Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Hubungan Peningkatan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Kolelitiasis di Bagian Bedah Digestif RSI Siti Rahmah Padang Periode Januari-Juni 2018 Rizki Nurhikmah; Efriza Efriza; Dessy Abdullah
Health and Medical Journal Vol 1, No 2 (2019): HEME July 2019
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (484.066 KB) | DOI: 10.33854/heme.v1i2.233

Abstract

Latar belakang: Kolelitiasis merupakan timbunan kristal yang terbentuk oleh gabungan beberapa unsur dari cairan empedu dalam kantung empedu. Penderita kolelitiasis di populasi umum 5%, meningkat signifikan pada populasi dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) menjadi 45%. Kolelitiasis di Indonesia kurang mendapat perhatian karena sering asimptomatik dan kesalahan diagnosis. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peningkatan IMT dengan kejadian kolelitiasis di instalasi bedah RSI Siti Rahmah Padang periode Januari-Juni 2018. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain penelitian cross sectional. Analisis data menggunakan analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dan analisis bivariat untuk mengetahui keterkaiatan variabel. Hasil: Didapatkan jenis kelamin perempuan terbanyak pada kolelitiasis yaitu 11 orang (57,9%), kelompok usia 40-49 tahun tertinggi pada pasien kolelitiasis yaitu 36,8% dan terdapat hubungan antara peningkatan IMT dengan kejadian kolelitiasis (p=0.001). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara peningkatan IMT dengan kejadian kolelitiasis (p=0.001).
KARAKTERISTIK PASIEN HEMORRHOID DI BAGIAN BEDAH DIGESTIFRSI SITI RAHMAH PADANG PERIODE JANUARI - DESEMBER CHARACTERISTICS OF HEMORRHOID PATIENTS IN THE DIGESTIVE SURGERY DEPARTMENT OF RSI SITI RAHMAH PADANG PERIOD JANUARY - DECEMBER Reni Apriza; Efriza Efriza; Dessy Abdullah
Jurnal Kesehatan Saintika Meditory Vol 2, No 2 (2020): Mei 2020
Publisher : Stikes Syedza Saintika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30633/jsm.v2i2.550

Abstract

ABSTRAK Hemorrhoid adalah pelebaran dan inflamasi dari plexus hemorrhoidalis di saluran anus, pelebaran disebabkan oleh bendungan darah dalam susunan pembuluh darah. Hemorrhoid dibagi menjadi dua yaitu hemorrhoid eksterna adalah pelebaran vena subkutan diluar linea dentata, dan hemorrhoid interna adalah pelebaran vena submukosa diatas linea dentata dengan penatalaksanaan yang bebeda. Insiden hemorrhoid yang dilaporkan  di Amerika Serikat adalah 10 juta per tahun, setara dengan 4,4% populasi. Banyak faktor risiko terjadinya hemorrhoid  meliputi usia, jenis kelamin, obesitas, aktifitas fisik, riwayat keluarga dan pola diet yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pada pasien hemorrhoid di bagian bedah digestif RSI Siti Rahmah Padang periode Januari – Desember 2018. Metode penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kategorik. Sampel pada penelitian ini ialah pasien hemorrhoid yang berobat ke bagian bedah digestif RSI Siti Rahmah Padang periode Januari – Desember 2018, dipilih menggunakan teknik consecutive sampling. Data penelitian diperoleh dari catatan rekam medis pasien yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 50 orang. Hasil penelitian didapatkan berdasarkan Jenis kelamin terbanyak pada jenis kelamin laki – laki dengan 27 orang (54,0%). Berdasarkan usia , kelompok usia lansia awal pasien hemorrhoid lebih tinggi yaitu 44,0%. Pasien hemorrhoid dengan jenis internal sebanyak 68,0%, derajat hemorrhoid tertinggi pada derajat III 52,9%, dan penatalaksanaan terbanyak diberikan adalah hemorrhoidopexy stapler 50,0%. Kata kunci: Derajat, Hemorrhoid, Jenis Kelamin, Jenis, Penatalaksanaan, Usia. ABSTRACTHemorrhoid is a dilation and inflammation of the  plexus hemorrhoidalis in the anal canal, widening of the blood caused by a dams in the arrangement of blood vessels. Hemorrhoid is divided into two: the external hemorrhoids are enlarged subcutaneousveins beyound the dentate line and internal hemorrhoids are enlarged veins in the submucosa above the dentate line with the different menagement. Hemorrhoid incidents reported in the united states is 10 million per year, equivalent to 4.4% of the population. Many risk factors for hemorrhoids include age, sex, obesity, physical activity, family history and poor diet. This study aims to determine the characteristics of  patients on the surgical hemorrhoid digestive RSI Siti Rahmah Padang period from January to December 2018. This research method is a  descriptive study categorical. The sample in this study is that patients with hemorrhoid who went to the digestive surgery department RSI Siti Rahmah Padang period from January to December 2018, selected using simple random  sampling technique. Data were obtained from medical record of patients who met the inclusion criteria as many as 50 people. The results showed the highest sex sexes-men with 27 (54.0%) hemorrhoids. In terms of age, the elderly age group of the early elderly beginning hemorrhoid patients higher at 44.0%. Patients with internal types as much as 68.0%, the highest degree in the grade III hemorrhoids 52.9%, and the highest management award is hmorrhoidopexy stapler 50,0%. Keywords: Age, Degrees, Hemorrhoids, Management, Types
GAMBARAN FAKTOR RISIKO RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME PADA NEONATUS DI RSUP DR M. DJAMIL PADANG EFRIZA EFRIZA; PUTRI UM; GUSMIRA YH
HEALTHY : Jurnal Inovasi Riset Ilmu Kesehatan Vol. 1 No. 2 (2022)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (224.2 KB) | DOI: 10.51878/healthy.v1i2.1064

Abstract

Respiratory Distress Syndrome (RDS) is one of the main causes of respiratory failure and death in neonates, so it can increase morbidity and mortality in neonates. The risk factors for Respiratory Distress Syndrome in neonates can be from the baby, mother or delivery method. The purpose of this study was to describe the risk factors for Respiratory Distress Syndrome (RDS) in neonates at Dr. M. Djamil Padang. This type of research is a descriptive observational study with a retrospective design. The population of this study were all neonatal patients who had been diagnosed by doctors with Respiratory Distress Syndrome (RDS) at Dr. RSUP. M. Djamil Padang from January to December 2019 with 59 samples using the total sampling technique. The measuring instrument used medical record data and analyzed using univariate test and presented in the form of frequency distribution table and percentage. All neonates suffering from RDS were aged 0 – 7 days (100%) of which the majority were male (54.2%) and most were born with a weight < 2500 grams (96.6%) with a gestational age of < 37 weeks (96 ,6%). Neonates born to their mothers experienced Premature Rupture of Membrane (PROM) 11.9%, maternal diabetes 3.4%, hypertension 55.9% and oligohydramnios 8.5% and 94, 9% of neonates suffering from RDS were born by caesarean section. ABSTRAKRespiratory Distress Syndrome (RDS) merupakan salah satu penyebab utama kegagalan pernafasan dan kematian pada neonatal, sehingga dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada neonatus. Faktor risiko Respiratory Distress Syndrome pada neonatus bisa dari faktor bayi, ibu maupun cara persalinan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran faktor risiko terjadinya Respiratory Distress Syndrome pada neonatus di RSUP Dr. M. Djamil Padang.Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan rancangan retrospective study. Populasi penelitian ini adalah semua pasien neonatus yang telah didiagnosis oleh dokter menderita Respiratory Distress Syndrome di RSUP Dr. M. Djamil Padang dari Januari sampai Desember 2019 dengan 59 sampel menggunakan teknik total sampling. Alat ukur menggunakan data rekam medik dan dianalisa menggunakan uji univariat dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Neonatus yang menderita RDS semuanya berusia 0 – 7 hari (100%) yang mayoritasnya adalah laki-laki (54,2%) dan paling banyak lahir dengan berat badan < 2500 gram (96,6%) dengan usia kehamilan < 37 minggu (96,6%). Neonatus yang lahir dengan ibunya mengalami Premature Rupture of Membrane (PROM) sebanyak 11,9%, yang mengalami diabetes maternal sebanyak 3,4%, yang mengalami hipertensi sebanyak 55,9% dan yang mengalami oligohidramnion sebanyak 8,5% serta sebesar 94,9% neonatus yang menderita RDS dilahirkan dengan cara persalinan sectio caesarea.
PENYULUHAN HYGIENI DAN SANITASI MAKANAN PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI PUKESMAS AIR TAWAR KOTA PADANG YUSTI SIANA; MHD NURHUDA; RINITA AMELIA; MUHAMAD IVAN; EFRIZA EFRIZA; RAHMA TRI YANA
COMMUNITY : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 2 No. 1 (2022)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/community.v2i1.1317

Abstract

Food Sanitation Prevents food contamination with substances thatcan cause health problems, it is necessary to apply food sanitation.Food sanitation is an effort to secure and save foodto keep it clean. Food sanitation is efforts food hygiene and safety so as not to expose a danger of poisoning anddisease in humans. In order to maintain public health, it is necessarysupervision of the manufacture and supply of food ingredients anddrinks so as not to endanger public health. Talking about sanitationfood, problems concerning the nutritional value or the compositionfood ingredients that suit the needs of the body, less attention. Food sanitation more emphasized on supervision of the manufacture andprovision of food so as not to endanger health. Hygiene Goalsand Food Sanitation Food hygiene and sanitation is an effort tocontrol the factors of food, people, places and equipment that canor may cause disease or health problems. ABSTRAK Sanitasi Makanan Mencegah kontaminasi makanan dengan zat-zat yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan diperlukan penerapan sanitasi makanan. Sanitasi makanan adalah usaha untuk mengamankan dan menyelamatkan makanan agar tetap bersih. Sanitasi makanan adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk kebersihan dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit pada manusia. Untuk memelihara kesehatan masyarakat perlu sekali pengawasan terhadap pembuatan dan penyediaan bahan-bahan makanan dan minuman agar tidak membahayakan kesehatan masyarakat. Membicarakan sanitasi makanan, permasalahan yang menyangkut nilai gizi ataupun mengenai komposisi bahan makanan yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, kurang diperhatikan. 6 Sanitasi makanan lebih ditekankan pada pengawasan terhadap pembuatan dan penyediaan bahan makanan agar tidak membahayakan kesehatan. Tujuan Hygiene dan Sanitasi Makanan Hygiene dan sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.
COVID-19 Efriza Efriza
In Proses
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (69.809 KB)

Abstract

Coronavirus Disease adalah penyakit yang disebabkan oleh virus severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Middle East Respiratory (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) merupakan beberapa tipe dari coronavirus yang menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan manusia sehingga menimbulkan batuk, pilek dan gejala serius lainnya. Kejadian covid-19 di Indonesia hingga 17 November 2021, tercatat sudah lebih dari 4,25 juta kasus dengan angka kematian sebanyak 144 ribu. Fakttor resiko utamanya adalah adanya riwayat kontak, usia, jenis kelamin, komorbid, dan keadaan imunosupresif. Diagnosis meliputi anamesis terhadap pasien, keluarga, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis dilakukan untuk memastikan ada tidaknya riwayatn kontak, komorbid, dan gejala lain seperti demam dan sesak nafas. Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan spesimen dengan swab tenggorokan, pemeriksaan kimia darah, dan rontgen fototorak. Pengelolaan pasien meliputi terapi simptomatis dan suportif. WHO merekomendasikan antivirus, imunomodulator serta terapi tambahan lainnya untuk COVID-19. Penatalaksanaan tersebut tergantung  berat-nya gejala COVID-19.