Claim Missing Document
Check
Articles

Studi Efektifitas Lapangan Pancasila Simpang Lima sebagai Ruang Publik Djoko Suwandono
Ruang Vol 3, No 2 (2017): Ruang
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Faculty of Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ruang.3.2.%p

Abstract

Kawasan Simpanglima Semarang merupakan salah satu ikon utama untuk kota Semarang, karena berbagai fasilitas sarana kota yang dapat dilayani di kawasan ini, antara lain Pusat Perbelanjaan, Perhotelan, Rekreasi dan Hiburan, dan Olah Raga. Lapangan Pancasila merupakan lapangan (Field) yang berada di tengah kawasan Simpanglima ini; yang berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau, Pengatur arus lalu lintas dan fungsi secara umum sebuah lapangan untuk interaksi sosial, olah raga, rekreasi, mobilisasi masa, upacara dsb. Sekarang kawasan Simpanglima sedah berkembangmenjadi Central Bussiness District (CBD) dan pusat keramaian kota Semarang, Lapangan Pancasila sebagai ruang orientasi akan mengalami perubahan yang sejak awal merupakan ruang terbuka aktif akan terganggu oleh kegiatan bisnis di sekitar lapangan tersebut, atau justru menjadi semakin meningkat fungsinya. Berdasarkan fungsi tersebut maka boleh dikatakan bahwa Lapangan Pancasila berfungsi sebagai Ruang Publik, namun apakah memang benar fungsi Lapangan Pancasila sesuai dengan pelayanannya sebagai Ruang Publik secara optimal, atau hanya sekedar Ruang Terbuka Hijau dan lapangan saja. Hal ini akan menimbulkan pertanyaan:”Apakah Lapangan Pancasila  sudah efektif sebagai Ruang Publik?”. Dan studi ini adalah untuk mengukur seberapa efektifitas Lapangan Pancasila tersebut sebagai Ruang Publik. Adapun metodologi penelitiannya memakai positivisme yakni kuantitatif, yang akan mengukur variabel Kualitas Pelayanan Secara Umum, Misi Ruang Publik, Kondisi Fisik dan Jenis Aktivitas yang ada. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata Lapangan Pancasila secara keseluruhan belum menjadi Ruang Publik yang efektif, tapi terhitung hanya cukup efektif saja sebagai Ruang Publik. Sehingga masih diperlukan peningkatan peningkatan prasarana dan sarana pelayanan agar Lapangan Pancasila benar-benar menjadi efektif untuk Ruang Publik.
Semarang Smart City Ditinjau dari Pola Transportasi Mobil Penumpang Pribadi Djoko Suwandono
Ruang Vol 2, No 2 (2016): Ruang
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Faculty of Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (175.105 KB) | DOI: 10.14710/ruang.2.2.561-570

Abstract

Perkembangan kota akibat urbanisasi menjadikan kota semakin berkembang melebar,  yang mengakibatkan kota tidak efisien dilihat dari waktu tempuh penduduknya semakin lama dan jauh. Bukan hanya waktu tempuh, tapi kemacetan lalu lintas, polusi udara, pengalihan lahan terbuka hijau menjadi permukiman atau lahan terbangun akan mengakibatkan banjir, peningkatan suhu udara dsb.Konsep Smart Growth  menjadi salah satu alat untuk menata kota agar mengurangi bahkan terhindar dari akibat  membengkaknya kota tersebut, juga antisipasi untuk membangun hunian baru yang sesuai konsep smart growth. Kota juga berkembang menjadi kota Metropolitan, namun masalah yang dihadapi oleh kota-kota besar di Indonesia maupun dunia umumnya tidak terasa di kota Semarang terutama soal kemacetan lalu lintas, banjir kiriman, sehingga menimbulkan suatu pertanyaan :”Apakah Semarang dapat disebut Smart City yang sesuai dengan konsep Smart Growth yang akan ditinjau dari pola transsportasi mobil penumpang pribadi?”Adapun metodologi penelitiannya memakai positivisme yakni kuantitatif, yang akan mengukur titik-titik pusat kegiatan di kota Semarang atas tujuan (destinasi) mobil penumpang pribadi, menggunakan 100 responden yang disebar pada tujuh titik.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata kota Semarang belum sepenuhnya menjadi Smart City ditinjau dari pola transportasi mobil penumpang, separuh lebih yang sudah memenuhi seperti konsep Smart Growth yakni kawasan Simpang Lima, kawasan Semarang Tengah, kawasan Banyumanik dan kawasan Ngaliyan, sedangkan yang belum memenuhi adalah kawasan kampus Undip, kawasan Tembalang dan Kawasan Gayamsari.
Studi Adaptasi Teori Defensible Space Pada Kawasan Kampus Universitas Diponegoro Tembalang Hastin Hapsari; Djoko Suwandono
Ruang Vol 2, No 4 (2016): Ruang
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Faculty of Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.176 KB) | DOI: 10.14710/ruang.2.4.243-252

Abstract

Pemindahan kampus Universitas Diponegoro ke Kecamatan Tembalang, Kota Semarang memberikan peningkatan lalu lintas dan aktivitas pada kawasan di sekitarnya. Hal ini selanjutnya menimbulkan permasalahan baru, salah satunya yaitu peningkatan angka kejahatandalam kawasan Universitas Diponegoro Tembalang. Teori defensible space dicetuskan pertama kali oleh Oscar Newman pada tahun 1972 menjelaskan bahwa tindak kejahatan dapat diminimalisir melalui intervensi fisik dalam perancangan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adaptasi teori defensible space untuk meminimalisir tindak kejahatan pencurian dalam kawasan kampus Universitas Diponegoro, Tembalang. Metode penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara. Selanjutnya, data diolah dengan teknik analisis skoring,  zoning, dan visibilitas. Dari penelitian yang dilakukan, diketahui komponen-komponen defensible space yang ada dalam kawasan kampus Universitas Diponegoro Tembalang sudah tersedia. Namun, terdapat beberapa kondisi yang masih berpotensi memunculkan peluang tindak kejahatan dalam kawasan kampus, sehingga dalam  penelitian ini dihasilkan rekomendasi adaptasi teori defensible space pada kawasan Universitas Diponegoro Tembalang. 
Penurunan Kampung Melayu Sebagai Kawasan Cagar Budaya Kota Semarang Anis Febbiyana; Djoko Suwandono
Ruang Vol 2, No 4 (2016): Ruang
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Faculty of Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (173.654 KB) | DOI: 10.14710/ruang.2.4.341-348

Abstract

Menurut Soetomo (2013:137), jalinan sejarah pembangunan kota diperlukan dalam proses pengembangan yang mengantar kepada kemajuan (modernisasi) peradaban ke peradapan, yang setiap peradapan tentu mempunyai hasil yang baik untuk masa akan datang atau peradaban baru (l’avenir du passé). Keberadaan bangunan kuno-bersejarah di masa lalu akan ikut memberikan identitas yang berbeda atau khas dari kawasan perkotaan di masa depan. Menurut UU No 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya, pengertian revitalisasi adalah upaya untuk meningkatkan nilai lahan atau kawasan melalui pembangunan kembali dalam suatu kawasan yang dapat meningkatkan fungsi kawasan sebelumnya.Kampung Melayu merupakan perkampungan multi-etnis yang berada dekat dengan Kota Lama. Berbagai budaya membaur dalam kehidupan sosial masyarakat yang beragam. Kampung Melayu mengalami gejala penurunan vitalitas namun belum mendapatkan perhatian dan penanganan yang khusus. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan penurunan vitalitas Kampung Melayu sebagai kawasan cagar budaya di Kota Semarang. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deduktif kualitatif rasionalistik.Berdasarkan analisis penelitian dengan kajian teori tentang penurunan vitalitas Kampung Melayu sebagai kawasan cagar budaya maka penelitian ini menyimpulkan  bahwa penurunan vitalitas dibagi menjadi 3 yaitu penurunan vitalitas sosial budaya, penurunan vitalitas ekonomi dan penurunan vitalitas fisik. Hasil penelitian dilapangan, Kampung Melayu masih memiliki karakteristik kampung kota. Selain itu, Kampung Melayu merupakan sebagai kawasan cagar budaya yang memiliki bangunan lebih dari 50 tahun. 
Perencanaan Konsep Pengelolaan dan Pembiayaan Pembangunan Kawasan Wisata Hutan Mangrove Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak Arif Su'udi; Djoko Suwandono
Ruang Vol 1, No 2 (2015): Ruang
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Faculty of Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ruang.1.2.51-60

Abstract

Pengembangan kawasan wisata pesisir di Kabupaten Demak dilatarbelakangi oleh Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Demak Tahun 2011 - 2031 Pasal 71 dan Pasal 95 disebutkan bahwa Kecamatan Sayung termasuk kedalam kawasan strategis daerah dengan peruntukkan sebagai kawasan industri, perdagangan dan jasa, pemasaran komoditas, permukiman perkotaan, dan kegiatan wisata bahari. Desa Bedono merupakan salah satu desa di wilayah pesisir kabupaten Demak yang memiliki potensi wisata mangrove dan religi. Desa Bedono belum dikembangkan secara optimal terutama dalam segi pengelolaan. Agar perencanaan pengelolaan dan pembiayaan pembangunan tersebut tidak salah sasaran, perlu dilakukan penelitian terlebih dahulu untuk mengidentifikasi kelayakan kawasan yang akan dijadikan sebagai obyek perencanaan. Pada penelitian ini digunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Analisis yang dilakukan yaitu terkait dengan proyeksi jumlah wisatawan dan rencana kebutuhan ruang. Hasil dari penelitian kemudian dijadikan sebagai masukan untuk merumuskan konsep pengelolaan dan pembiayaan pembangunan kawasan wisata di Desa Bedono. Konsepsi tersebut dilakukan dengan menganalisis kebutuhan ruang, konsepsi pengelolaan, perhitungan pembiayaan pembangunan baik secara ekonomi dan finansial, dan kelayakan proyek pembangunan kemudian dari hasil analisis tersebut dirumuskan suatu konsep pengelolaan dan skenario pembangunan desa wisata. 
Kajian Perilaku Masyarakat terhadap Keterbatasan Lahan Parkir pada Kawasan Komersial di Koridor Jalan Tlogosari Raya, Kota Semarang Aulia Shabrinawati; Djoko Suwandono
Ruang Vol 2, No 4 (2016): Ruang
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Faculty of Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.155 KB) | DOI: 10.14710/ruang.2.4.253-262

Abstract

Peningkatan permintaan dan penawaran akan barang dan jasa dapat mempengaruhi perkembangan suatu kawasan. Perkembangan kawasan harus diimbangi dengan penataan koridor yang baik karena jika tidak, dapat menimbulkan masalah. Salah satu masalah yang ditimbulkan yaitu perilaku parkir, seperti parkir di sekitar PKL dan jalur pedestrian, terbatasnya ruang parkir mobil, adanya aktivitas parkir campuran, tidak adanya pembatasan waktu parkir, dan parkir di badan jalan yang dapat menyebabkan kemacetan pada jam puncak. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pola perilaku masyarakat sebagai pengguna parkir di koridor jalan Tlogosari Raya dengan mengidentifikasi penggunaan lahan, kondisi jalan, karakteristik parkir, dan pemetaan perilaku.Metode yang digunakan yaitu pendekatan kuantitatif dengan analisis deskriptif, analisis faktor, dan pemetaan perilaku.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor dominan yang mempengaruhi perilaku pengguna parkir terdiri dari 2 faktor, yaitu faktor pengaruh (kenyamanan, keamanan, dan kemudahan) dan faktor pendukung (tarif parkir dan keterjangkauan). Faktor tersebut mempengaruhi timbulnya pola perilaku tertentu, yaitu off-street parking, on-street parking, parkir di jalur pejalan kaki, dan parkir di sekitar PKL dengan 4 pola (A, B, C, dan D) yang berbeda tiap segmen. Pola perilaku parkir dipengaruhi oleh bentuk ruangnya, apabila suatu lingkungan telah ditata dengan baik, maka pola perilaku yang terbentuk juga akan baik pula.
Pengaruh Bencana Banjir dan Rob Terhadap Ketahanan Ekonomi Kawasan Perdagangan Johar di Kota Semarang Wakhidah Kurniawati; Djoko Suwandono
Ruang Vol 1, No 4 (2015): Ruang
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Faculty of Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ruang.1.4.271-280

Abstract

Kota Semarang merupakan daerah pantai atau daerah pesisir yang terletak di dataran rendah, dan dialiri beberapa sungai penting, seperti Kali Semarang, Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur, serta sungai-sungai yang lain. Sejak jaman pendudukan Belanda, banjir sudah menjadi fenomena alam dan bencana tahunan di Kota Semarang. Banjir genangan dan banjir pasang air laut, menggenangi bagian utara dan bagian tengah Kota Semarang, termasuk Kawasan Perdagangan Johar Semarang. Kawasan perdagangan Johar Semarang merupakan pusat perdagangan regional yang mendapat ancaman banjir dan rob setiap tahunnya. Ancaman banjir dan rob ini akan sangat mempengaruhi kebertahanan aspek ekonomi kawasan yang ada sebagai pusat komersial dan jasa. Tidak bagusnya infrastruktur kawasan serta penurunan muka tanah juga memberi pengaruh terhadap kontinuitas banjir dan rob ini. Kondisi kawasan yang semakin kumuh, tenggelam, dan mengalami degradasi fisik visual menjadi alasan untuk ditinggalkan. Bangunan konservasi menjadi rusak, dan kawasan  semakin kehilangan identitasnya. Untuk itulah, perlu penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi dan memetakan potensi dan masalah kawasan rawan banjir di Semarang , ditinjau dari aspek fisik dan non fisik. Dari pemetaan potensi dan masalah kawasan rawan banjir dan analisis pendukung lain, diharapkan bisa disusun dari model pengaruh banjir dan rob  terhadap kebertahanan aspek ekonomi kawasan. Kota Semarang merupakan daerah pantai atau daerah pesisir yang terletak di dataran rendah, dan dialiri beberapa sungai penting, seperti Kali Semarang, Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur, serta sungai-sungai yang lain. Sejak jaman pendudukan Belanda, banjir sudah menjadi fenomena alam dan bencana tahunan di Kota Semarang. Banjir genangan dan banjir pasang air laut, menggenangi bagian utara dan bagian tengah Kota Semarang, termasuk Kawasan Perdagangan Johar Semarang. Kawasan perdagangan Johar Semarang merupakan pusat perdagangan regional yang mendapat ancaman banjir dan rob setiap tahunnya. Ancaman banjir dan rob ini akan sangat mempengaruhi kebertahanan aspek ekonomi kawasan yang ada sebagai pusat komersial dan jasa. Tidak bagusnya infrastruktur kawasan serta penurunan muka tanah juga memberi pengaruh terhadap kontinuitas banjir dan rob ini. Kondisi kawasan yang semakin kumuh, tenggelam, dan mengalami degradasi fisik visual menjadi alasan untuk ditinggalkan. Bangunan konservasi menjadi rusak, dan kawasan  semakin kehilangan identitasnya. Untuk itulah, perlu penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi dan memetakan potensi dan masalah kawasan rawan banjir di Semarang , ditinjau dari aspek fisik dan non fisik. Dari pemetaan potensi dan masalah kawasan rawan banjir dan analisis pendukung lain, diharapkan bisa disusun dari model pengaruh banjir dan rob  terhadap kebertahanan aspek ekonomi kawasan. 
Perencanaan Desa Wisata Dengan Pendekatan Konsep Community Based Tourism (CBT) Di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak Muhammad Syafi’i; Djoko Suwandono
Ruang Vol 1, No 2 (2015): Ruang
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Faculty of Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ruang.1.2.61-70

Abstract

Desa Bedono merupakan salah satu desa di wilayah pesisir kabupaten Demak yang memiliki potensi wisata mangrove dan wisata religi, dengan adanya komunitas mangrove bahari dan komunitas nelayan Morosari yang sangat potensial dalam pengembangan berbasis masyarakat. Community Based Tourism merupakan konsep pengembangan desa wisata dengan melibatkan dan menempatkan masyarakat lokal yang memiliki kewenangan untuk mengelola dan mengembangkan daerahnya sendiri untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal dan keberlanjutan kebudayaan lokal dan sumber daya alam. Penelitian ini  bertujuan  untuk memberikan rekomendasi strategi pengembangan dan pengelolaan desa wisata di kawasan pesisir Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak dengan pendekatan konsep Community Based Tourism (CBT). Pada penelitian ini digunakan metode analisis deskriptif kualitatif dan dibagi dalam tiga kegiatan yang dilakukan secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian kemudian dijadikan sebagai masukan untuk pengembangan dan pengelolaan kawasan wisata di Desa Bedono yaitu sebuah strategi pengembangan dan pengelolaan desa wisata Bedono yang berasal dari potensi masalah yang ada di desa Bedono dan didukung oleh kebijakan serta organisasi yang ada. 
FORUM GROUP DISCUSSION PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA DI DESA BANGGI, KECAMATAN KALIORI, KAB. REMBANG Djoko Suwandono; Mussadun Mussadun; Soegiono Sutomo; Nurini Nurini; G. L. Wungo
Jurnal Pasopati : Pengabdian Masyarakat dan Inovasi Pengembangan Teknologi Vol 3, No 3 (2021)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Desa Banggi, Kecamatan Kaliori. Berdasarkan RPJPD Kabupaten Rembang Tahun 2005-2025, Kecamatan Kaliori termasuk dalam SWP I dengan peruntukkan pada sektor perdagangan, jasa, industri, perikanan, dan pariwisata. Kabupaten Rembang memiliki karakter kebudayaan yang masih kental dan dilestarikan oleh masyarakatnya. Salah satu desa dengan keunik an budayanya yaitu Desa Banggi. Para pemuda dan masyarakat desa mengembangkan suatu objek wisata dengan memanfaatkan sumberdaya lokal yaitu Pasar Mbrumbung. Objek wisata yang unik dengan nuansa tempo dulu mampu menarik wisatawan berkunjung guna mendukung peningkatan ekonomi lokal Desa Banggi. Permasalahan akses menuju ke lokasi terbilang sulit dengan hanya dilalui oleh jalan lingkungan dan tidak adanya angkutan umum yang melintas. Selain itu, kekeringan menjadi hal yang menimpa kawasan perancangan saat musim kemarau tiba sehingga terjadi krisis air bersih. Untuk mengoptimalkan potensi dan mengatasi masalah di kawasan perancangan serta didukung oleh kebijakan RPJPD Kabupaten Rembang, maka kawasan dirancang sebagai desa wisata dengan kebudayaan yang dimiliki dan tetap menjaga kelestarian lingkungan alam. Bentuk pengabdiannya adalah memberikan sosialisasi dan kemungkinan pembentukan “Masyarakat Desa Wisata” yang sesuai dengan potensi dan masalahnya, bukan sekedar penamaan untuk ditetapkan sebagai Desa Wisata seperti saat ini. Kesim pulan hasil FGD adalah menatasi permasalahan air bersih, jalan akses, fasos Pasar Banggi serta dikaitkan dengan Wisata Mangrove di dekatnya melalui usulan program dari lembaga komunal yang dibentuk serta selanjutnya perlu penataan wilayah sesuai dengan konsep Desa Wisata.
PROSES PARTISIPATIF PENYUSUNAN DESAIN WISATA INDUSTRI BATU BATA DI DESA SRIMULYO, KECAMATAN GONDANG, KABUPATEN SRAGEN Retno Susanti; Djoko Suwandono; Mussadun Mussadun
Jurnal Pasopati : Pengabdian Masyarakat dan Inovasi Pengembangan Teknologi Vol 1, No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu elemen penting dalam proses merencanakan pembangunan adalah adanya partisipas masyarakat. Hal ini disebabkan oleh karena masyarakat paling memahami kondisi, potensi dan permasalahan dari obyek pembangunan tersebut. Desa Srimulyo, Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen menjadi desa yang menjadi lokasi penyusunan rancangan kawasan. Desa Srimulyo sangat berpotensi untuk menjadi wisata industri batu bata. Dalam proses perancangan, proses partisipatif digunakan untuk menjaring dan mendapatkan umpan balik dari masyarakat setempat. Tujuan paper ini adalah untuk mendeskripsikan tahapan dan menganalisis proses partisipatif penyusunan desain wisata industri batu bata di Desa Srimulyo, melalui konfirmasi dengan teori tingkatan partisipasi masyarakat. Desain yang dihasilkan menjadi produk pengabdian yang diserahkan kepada masyarakat Desa Srimulyo.Penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif dan metode kuantitatif. Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif yaitu dengan cara mengidentifikasi setiap tahapan proses penyusunan desain dengan menggunakan teori sebagai alat untuk mengkonfirmasi proses partisipatif yang digunakan. Dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa proses penyusunan desain wisata Industri Batu Bata Desa Srimulyo pada beberapa tahapan proses desain telah menggunakan perencanaan partisipatif. Diantaranya adalah pada tahapan Persiapan Pengumpulan Data, Tahapan Pengumpulan Data, Perumusan Konsep Desain dan Workshop Hasil Desain.