Nina Herlina Lubis
Padjadjaran University

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

WÈWÈKAS DAN IPAT-IPAT SUNAN GUNUNG JATI BESERTA KESESUAIANNYA DENGAN AL-QUR’AN Eva Nur Arovah; Nina Herlina Lubis; Reiza Dienaputra; Widyo Nugrahanto
Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research Vol 9, No 3 (2017): PATANJALA VOL. 9 NO. 3, SEPTEMBER 2017
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (946.197 KB) | DOI: 10.30959/patanjala.v9i3.309

Abstract

Tidak ada yang menyangsikan peran Sunan Gunung Jati sebagai salah satu sosok penting dalam penyebaran Islam di Pulau Jawa khususnya. Pun, tidak ada yang menyangsikan kehebatannya dalam kancah politik tradisional, karena berhasil membawa Cirebon “merdeka” dari Kerajaan Sunda dan mendirikan Kerajaan Islam Cirebon. Dari sini Sunan Gunung Jati hadir sebagai raja dan sebagai wali, yang menguasai sebagian wilayah (yang sekarang) Jawa Barat sekaligus mengajak dan menyemangati sisi spiritual warganya dalam memeluk Islam. Salah satu wujud ajakan Sunan Gunung Jati tersebut tertuangkan dalam bentuk wèwèkas dan ipat-ipat (perintah dan larangan) atau nasehat yang berhubungan dengan persoalan agama, maupun persoalan sosial-kemanusiaan. Penelitian ini berusaha mengkaji bagian Pangkur naskah Cirebon yang berjudul Sejarah Peteng (Sejarah Rante Martabat Tembung Wali Tembung Carang Satus-Sejarah Ampel Rembesing Madu Pastika Padane) di mana didalamnya terdapat gambaran tentang wèwèkas dan ipat-ipat Sunan Gunung Jati serta mencari kesesuiannya dengan Al-Qur’an dan nilai-nilai kemanusiaan. Kata Kunci: wèwèkas, ipat-ipat, Sunan Gunung Jati, Al-Qur’an, Kemanusiaan
PERGULATAN PEMIKIRAN KIAI NAHDLATUL ULAMA DENGAN KAUM MODERNIS ISLAM DI JAWA BARAT (1930-1937) Agung Purnama; Nina Herlina Lubis; Widyonugrahanto Widyonugrahanto
Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research Vol 9, No 2 (2017): PATANJALA VOL. 9 NO. 2, JUNE 2017
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (703.627 KB) | DOI: 10.30959/patanjala.v9i2.34

Abstract

Nahdlatul Ulama adalah organisasi bercorak Islam tradisional yang dibentuk pada tahun 1926 di Surabaya Jawa Timur. Selanjutnnya NU menyebar luas ke wilayah lain di Pulau Jawa. Sementara itu, Jawa Barat adalah sebuah wilayah yang pada dekade 1920-1930-an merupakan lahan subur tempat tumbuh dan berkembangnya organisasi Islam bercorak modernis Di sana banyak bermunculan tokoh-tokoh pembaharu yang “agresif” dalam berdakwah menentang amaliah-amaliah keagamaan masyarakat Islam tradisional. Oleh karena itu, ketika NU masuk ke Jawa Barat, sangat mungkin akan disertai “gesekan” dengan organisasi Islam modernis setempat. Dalam mengkaji permasalahan ini penulis menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahap; heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Jawa Barat kerap terjadi pergulatan pemikiran dalam masalah sumber penetapan hukum agama. Bagi para kiai NU taqlid kepada hasil ijma’ para ulama mazhab hukumnya boleh, tetapi bagi kaum modernis perilaku bermazhab adalah haram. Umat Islam wajib kembali kepada Al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber hukum utama. Selain itu, yang menjadi topik perdebatan adalah permasalahan bid’ah atau sunnah-nya tradisi-tradisi keagamaan yang berkembang di masyarakat sejak lama.Kata kunci: kiai NU, kaum modernis, pegulatan pemikiran, perdebatan, Jawa Barat.
KESENIAN SISINGAAN SUBANG: SUATU TINJAUAN HISTORIS Anggi Agustian Junaedi; Nina Herlina Lubis; Kunto Sofianto
Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research Vol 9, No 2 (2017): PATANJALA VOL. 9 NO. 2, JUNE 2017
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (966.934 KB) | DOI: 10.30959/patanjala.v9i2.6

Abstract

Kesenian sisingaan merupakan kesenian yang berasal dari daerah di sebelah utara Provinsi Jawa Barat bernama Kabupaten Subang. Sampai saat ini, kesenian  sisingaan dipersepsikan oleh banyak orang sebagai bagian dari perjuangan rakyat yang dalam hal ini perlawanan terhadap tuan tanah atau penjajah. Namun, pendapat ini perlu ditinjau ulang mengingat beberapa pakar kesenian seperti Edih dan Armin Asdi yang mengatakan bahwa pada awalnya kesenian ini berfungsi sebagai alat untuk mengarak anak-anak yang akan dikhitan. Maka, untuk menjabarkan persoalan tersebut peneliti menggunakan metode sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, kesenian sisingaan tidak lahir sebagai aksi perlawanan karena sebelum aksi tersebut terjadi, kesenian ini telah ada dan beberapa kali digelar pada acara khitanan. Setidak-tidaknya ada dua indikator yang dapat dikemukakan untuk menjelaskan latar belakang terbentuknya sisingaan. Pertama, ia merupakan bagian integral dari proses islamisasi di Subang. Kedua, sebagai bentuk penghormatan kepada P.W. Hofland karena telah berjasa membangun Subang beserta penduduknya. Kata kunci: kesenian sisingaan, historis, Subang.
Peranan Bupati R.A.A. Wiratanuningrat dalam Pembangunan Kabupaten Tasikmalaya 1908-1937 Aam Amaliah Rahmat; Nina Herlina Lubis; Widyo Nugrahanto
Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research Vol 9, No 3 (2017): PATANJALA VOL. 9 NO. 3, SEPTEMBER 2017
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (660.975 KB) | DOI: 10.30959/patanjala.v9i3.46

Abstract

Tulisan ini membahas tentang peranan Bupati R.A.A. Wiratanuningrat dalam membangun Kabupaten Tasikmalaya. Perkembangan tersebut meliputi bidang pendidikan, infrastruktur, agama, pertanian dan ekonomi. Ada tiga hal yang dipersoalkan yaitu (1) bagaimana kondisi sosial, ekonomi dan pemerintahan sebelum R.A.A. Wiratanuningrat memerintah? (2) siapakah R.A.A. Wiratanuningrat? (3) bagaimana kondisi ekonomi, sosial dan pemerintahan ketika R.A.A. Wiratanuningrat memerintah? Adapun metode yang digunakan untuk menjawab pertanyaan tersebut yaitu menggunakan metode sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Kabupaten Tasikmalaya memang pada mulanya bernama Kabupaten Sukapura. Perpindahan Ibukota dari Manonjaya ke Tasikmalaya boleh dikatakan sebagai tonggak awal untuk melakukan pembangunan di Tasikmalaya walaupun memang perpindahan ini tidak terjadi pada masa Wiratanuningrat memerintah. Meskipun Bupati R.A.A. Wiratanuningrat bukan keturunan langsung dari dinasti “wiradadaha” tetapi R.A.A. Wiratanuningrat dapat memperlihatkan kemajuan di Kabupaten Tasikmalaya baik dari segi fisik maupun non fisik. Sehingga sampai sekarang dikenal sebagai bapak pembangunan dan bapak irigasi.   
KOTA SUKABUMI: DARI DISTRIK MENJADI GEMEENTE (1815-1914) Setia Nugraha; Nina Herlina Lubis
Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research Vol 9, No 3 (2017): PATANJALA VOL. 9 NO. 3, SEPTEMBER 2017
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (686.488 KB) | DOI: 10.30959/patanjala.v9i3.35

Abstract

Kota Sukabumi merupakan suatu wilayah di Jawa Barat yang mengalami perkembangan pesat dibanding daerah lainnya. Pada awalnya Sukabumi merupakan pemukiman penduduk bagian dari wilayah pemerintahan District Goenoeng Parang, Onderafdeeling Tjiheulang. bagian dari Afdeeling Tjiandjoer, Residentie Preanger. (Regeerings Almanaks tahun 1872).  Andries  Christoffel  Johannes de Wilde, seorang berkebangsaan Belanda yang pertama kali mengenalkan  nama Soekaboemi (Soeka Boemi) ke dunia luar. Awalnya ia menjelajah di Sukabumi untuk mencari lokasi tanah yang cocok bagi perkebunan. Dari sebuah pemukiman, selanjutnya Sukabumi mengalami perkembangan pesatmelampaui Cianjur yang sebelumnya berada di depan garis pacu. Perkembangan ini menarik perhatian penulis. Untuk menjabarkan dinamika Kota Sukabumi (1914-1942), dilakukan kajian historis dengan menggunakan metode sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Penelitian ini memokuskan perhatian pada asal usul  terbentuknya Kota Sukabumi, dinamika pemerintahan, sosial dan ekonomi Kota Sukabumi dan Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan Kota Sukabumi berkembang pesat dari district menjadi gemeente.