This Author published in this journals
All Journal e-CliniC
Yamin Tongku
Unknown Affiliation

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

KATARAK PADA ANAK DI POLIKLINIK MATA BLU PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2011 – DESEMBER 2013 Irawan, Geaby M.; Saerang, J. S. M.; Tongku, Yamin
e-CliniC Vol 3, No 1 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v3i1.6840

Abstract

Abstract: Cataract is the condition when tubidity happen to the fiber or the lens material inside the lens capsule. Lens turbidity may soon be known after the baby born or may happen between development time of the child. The prevalence of cataract in children in the world is around 15 per 10.000 cases. In developing country, child blindness due to cataract cases reach up to 1 – 4 per 10.000 cases. This study aimed to get an idea of cataract disease in children in the eye clinic of the BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado in the period January 2011 – December 2013. This was a retrospective descriptive design using a medical recor. The samples in this study were children who came for treatment to the eye clinic of the BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado in the period of January 2011 – December 2013 who was diagnose with cataract disorders. The results showed that from the medical records in the period of January 2011 – December 2013, there were 29 patients with cataract children. There were more male cases than females (69%). Of the 29 patients, most cataracts cases aged 10 – 14 years (37.9%). The most frequent type of cataract was the traumatic cataract (55.17%).Abstrak: Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa. Kekeruhan lensa ini dapat diketahui segera setelah bayi lahir atau dapat terjadi selama masa perkembangan anak. Prevalensi katarak pada anak di dunia sekitar 15 per 10.00 kasus. Di Negara berkembang kasus kebutaan anak akibat katarak dapat mencapai 1-4 per 10.000 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kelainan katarak pada anak di Poliklinik Mata BLU RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode Januari 2011 – Desember 2013. Metode Penelitian: Desain deskriptif retrospektif menggunakan catatan rekam medik. Sampel pada penelitian ini adalah anak-anak yang datang berobat ke Poliklinik Mata BLU RSU Prof. Dr.R.D. Kandou Manado pada periode Januari 2011 – Desember 2013 yang didiagnosis dengan kelainan katarak. Dari hasil catatan rekam medik pada periode Januari 2011 – Desember 2013, terdapat 29 penderita katarak anak. Penderita laki-laki lebih banyak daripada perempuan (69%). Dari 29 kasus yang paling banyak menderita katarak anak kelompok umur 10 – 14 tahun (37,9%). Jenis katarak anak yang terbanyak ialah katarak traumatic 16 penderita (55,17%).Kata kunci: katarak anak, jenis kelamin, umur, jenis katarak
PENCAPAIAN TEKANAN INTRAOKULAR PASCA PEMBERIAN TIMOLOL MALEAT 0,5% PADA GLAUKOMA SUDUT TERBUKA PRIMER DI POLIKLINIK MATA RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO TAHUN 2012-2014 Lalita, Andrea; Tongku, Yamin; Saerang, J. S. M.
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i1.10969

Abstract

Abstract: Primary Open Angle Glaucoma (POAG) is the most often type of glaucoma. Glaucoma is one of the most common cause of irreversible blindness worldwide, whereas POAG has nearly 90% of all types of glaucoma. Timolol maleate 0.5% is a non-selective beta adrenergic receptor inhibitor commonly used in the POAG treatment. Mechanism of action of this drug is lowering or suppressing the aquous humor production. The level of intraocular pressure (IOP) reduction in patients with timolol can reach a percentage of 20-30%. This was a retrospective descriptive study. Respondents were POAG patients with timolol maleate 0.5% therapy in the Department of Ophtalmology Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. This study was conducted in November 2015. The results showed that there were 15 respondents who fulfilled the criterias. Of the 15 patients, 8 patients (54%) came for the first control (a week/a month). There were 9 female patients (60%) and 6 male patients (40%). By group of age, the highest percentage was elderly aged 51-60 years (40%). There were 11 patients (74%) with bilateral POAG and only 4 patients (26%) with unilateral POAG. The average percentage of IOP reduction among POAG patients with timolol maleate 0.5% therapy was 16.52%. Conclusion: Among POAG patients with timolol maleate 0.5% therapy there was a 16.52% decrease of the average intraocular pressure in the first control. Keywords: primary open-angle glaucoma, timolol, intraocular pressure Abstrak: Glaukoma Sudut Terbuka Primer (GSTaP) adalah tipe yang paling sering timbul dari penyakit glaukoma. Glaukoma merupakan salah satu penyebab tersering dari kebutaan yang ireversibel di seluruh dunia, dan GSTaP terdapat hampir 90% dari semua tipe penyakit glaukoma. Timolol maleat 0,5% yaitu penghambat reseptor beta adrenergik non selektif merupakan salah satu obat yang paling sering digunakan untuk pengobatan GSTaP. Mekanisme kerja obat ini ialah menurunkan atau supresi produksi humor akuous. Tingkat penurunan TIO (tekanan intraokular) pada pengguna timolol mencapai 20-30%. Penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif. Sampel penelitian ialah pasien GSTaP dengan terapi timolol maleat 0,5% di Poliklinik Mata RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Penelitian ini dilakukan selama bulan November 2015 dengan jumlah sampel 15 orang yang telah memenuhi kriteria penelitian. Hasil penelitian menunjukkan dari 15 pasien tersebut, 8 pasien (54%) datang kembali untuk kontrol (1 minggu/1 bulan pertama). Yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu 9 pasien (60%) sedangkan laki-laki hanya 6 pasien (40%). Berdasarkan kelompok umur, rata-rata umur lansia paling banyak; yang terbanyak yaitu umur 51-60 tahun (40%). Dilihat dari sisi mata, kasus bilateral lebih banyak berjumlah 11 pasien (74%) dibandingkan unilateral hanya 4 pasien (26%). Rerata persentase penurunan TIO pada pasien GSTaP dengan menggunakan terapi timolol maleat 0,5% ialah 16,52%. Simpulan: Pada pasien GSTaP yang diberikan timolol maleat 0,5% terdapat rerata penurunan TIO sebesar 16,52% pada kontrol pertama.Kata kunci: glaukoma sudut terbuka primer, timolol, tekanan intraokular
Gambaran Pengetahuan Masyarakat yang Bekerja sebagai Nelayan tentang Pterigium di Desa Kapitu Kabupaten Minahasa Selatan Somba, Sary M.; Saerang, Josefien S. M.; Tongku, Yamin
e-CliniC Vol 6, No 2 (2018): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v6i2.21992

Abstract

Abstract: Pterygium is a wing-shaped tissue growth containing blood vessels and tissues originated from conjunctiva that can spread to the cornea. Pterygium can cause astig-matism and other disorders such as chronic irritation, recurrent inflammation, double vision, impaired eye movement, and even blindness if it spreads the the central part of cornea. This study was aimed to obtain the knowledge about pterygium among fishermen in Kapitu village South Minahasa. This was a descriptive study. Respondents in this study were 50 fishermen; all were males. The results showed that 75.4% of the respondents had good knowledge about pterygium. Conclusion: Most fishermen in Kapitu village South Minahasa had good knowledge about pterygium.Keywords: knowledge about pterygium, fishermen Abstrak: Pterigium merupakan pertumbuhan jaringan berbentuk sayap yang mengandung pembuluh darah dan jaringan yang berasal dari konjungtiva dan dapat menyebar ke kornea. Pterigium dapat menyebabkan terjadinya astigmatisme serta menimbulkan gangguan lain seperti iritasi kronik, inflamasi rekuren, penglihatan ganda, serta gangguan pergerakan bola mata bahkan kebutaan bila telah mencapai bagian sentral kornea. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengetahuan masyarakat yang bekerja sebagai nelayan tentang pterigium di Desa Kapitu, Kabupaten Minahasa Selatan. Jenis penelitian ialah deskriptif. Responden penelitian ialah masyarakat yang bekerja sebagai nelayan sebanyak 50 orang laki-laki. Hasil penelitian mendapatkan bahwa 75,4% responden memiliki pengetahuan baik mengenai pterigium. Simpulan: Sebagian besar masyarakat yang bekerja sebagai nelayan di Desa Kapitu Kabupaten Minahasa Selatan memiliki pengetahuan baik tentang pterigium.Kata kunci: pengetahuan mengenai pterigium, masyarakat nelayan
GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA KELAS XII SMA NEGERI 7 MANADO TERHADAP MIOPIA Lupa, Viany S. H.; Saerang, J. S. M.; Tongku, Yamin
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i1.10979

Abstract

Abstract: Nearsightedness is a refractive disorder which is the rays enter the eye without accommodation and will be refrated in the front of retina. Nearsightedness is one of the causes of low vision in children. Eye health in school student is important in learning activities. Many students do not understand the importance of knowledge towards nearsightedness. Knowledge is a very important domain that will affect an action. This was a descriptive study. This study aimed to determine the description of student grade XII knowledges at SMA Negeri 7 Manado towards nearsightedness. The results showed that the level of knowledge of student grade XII of SMA Negeri 7 Manado towards nearsightedness was still considered enough with a percentage of 56%.Keywords: knowledge, student, nearsightedness Abstrak: Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar masuk ke bola mata tanpa akomodasi akan dibiaskan di depan retina. Miopia adalah salah satu penyebab penurunan ketajaman penglihatan pada anak-anak. Penglihatan yang baik sangat penting dalam proses belajar mengajar. Banyak pelajar yang belum memahami pentingnya pengetahuan tentang miopia. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Jenis penelitian ini deksriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswa kelas XII SMA Negeri 7 Manado terhadap miopia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan siswa kelas XII SMA Negeri 7 Manado terhahap miopia masih dianggap cukup dengan persentase sebesar 56%. Kata kunci: pengetahuan, siswa, miopia
Hubungan tekanan intraocular dengan diabetes retinopati proliferatif Martua, Felix; Rares, Laya; Tongku, Yamin
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.4.2.2016.14470

Abstract

Abstrak: Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit tidak menular yang diderita lebih dari 170 juta orang di seluruh dunia, salah satu komplikasi dari DM adalah diabetes retinopati dimana salah satu bentuknya adalah proliferatif (PDR). Jika PDR tidak ditangani dengan cepat maka akan menimbulkan penurunan tajam penglihatan dan disertai peningkatan tekanan intraokular (TIO). Penelitian ini dilakukan untuk menemukan hubungan antara PDR dengan peningkatan TIO. Penelitian dilakukan dengan metode analitik retrospektif, dengan menggunakan data rekam medik dari pasien yang berobat di Poliklinik Mata RSUP Prof. R.D. Kandou Manado periode Januari 2015-September 2016. Data yang diambil antara lain status tekanan intraocular dan tanda vital pasien sebelum menerima tindakan terapi. Dari 24 data rekam medik pasien yang memenuhi kriteria didapat 15 pasien jenis kelamin perempuan (62,5%) dan 9 pasien jenis kelamin laki-laki (37,5%). Rentang usia paling banyak terkena PDR adalah 55-64 tahun sebanyak 10 orang (41,7%). Hasil analisis menggunakan metode analisis regresi dengan variabel dummy terdapat tingkat hubungan sebesar 29,7% yang berarti PDR sedikit berpengaruh pada TIO, dengan p=0,03 yang menunjukkan hubungan yang kurang signifikan antara PDR dan TIO (p<0,05). Simpulan: didapat hubungan yang kurang signifikan antara PDR dan TIO.Kata kunci: diabetes retinopati proliferatif, tekanan intraokular Abstract: Diabetes Mellitus (DM) is an uninfectious disease that affect more than 170 million persons worldwide. Diabetic retinopathy is one of the most common complication on people with diabetes, and Proliferative Diabetic Retinopathy (PDR) is the most severe form of diabetic retinopathy. PDR will cause vision loss if not treated quickly and causing elevation of intraocular pressure (IOP). PDR and its association with elevation of IOP is the main focus of this study. This study was an analytic-retrospective, using the data from medical record of patients that visits Polyclinic of Opthalmology in Prof. R.D. Kandou Hospital from January 2015 until September 2016 period. Data used for this study is IOP, vision status, and vital sign, and the IOP was measured before patient taking any medication. From 24 samples were used for this study, 15 of them is females (62,5%), based on age span, most patients with PDR are between 55-64 y.o. by 10 people (41,7%). Analytic result using dummy variable shows PDR has little effect to IOP, by 29,7% and shows little signifancy (p=0,03; p<0,05). Conclusion: PDR has little significant correlation to IOP. Keywords: proliferative diabetic retinopathy, intraocular pressure
Kelainan refraksi pada pelajar SMA Negeri 7 Manado Adile, Angelia V.; Tongku, Yamin; Rares, Laya M.
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i1.11012

Abstract

Abstract: The incidence of uncorrected refractive errors is high in school-age children. If this condition is not treated seriously, it will have a negative impact on the development of children's intelligence and learning process which in turn will affect the quality, creativity, and productivity of work. This study was aimed to determine the refractive errors in students at SMA Negeri 7 (Senior High School) Manado. This study used a cross sectional design and was conducted from November to December 2015. Respondents were 25 students at grades 12th of SMA Negeri 7 Manado who had refractive errors obtained by using total sampling method. Visual acuity was assessed by using Snellen chart. The results showed that of all respondents, 72% were females and 28% were males. Based on the types of refractive errors, 72% had myopia and 28% had myopia associated with astigmatism. Most of the subjects (52%) were 17 years old. As many as 64% of respondents had family history of refractive errors. Respondents who performed near-sight activity were 96%; most of the activities was watching the television.Keywords: refractive error, risk factor, near-sight activity, school-age children Abstrak: Angka kejadian kelainan refraksi yang tak terkoreksi cukup tinggi pada anak usia sekolah. Jika kondisi ini tidak ditangani sungguh-sungguh akan berdampak negatif pada perkembangan kecerdasan anak dan proses pembelajaran yang selanjutnya akan memengaruhi mutu, kreativitas, dan produktivitas kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kelainan refraksi pada pelajar di SMA Negeri 7 Manado. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dan dilaksanakan pada bulan November-Desember 2015. Responden ialah 25 siswa/i kelas XII SMA Negeri 7 Manado yang mengalami kelainan refraksi, diperoleh dengan metode total sampling. Pengambilan data dilakukan dengan pemeriksaan visus menggunakan Snellen chart dan kuesioner. Hasil penelitian mendapatkan dari seluruh responden didapatkan 72% berjenis kelamin perempuan dan 28% berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan jenis kelainan refraksi didapatkan 72% menderita kelainan refraksi miopia. Sebagian besar responden berusia 17 tahun (52%). Sebanyak 64% penderita memiliki riwayat keluarga inti dengan kelainan refraksi. Responden yang melakukan aktivitas melihat jarak dekat dan lama sebanyak 96% dan aktivitas yang paling banyak dilakukan ialah menonton televisi. Kata kunci: kelainan refraksi, faktor resiko, aktivitas melihat jarak dekat, anak usia sekolah
GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI TENTANG GLAUKOMA Theja, Andri; Sumual, Vera; Tongku, Yamin
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i1.10970

Abstract

Abstract: This study aimed to determine the knowledge about glaucoma of students of Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi Manado. This was a descriptive survey study by using questionnaire. This study was conducted at the Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi from October 2015 until December 2015. There were 81 respondents. Respondents were obtained by stratified random sampling in each batch, and in each batch we used simple random sampling. The results showed that the knowledge categories of students about glaucoma were as follows: moderate category in 57 respondents (70.4%), good category in 2 respondents (2.4%), and poor category in 22 respondents (27.2%). Conclusion: In this study, most of the students of Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi Manado had moderate category of knowledge about glaucoma. Keywords: glaucoma, student knowledge Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi tentang glaukoma. Jenis penelitian yang dilakukan ialah survei deskriptif, dengan membagikan kuesioner pengetahuan kepada responden. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi sejak bulan Oktober sampai Desember 2015 dengan responden sebanyak 81 orang. Responden diperoleh berdasarkan teknik stratified random sampling pada masing-masing angkatan, kemudian untuk pengambilan sampel di tiap angkatan digunakan teknik simple random sampling. Hasil penelitian memperlihatkan kategori pengetahuan mahasiswa sebagai berikut: pengetahuan kategori sedang sebanyak 57 responden (70,4%), kategori baik sebanyak 2 responden (2,4%) dan kategori kurang sebanyak 22 responden (27,2%). Simpulan: Dalam penelitian ini, sebagian besar mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi mempunyai pengetahuan mengenai glaukoma dengan kategori sedang.Kata kunci: glaukoma, pengetahuan mahasiswa
Perbandingan prevalensi pterygium pada nelayan di Tuminting dengan petani di Rurukan Tangdilintin, Yusuf S.; Rares, Laya M.; Tongku, Yamin
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i1.11013

Abstract

Abstract: Based on Riset Kesehatan Dasar 2013, North Sulawesi is one of 10 provinces in Indonesia that have the highest pterygium prevalence. Previous findings at different areas showed that pterygium is more common at areas with high altitude than at areas with low altitude. Topography of North Sulawesi with mountains and hills might be related to the high prevalence of pterygium at this province. This study was aimed to obtain the difference in pterygium prevalence at area with high altitude compared to area with low altitude at North Sulawesi. This study used a cross sectional quantitative design and was conducted at Tuminting (mean altitude about 0 km above sea level) and at Rurukan (mean altitude about 1km above sea level). There were 51 respondents at each location. Eye examination was performed and data about sun exposure were collected among fishermen at Tuminting and farmers at Rurukan. The results showed that the pterygium prevalence at Rurukan was 56.9% and at Tuminting was 41.2%. Conclusion: There was a difference in pterygium prevalence between people at high altitude area from people at low altitude area at North Sulawesi.Keywords: pterygium, altitude Abstrak: Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 Provinsi Sulawesi Utara termasuk dalam 10 provinsi dengan prevalensi pterygium tertinggi di Indonesia. Temuan sebelumnya di daerah yang lain menemukan prevalensi pterygium lebih tinggi di daerah dengan ketinggian dari permukaan laut yang tinggi dibandingkan daerah dengan ketinggian dari permukaan laut yang rendah. Topografi provinsi Sulawesi Utara yang sebagian besar terdiri dari pegunungan dan bukit-bukit mungkin berhubungan dengan tingginya prevalensi pterygium di Sulawesi Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perbedaan prevalensi pterygium pada daerah dengan ketinggian yang tinggi dengan daerah dengan ketinggian yang rendah di Sulawesi Utara. Desain penelitian ialah potong lintang kuantitatif yang dilakukan di Tuminting (ketinggian rata-rata sekitar 0 km di atas permukaan laut) dan di Rurukan (ketinggian rata-rata sekitar 1 km di atas permukaan laut). Terdapat 51 responden pada tiap-tiap lokasi penelitian dan dilakukan pemeriksaan mata serta pengumpulan data mengenai paparan terhadap matahari dari responden nelayan di Tuminting dan responden petani di Rurukan. Hasil penelitian mendapatkan prevalensi pterygium di Rurukan 56,9% dan di Tuminting 41,2%. Simpulan: Terdapat perbedaan prevalensi pterygium di daerah dengan ketinggian dari permukaan laut yang tinggi (Rurukan) dibandingkan daerah dengan ketinggian dari permukaan laut yang rendah (Tuminting) di Sulawesi Utara. Kata kunci: pterygium, ketinggian daerah
Angka kejadian ambliopia pada usia sekolah di SD Negeri 6 Manado Saputri, Fikryah E.; Tongku, Yamin; Poluan, Herny
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.4.2.2016.14499

Abstract

Abstract: Amblyopia is the reduced of visual acuity in one or both eyes despite had been corrected with spectacles without any structural abnormalities of the eye and the rear sight path. Amblyopia occurs in about 2-3% of the population, but lacking of concern will lead to detrimental life. This study was aimed to obtain the prevalence of amblyopia in elementary school students of SD Negeri 6 Manado. This was a descriptive study with a cross-sectional design. Samples were 317 elementary school students aged 6-12 years old. Data were obtained by using auto refractometer and Snellen chart as well as pinhole test to assess the eyes disorders. The results showed that of all respondents there were 7 students (2%) with amblyopia. Based on the age of the incidence of amblyopia there were 3 students of 8 years old (43%) and 1 student each in the age of 7 years, 9 years, 11 years, and 12 years (14.25%). Amblyopia was found in 4 (57%) female students and 3 (43%) male students. Further studies are needed with a larger coverage area to obtain the prevalence of amblyopia more accurately.Keywords: amblyopia, prevalence, school-age children Abstrak: Ambliopia adalah berkurangnya ketajaman penglihatan pada satu atau kedua mata walaupun sudah dengan koreksi kacamata terbaik tanpa kelainan struktur pada mata maupun lintasan penglihatan bagian belakang. Ambliopia merupakan masalah dalam penglihatan pada 2-3% populasi, tapi bila dibiarkan akan sangat merugikan kehidupan penderita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian ambliopia di SD Negeri 6 Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif dan pengumpulan data dilakukan secara potong lintang. Sampel ialah 317 siswa berusia sekolah 6-12 tahun. Pengambilan data dengan menilai kelainan refraksi menggunakan auto refrraktometer dan Snellen chart serta pinhole untuk menilai kelainan pada mata. Hasil penelitian mendapatkan dari seluruh responden didapatkan 7 anak (2%) mengalami ambliopia. Berdasarkan usia, angka kejadian ambliopia pada usia 8 tahun sebanyak 3 anak (43%) dan pada usia 7 tahun, 9 tahun, 11 tahun serta 12 tahun sebanyak 1 anak (14,25%). Berdasarkan jenis kelamin angka kejadian ambliopia pada perempuan yaitu 4 anak (57%), sedangkan laki-laki sebanyak 3 anak (43%). Studi lanjut diperlukan dengan cakupan wilayah dan jumlah sampel yang lebih luas sehingga mendapatkan nilai prevalensi ambliopia yzng lebih akurat. Kata kunci: ambliopia, angka kejadian, anak usia sekolah