadap tepung) dan banyaknya ulangan pemadatan adonan (2 kali, 8 kali, dan 15 kali). Parameter yang dianalisa pada masing-masing perlakuan meliputi karakteristik operasi (waktu pemadatan dan sisa bahan padat), karakteristik mi jagung (elongasi, cooking loss, kekerasan, kelengketan, dan kekenyalan). Proses pembuatan mi jagung dengan teknik sheeting-slitting yang paling baik dilakukan dengan penambahan air 53 persen dan pemadatan adonan 2 kali.Corn noodle developed to improve food security through diversification of non-staple food grain and non-rice. One of the major factors in the manufacture of non-wheat noodles is not that a significant fraction of gluten so it is necessary to process engineering of the amount of additionalwaterand dough compaction process. The purpose of this study is to process of making corn noodles with addition of water and the amount of compaction variables. The materials used were corn flour 60 mesh (90 percent), tapioca (10 percent), guargum, salt, and water. Corn noodles weremade with sheeting-slitting techniques with steppingprocess: mixing, steaming, mixing, compaction dough, sheet-making, printing noodles, steaming, drying, and packaging. The amount of water variables are 50 percent, 53 percent and 55 percent of flour. The number of replication in the dough compaction process variables are twice, eight times ang fifteen times. Parameters being measured by the characteristic of corn noodles produced, i.e.: cooking loss, elongation, hardness, adhesiveness, elasticity and the operating process characteristics such as compaction time and residual material. The result show that the best of amount of water to be added was 53 percent of the flour.While compaction time for the dough was twice. 
Pengaruh Variasi Ukuran Partikel Tepung Jagung terhadap Karakteristik Fisikokimia Mi Jagung Instan Effect of Particle Size Variation of Corn Flour on Physicochemical Characteristics of Instant Corn Noodle Doddy A. Darmajana; Riyanti Ekafitri; Rima Kumalasari; Novita Indrianti
JURNAL PANGAN Vol. 25 No. 1 (2016): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v25i1.301

Abstract

Ukuran partikel tepung jagung adalah salah satu faktor yang menentukan kualitas mi jagung instan. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji pengaruh ukuran partikel tepung jagung terhadap karakteristik fisikokimia mi jagung instan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan faktor tunggal, yaitu ukuran partikel jagung sebesar 400 µm, 250 µm, dan 149 µm. Analisis terhadap perlakuan meliputi kekerasan, kelengketan, kekenyalan, kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar karbohidrat. Hasil penelitian menunjukkan ukuran partikel tepung jagung berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap elastisitas, cooking loss, dan kadar protein, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kekerasan, kelengketan, kekenyalan, kadar air, abu, lemak, dan karbohidrat mi jagung instan yang dihasilkan. Ukuran partikel tepung jagung 149 µm (100 mesh) menghasilkan mi jagung instan terbaik dengan karakteristik fisikokimia cooking loss 23,10 persen, kekenyalan 0,47 persen, elastisitas 67,80 persen, kekerasan 3.881 gf, kelengketan -30,55 gs, kadar air 4,87 persen, abu 1,22 persen, protein 4,86 persen, lemak 23,72 persen, dan karbohidrat 58,62 persen.Particle size of corn flour determines the quality of corn instant noodle products. This research aimed to examine the effect of particle size of corn flour on physico-chemical characteristics of instant corn noodles. This study uses a Randomized Block Design (RBD), single factor particel size of corn flour i.e. 400 μm, 250 μm, and 149 μm. An analysis of the treatments, i.e. hardness, plasticity, stickiness, elasticity, cooking loss, moisture, ash, fat, protein and carbohydrate content.The result showed that particle size of corn flour affected significantly (p<0,05) to the elasticity, cooking loss, and protein, but did not affect the hardness, plasticity, stickiness,  moisture, ash, fat, and carbohydrate content of instant corn noodles. The best product was instant corn noodles using 149 µm (100 mesh) particle size of corn flour, with physico-chemical characteristics : cooking loss 23,10 percent, plasticity 0,47 percent, elasticity 67,80 percent, hardness 3.881 gf, stickiness -30,55 gs, moisture 4,87 percent, ash 1,22 percent, protein 4,86 percent, fat 23,72 percent, and carbohydrate content 58,62 percent.
Pengaruh Jenis dan Rasio Penambahan Pati Terhadap Karakteristik Biskuit MP-ASI Berbasis Mocaf Novita Indrianti; Lia Ratnawati; Riyanti Ekafitri; Nur Kartika Indah Mayasti; Dewi Natalia Sirait
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol.15 No.2 Desember 2021
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26578/jrti.v15i2.6858

Abstract

Biskuit MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) yang terdapat di pasaran terbuat dari tepung terigu. Selain aspek gizi, pengembangan produk biskuit MP-ASI non terigu membutuhkan tekstur dengan kekerasan yang rendah dan kerenyahan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk  mengetahui karakteristik fisikokimia biskuit MP-ASI dengan perbandingan mocaf dan jenis pati. Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan variasi perlakuan jenis pati (jagung, kentang, garut, tapioka) dan rasio penambahan mocaf dengan pati (3:1, 2:1, 1:1, dan 1:2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa biskuit yang dihasilkan telah memenuhi SNI biskuit MP-ASI. Semakin tinggi rasio pati yang ditambahkan menyebabkan penurunan kadar air, abu, kecerahan, dan kekerasan biskuit MP-ASI. Formulasi biskuit MP-ASI yang terpilih adalah campuran mocaf dan pati kentang dengan rasio mocaf:pati sebesar 1:2 menghasilkan tingkat kekerasan terendah dibanding pati yang lain. Biskuit MP-ASI tersebut memiliki karakteristik kadar air 3,77%, abu 2,41%, protein 6,37%, lemak 12,63%, karbohidrat 74,83%, kekerasan 531,47 gf, warna (L* 72,20; a* 3,95; dan b* 17,26) dan nilai atribut sensoris berkisar 3,93-4,34 menunjukkan penilaian agak suka
Evaluasi Sifat Fisik, Kimia serta Penerimaan Organoleptik Minuman Serbuk Instan Berbasis Tepung Pisang Matang sebagai Alternatif Makanan Sarapan Achmat Sarifudin; Riyanti Ekafitri; Diki Nanang Surahman; Novita Indrianti
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol 10 No 1 Juni 2016
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (12777.884 KB) | DOI: 10.26578/jrti.v10i1.1730

Abstract

Ripe banana flour is potential to be used as snack food or breakfast meals ingredients. This research was aimed to evaluate the instaneous ready to drink ripe banana flour based product including its physcochemical properties and also its sensory acceptance. The product was processed according these following steps: ripe banana flour preparation, banana flakes processing and lastly mixing all ingredients inwhich 30% of ingredients is mix of ripe banana flour and banana flakes with ratio 1:5, 1:2 and 1:1. Result showed that lower banana flake ratio used in the formulation tended to lower the protein and fat content with amount of 1,24-1,77% and 1,15-1,65%, respectively, meanwhile the fiber content increased with range of 0,32-1,30%. This product can be an alternative as breakfast meal with calory value range from 381,71-384,82 kkal/100 gr. The less banana flake used in formulation the less bulk density resulted (0,7-0,73 gr/ml). During short period storage the viscosity of the products were increased with range about 15,45-18,04 cp. Instaneous ready to drink ripe banana flour obtained moderate acceptance from panelist. The best product was a formula which used mix of ripe banana flour and banana flakes 1:2, with the highest overall revenue value (4.87).  As an alternative snack or breakfast meals, this formula gives energy of 161.62 kcal per 42 gram product.ABSTRAKPada penelitian ini dibuat minuman serbuk instan berbasis tepung pisang matang sebagai makanan selingan atau alternatif makanan sarapan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sifat fisik, kimia serta penerimaan organoleptik minuman serbuk instan berbasis tepung pisang matang. Produk dibuat dengan tahapan : pembuatan tepung pisang matang, flake pisang, dan minuman serbuk berbasis tepung pisang matang yang 30% formulanya berupa campuran tepung pisang matang dan flake pisang. Perlakuan perbandingan tepung pisang dengan flake pisang 1:5, 1:2, dan 1:1 dianalisa dengan analisa yang meliputi analisa sifat kimia, fisik, dan organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin sedikit penggunaan flake pisang, kadar protein (1,24-1,77%) dan lemak semakin menurun (1,15-1,65%), sedangkan kandungan serat semakin meningkat (0,32-1,30%). Produk ini dapat menjadi alternatif makanan sarapan dengan nilai kalori yang tidak kurang dari 300 kkal (381,71-384,82 kkal/100 gr). Semakin sedikit penggunaan flake pisang nilai densitas kamba semakin menurun (0,7-0,73 gr/ml) dan viskositas setelah dibiarkan pada suhu ruang 25oC semakin meningkat (15,45-18,04 cp). Minuman sebuk instan ini diterima dengan nilai penerimaan keseluruhan berkisar antara 4,50-4,87 yang artinya netral dan agak disukai. Produk terbaik adalah produk dengan nilai penerimaan over all tertinggi (4,87) yaitu formula dengan campuran tepung pisang dan flake pisang 1:2. Sebagai makanan selingan atau alternatif makanan sarapan, formula ini memberikan energi sebesar 161,62 Kkal per 42 gram produk. Kata kunci : tepung pisang, minuman serbuk instan, makanan sarapan