Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

KELAINAN REFRAKSI DI POLIKLINIK MATA RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI 2014-JULI 2016 Kalangi, Wulan; Rares, Laya; Sumual, Vera
JKK (Jurnal Kedokteran Klinik) Vol 1, No 1 (2016): JURNAL KEDOKTERAN KLINIK
Publisher : FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: Uncorrected refractive errors are the most common causes of visual impairment worldwide and it can cause blindness by 3%. The aim of this study was to determine the prevalence of refractive errors in the Eye Clinic RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. This study was a descriptive retrospective study by collecting data from the medical records of patients with refractive errors in the Eye Clinic RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado in the period of July 2014-July 2016. The results showed that there were 3581 patients diagnosed with refractive errors and 3091 patients had more than one refractive errors. The prevalence of refractive errors were significantly higher in females than in males, and predominated among the age group 40-65 years. The prevalence of hypermetropia, myopia, astigmatism, presbyopia were 35,4% (1268 patients), 26,1% (933 patients), 17,9% (642 patients), and 83,6% (2995 patients), respectively. The overall prevalence of refractive errors were highest in housewife and civil servant. The prevalence of myopia based on degrees of myopia were low myopia (78,6%), medium myopia (10,6%), high myopia (3,7%) and different type in both eyes  (7,1%). Conclusion: Refractive errors were more prevalent in females than in males, among the age group 40-65 years, and highest in housewife and civil servant. Presbyopia was the most common type of refractive error. The vast majority patients with myopia was mild degree. Keywords: refractive errors, hypermetropia, myopia, astigmatism, presbyopia. Abstrak: Kelainan refraksi yang tidak dikoreksi merupakan penyebab utama gangguan penglihatan diseluruh dunia dan dapat menyebabkan kebutaan sebesar 3%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui angka kejadian kelainan refraksi di Poliklinik Mata RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif retrospektif dengan mengambil data dari rekam medik pasien kelainan refraksi di Poliklinik Mata RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode Juli 2014-Juli 2016. Hasil penelitian menunjukkan jumlah pasien kelainan refraksi sebesar 3581 pasien dengan 3091 pasien memiliki lebih dari satu kelainan refraksi. Kasus kelainan refraksi secara signifikan lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki dan berdasarkan usia didominasi oleh kelompok usia 40-65 tahun. Prevalensi hipermetropia, miopia, astigmatisma dan presbiopia berturut-turut adalah 35,4% (1268 pasien), 26,1% (933 pasien), 17,9% (642 pasien), and 83,6% (2995 pasien). Secara keseluruhan prevalensi kelainan refraksi tertinggi didapatkan pada IRT dan PNS. Prevalensi dari miopia berdasarkan derajatnya adalah  miopia ringan (78,6%), miopia sedang (10,6%), miopia tinggi (3,7%), dan derajat miopia berbeda pada kedua mata (7,1%). Simpulan: Kelainan refraksi lebih banyak didapatkan pada perempuan dibandingkan laki-laki, pada kelompok usia 40-65 tahun, dan tertinggi pada IRT dan PNS. Presbiopia adalah jenis kelainan refraksi yang paling sering ditemukan. Sebagian besar pasien miopia menderita miopia derajat ringan. Kata kunci: kelainan refraksi, hipermetropia, miopia, astigmatisma, presbiopia
INDIKASI VITREKTOMI PADA KELAINAN RETINA DI BALAI KESEHATAN MATA MASYARAKAT (BKMM) PROPINSI SULAWESI UTARA PERIODE JANUARI 2014-DESEMBER 2014 Sinaga, Rohamonangan Theresia; Rares, Laya; Sumual, Vera
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i1.10983

Abstract

Abstract: The prevalence of retinal abnormality in Indonesia reached 0.13% and is the fourth leading cause of blindness after cataract, glaucoma. and refractive disorders. Vitrectomy is a type of surgery to treat retinal disorders that removes the vitreous, therefore, the operation can be performed and vision can be corrected. This study aimed to determine the indications to undergo vitrectomy in retinal disorders. This was a descriptive retrospective study using data of medical records of patients with retinal disorders who underwent vitrectomy at Community Eye Health Center (CEHC) of North Sulawesi Province. There were 27 patients in this study consisted of 17 male patients (63%) and 10 female patients (37%). The major indications of vitrectomy were retinal detachment in 16 patients (59%) and diabetic retinopathy in 11 patients (41%). In case of retinal detachment male patients were the most frequent to undergo vitrectomy (12 patients; 44.44%) than female patients (4 patients; 14.81%). In case of diabetic retinopathy there were no difference between males (18.52%) and females (22.22%)Keywords: retinal disorder, vitrectomy, retinal detachment, diabetic retinopathy  Abstrak: Prevalensi kelainan retina di Indonesia mencapai 0,13% dan merupakan penyebab kebutaan keempat setelah katarak, glaucoma, dan kelainan refraksi. Vitrektomi adalah salah satu jenis operasi untuk mengobati kelainan retina melalui pengangkatan vitreus sehingga retina dapat dioperasi dan penglihatan dapat diperbaiki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indikasi dilakukannya vitrektomi pada kelainan retina. Jenis penelitian ini deskriptif retrospektif dengan menggunakan data dari rekam medis penderita dengan kelainan retina yang menjalani vitrektomi di Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Propinsi Sulawesi Utara. Dalam penelitian ini ditemukan 27 pasien dengan kelainan retina yang menjalani vitrektomi terdiri dari 17 pasien laki-laki (63%) dan 10 pasien perempuan (37%). Indikasi untuk vitrektomi terbanyak pada retinal detachment sebanyak 16 pasien (59%) dan retinopati diabetik sebanyak 11 pasien (41%). Pada indikasi retinal detachment didapatkan pasien laki-laki yang paling banyak menjalani vitrektomi yaitu 12 pasien (44,44%) sedangkan perempuan 4 pasien (14,81%). Pada indikasi retinopati diabetik tidak terdapat perbedaan antara laki-laki (18,52%) dan perempuan (22,22%)Kata kunci: kelainan retina, vitrektomi, retinal detachment, retinopati diabetik
Prevalensi Penurunan Visus pada Siswa Berkebutuhan Khusus di SLB Kasih Angelia Kota Bitung Tahun Ajaran 2017/2018 Dalope, Junifer M.L.; Saerang, Josefien; Sumual, Vera
e-CliniC Vol 5, No 2 (2017): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v5i2.18455

Abstract

Abstract: Untreated visual disorder can result in mild to severe visual problems, and even blindness. This study was aimed to determine the prevalence of decreased visus in students with special needs in SLB Kasih Angelia Bitung of academic year 2017/2018. This was a descriptive prospective study. There were 61 students with special needs in this study. Of the total 61 students, 29 students had decreased vision and 32 students had normal visus. Refractive anomaly cases were higher in males versus females, and dominated by age group of 16-20 years. The prevalences of hypermetropia, astigmatism, myopia, and multiple refractive anomalies disorders were 31% (9 students), 27.6% (8 students), 20.7% (6 students), 20.7% (6 students) respectively. Conclusion: Decreased visus due to refractive anomalies were more prevalent in male students, age group of 16-20 years, and in students with deaf disability. Hypermetropia was the most common type of refractive anomalies.Keywords: decreased vision, refractive anomaly Abstrak: Gangguan penglihatan yang tidak dikoreksi dapat mengarah kelainan visus ringan sampai berat, bahkan sampai mengalami kebutaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi penurunan visus pada siswa berkebutuhan khusus di SLB Kasih Angelia Kota Bitung tahun ajaran 2017/2018. Jenis penelitian ialah deskriptif prospektif. Terdapat 61 siswa berkebutuhan khusus dalam penelitian ini. Di antaranya terdapat 29 siswa yang mengalami penurunan visus (kelainan refraksi) dan 32 siswa lainnya memiliki visus normal. Kelainan refraksi lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan dan didominasi oleh kelompok usia 16-20 tahun. Prevalensi hipermetropia, astigmatisma, miopia, dan kelainan refraksi ganda secara berturut-turut ialah 31% (9 siswa), 27,6% (8 siswa), 20,7% (6 siswa), dan 20,7% (6 siswa). Simpulan: Penurunan visus seperti kelainan refraksi lebih banyak didapatkan pada siswa laki-laki, kelompok usia 16-20 tahun, dan pada jenis kecacatan tunarungu. Hipermetropia merupakan jenis kelainan refraksi yang paling banyak ditemukan.Kata kunci: penurunan visus, kelainan refraksi
PREVALENSI AGE RELATED MACULAR DEGENERATION DI POLIKLINIK MATA BLU RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2013 – OKTOBER 2015 Tany, Clarissa E.; Sumual, Vera; Saerang, J. S. M.
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.4.1.2016.10968

Abstract

Abstract: Age–related macular degeneration (AMD) is a visual impairment in central area of the retina (macula) that tends to be progressive. In developing countries, AMD becomes the most common cause of irreversible vision loss in people aged ≥50 years. This study aimed to obtain the prevalence of AMD in Department of Opthalmology at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado from January 2013 to October 2015. This was a descriptive retrospective study using medical records of Department of Opthalmology. The results showed that there were 41 patients diagnosed as AMD. Based on sexes, AMD occured more frequent in male patients as many as 28 paients (68.3%). This disease was dominated by patients aged 61-70 years old as many as 16 patients (39%). There were 10 patients (24.4%) that had history of hypertension.Keywords: prevalence, AMD  Abstrak: Age–related macular degeneration (AMD) adalah suatu gangguan penglihatan sentral retina (makula) yang bersifat progresif. Di negara berkembang AMD menjadi penyebab terbanyak hilangnya penglihatan yang ireversibel pada individu di atas 50 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi AMD di Poliklinik Mata BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2013-Oktober 2015. Jenis penelitian ini deskriptif retrospektif dengan memanfaatkan data rekam medik di Poliklinik Mata BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Hasil penelitian memperlihatkan 41 pasien dengan diagnosis AMD. Berdasarkan jenis kelamin, AMD lebih banyak dialami oleh jenis kelamin laki-laki sebanyak 28 orang (68,3%), sedangkan untuk rentang umur didominasi oleh umur 61-70 tahun yaitu sebanyak 16 orang (39%). Terdapat 10 orang (24,4%) dengan riwayat hipertensi.Kata kunci: prevalensi, AMD
PREVALENSI RETINOPATI DIABETIK PADA POLIKLINIK ILMU KESEHATAN MATA SELANG SATU TAHUN Ilery, Tiara; Sumual, Vera; Rares, Laya
e-CliniC Vol 2, No 1 (2014): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.2.1.2014.3615

Abstract

Abstract: Diabetic retinopathy  is a disease that tends to damage retinal microvasculature as chronic progressive, related with the old hyperglycaemia and also connected with diabetes mellitus and hypertension; that can expand into certain level and can turn to serious complication. The purpose of this observation is to know about prevalence of diabetic retinopathy on Polyclinic Opthalmology BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou in Manado within one year. This method of observation are retrospective descriptive which is utilize the secondary data in notes form that is taken from Department of Opthalmology BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou in Manado within period June 2012 – May 2013 and October 2013. In this observation that had 498 samples, with 219 people (44%) that is positively diagnosed with diabetic retinopathy. Based from sexes it self, diabetic retinopathy occur more in female patient as much as 116 people (52,96%). However, that disease is dominated with the patient at age 45-64 year old 128 people (58,44%) that also has history of diabetes mellitus. From 219 patients retinopati diabetik, there are 200 people (91,32%) that has vision problem. As we know about the risk of this disease, we are hoping that the patient of retinopati diabetik and diabetes melitus could constantly control their blood pressure and blood sugar, as well as eyes checking to cut down future risk. Keywords: Prevalence, retinopathy, diabetic retinopathy, complication of diabetes.   Abstrak: Retinopati diabetik adalah penyakit yang berpotensi merusak pembuluh darah retinal secara kronis progresif, berhubungan dengan hiperglikemia yang lama dan terkait dengan diabetes melitus juga hipertensi; dapat berkembang sampai tingkatan tertentu dan merupakan komplikasi yang serius. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui prevalensi retinopati diabetik pada poliklinik ilmu kesehatan mata BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado selang satu tahun. Metode penelitian bersifat deskriptif retrospektif dengan memanfaatkan data sekunder berupa catatan medik yang terdapat di Bagian Mata BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Juni 2012-Mei 2013 dan Oktober 2013. Dalam penelitian ini terdapat 498 sampel, dengan 219 orang (44%) yang terdiagnosa retinopati diabetik. Berdasarkan jenis kelamin, retinopati diabetik lebih banyak dialami pasien berjenis kelamin perempuan sebanyak 116 orang (52,96%). Sedangkan untuk rentang umur, didominasi oleh pasien dengan rentang umur 45-64 tahun sebanyak 148 orang (67,5%), dan terdapat 128 orang (58,44%) yang memiliki riwayat diabetes melitus. Dari 219 orang pasien retinopati diabetik terdapat 200 orang (91,32%) yang visusnya terganggu. Dengan melihat resiko penyakit ini, pasien retinopati diabetik dan diabetes melitus diharapkan dapat mengontrol gula darah dan tekanan darah, serta dengan rutin memeriksakan mata untuk menekan progresifitas penyakit. Kata Kunci : Prevalensi, retinopati, retinopati diabetik, komplikasi diabetes.
Perbandingan Ketebalan Retina Sentral Pasien Hipertensi Esensial tanpa Penurunan Visus Dibanding Orang Normal Nursalim, Ade J.; Sumual, Vera; Sumanti, Eugeni
e-CliniC Vol 7, No 2 (2019): e-CliniC
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v7i2.23977

Abstract

Abstract: One of the complications of hypertension is hypertensive retinopathy with a prevalence of 2-17% in patients with hypertension without diabetes. Application of optical coherence tomography (OCT) tool enables the clinician to simplify the pathophysiological process of hypertensive retinopathy. This study was aimed to compare the central retina thickness of essential hypertensive patients without decreased vision to of normal people. This was a prospective comparative study using a quantitative method. There were 56 eyes in the hypertension group and 71 eyes in the normal group. The t test showed that central retina thickness in hypertension group was 201.66 μm (SD ±38,870) meanwhile in the normal group was 249.59 μm (SD±19,245) (p=0.004). In conclusion, there was a significant difference in central retinal thickness between essential hypertensive patients and normal people. It is suggested that ophthalmologic examination should be performed on patients with essential hypertension even without decreased vision.Keywords: hypertension, decrease of vision, retinal thickness Abstrak: Salah satu komplikasi hipertensi yaitu retinopati hipertensi dengan prevalensi 2-17% pada penyandang hipertensi tanpa diabetes. Aplikasi alat optical coherence tomography (OCT) memungkinkan klinisi untuk meneliti lebih lanjut mengenai proses patofisiologi retinopati hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan ketebalan retina sentral pasien hipertensi esensial tanpa penurunan visus dibanding orang normal. Jenis penelitian ialah prospektif komparatif menggunakan metode kuantitatif. Hasil penelitian mendapatkan 56 mata untuk kelompok hipertensi dan 71 mata untuk kelompok normal yang memenuhi kriteria penelitian. Uji t menunjukkan terdapat perbedaan ketebalan retina sentral pada kelompok hipertensi dibanding kelompok normal. Rerata ketebalan retina pada kelompok hipertensi ialah 201,66 μm (SD±38,870) dibanding pada kelompok normal ialah 249,59 μm (SD±19,245) (p=0,004). Simpulan penelitian ini ialah terdapat perbedaan bermakna antara ketebalan retina sentral pasien hipertensi esensial tanpa penurunan visus dibanding orang normal. Disarankan untuk melakukan pemeriksaan mata pada penyandang hipertensi esensial meskipun belum disertai keluhan penurunan tajam penglihatan.Kata kunci: hipertensi, penurunan visus, ketebalan retina
Profil Trauma Tembus pada Mata di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Periode Januari 2016 – Juli 2018 Pantow, Immanuel H.; Sumual, Vera; Manoppo, Rillya D. P.
e-CliniC Vol 6, No 2 (2018): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v6i2.22121

Abstract

Abstract: Although eye trauma cases are oftenly found, they are actually preventable. The incidence of open eye trauma is around 3.6-3.8 in 100,000 people worldwide. This study was aimed to obtain the profile of penetrating trauma in the eye at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. This was a retrospective analytical study using medical record data of Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital from January 2016 to July 2018. The results showed 124 patients with penetrating trauma in the eye. Penetrating trauma cases in the eyes were significantly higher in males compared to females which were found in 105 patients (87.67%). Based on age, most patients were in the early adult age category (26-35 years) as many as 28 patients (22.58%). Based on work, the most common patients were farmers as many as 25 patients (20.16%), followed by laborers as many as 18 patients (14.51%). Conclusion: Most cases of penetrating trauma in the eyes were males, aged 26-35 years, and worked as farmers.Keywords: incidence, penetrating eye trauma Abstrak: Trauma pada mata sering terjadi dan sebenarnya merupakan penyebab gangguan penglihatan yang dapat dicegah. Insidensi trauma mata terbuka sekitar 3.6-3.8 per 100.000 populasi di seluruh dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kejadian trauma tembus pada mata di RSUP Prof.DR.R.D Kandou Manado. Jenis penelitian ialah analitik retrospektif dengan menggunakan data di Bagian Rekam Medik RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2016-Juli 2018. Hasil penelitian mendapatkan jumlah pasien trauma tembus pada mata sebanyak 124 orang. Kasus trauma tembus pada mata lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan yaitu 105 pasien (87,67%). Berdasarkan usia, trauma tembus pada mata terbanyak pada kategori dewasa awal (26-35 tahun) sebanyak 28 pasien (22,58%). Berdasarkan pekerjaan, trauma tembus pada mata terbanyak didapatkan pada petani sebanyak 25 pasien (20,16%) diikuti buruh sebanyak 18 pasien (14.51%). Simpulan: Trauma tembus pada mata terbanyak pada laki-laki, usia 26-35 tahun, didominasi pekerjaan sebagai petani.Kata kunci: angka kejadian, trauma tembus pada mata
Penggunaan lensa kontak dan pengaruhnya terhadap dry eyes pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi Pietersz, Eunike L.; Sumual, Vera; Rares, Laya
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i1.12289

Abstract

Abstract: Eye is the most vital organ of sight to detect light. Many factors can cause eye disorders, one of them is dry eyes. The causes of dry eyes are: age, sex/gender, contact lens usage, smoking, and air conditioned room. This study aimed to determine the effect of contact lens to dry eyes. This was an observational study with a cross sectional design. Samples were students of Faculty of Economics University of Sam Ratulangi batch 2011-2014. There were 30 respondents who used contact lenses obtained by random sampling. The results showed that there were 28 female respondents and 2 male respondents aged 18- 21 years old. Most of them used contact lenses due to aesthetic reason rather than to substitution of eye glasses. The most common type of contact lens was Rigid Gas Permeable (RGP). Of the 30 respondents, there were 16 students (53.3%) who suffered from dry eyes. The statistical analysis showed a correlation coefficient (r) -0.0612 and a p value 0.000 < α= 0,05. Conclusion: There was a strong correlation between using of contact lens and its influence on the eyes (dry eyes) among students of Faculty of Economics University of Sam Ratulangi.Keywords: contact lenses, dry eyes Abstrak: Mata adalah organ penglihatan yang paling vital untuk mendeteksi cahaya. Banyak faktor yang menyebabkan gangguan pada mata, salah satunya ialah dry eyes (mata kering). Penyebab dry eyes ialah antara lain: usia, jenis kelamin, penggunaan lensa kontak, merokok, dan ruang ber-AC. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan lensa kontak terhadap dry eyes. Jenis penelitian ini observasional dengan desain potong lintang. Responden ialah mahasiswa/i Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi angkatan 2011-2014 yang menggunakan lensa kontak dan diambil secara random. Hasil penelitian memperlihatkan dari 30 responden pengguna lensa kontak terdapat 28 responden perempuan dan 2 responden laki-laki dengan usia 18 tahun sampai 21 tahun. Alasan penggunaan lensa kontak terbanyak sebagai estetika dan bukan sebagai pengganti kacamata. Jenis kontak lensa yang tersering digunakan ialah Rigid Gas Permeable (RGP). Berdasarkan distribusi frekuensi terlihat bahwa terdapat responden dengan dry eyes sebanyak 16 orang (53,3%). Hasil uji statistik mendapatkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,0612 dan nilai p = 0,000 < α 0,05. Simpulan: Terdapat hubungan yang kuat penggunaan lensa kontak dan pengaruhnya terhadap dry eyes pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi. Kata kunci: lensa kontak, dry eyes
PREVALENSI RETINOPATI DIABETIK PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI BALAI KESEHATAN MATA MASYARAKAT (BKMM) PROPINSI SULAWESI UTARA PERIODE JANUARI – JULI 2014 Manullang, Yellien R.; Rares, Laya; Sumual, Vera
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.4.1.2016.11024

Abstract

Abstrak: Penyakit mata merupakan kelainan pada mata yang dapat mempengaruhi penglihatan sehingga menyebabkan ketajaman penglihatan menurun dan penglihatan menjadi kabur atau dapat menyebabkan kebutaan. Salah satu penyebab paling sering kasus kebutaan yaitu retinopati diabetik. Retinopati diabetik merupakan kelainan retina (retinopati) yang ditemukan pada penderita diabetes melitus. Salah satu komplikasi dari DM adalah komplikasi mikrovaskular pada mata yaitu retinopati yang jika terus berlanjut akan menjadi penyebab kebutaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi retinopati diabetik pada penderita diabetes melitus di Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) periode Januari - Juli 2014. Metode penelitian bersifat deskriptif retrospektif dengan memanfaatkan data sekunder berupa catatan rekam medik yang terdapat di Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM). Dalam penelitian ini didapatkan bahwa jumlah penderita pasien retinopati diabetik pada Januari ? Juli 2014 sebanyak 64 orang. Jumlah penderita retinopati diabetik lebih banyak pada perempuan dengan jumlah 42 orang (66%) sedangkan pada laki-laki hanya berjumlah 22 orang (34%) dengan perbedaan jumlah antara perempuan dan laki-laki sebanyak 32%. Sedangkan untuk kelompok umur didapatkan hasil jumlah pasien retinopati terbanyak adalah pada kelompok umur 45-64 tahun dengan jumlah sebanyak 43 orang (67%). Berdasarkan tipe retinopati diabetik, diperoleh hasil presentase terbesar adalah pasien dengan PDR (Proliferatif Diabetik Retinopathy) dengan jumlah sebanyak 40 orang (62,50%), dan dari hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat pasien yang mengalami PDR + NPDR sebanyak 8 orang (12,50%).Kata Kunci : Prevalensi, retinopati diabetik, diabetes mellitusAbstract: Eye disease is a disorder of the eye that can affect vision, causing decreased visual acuity and vision becomes blurred or can cause blindness.One of the most common causes of blindness is diabetic retinopathy.Diabetic retinopathy is a retinal disorders (retinopathy) were found in patients with diabetes mellitus.One of the complications of DM is microvascular complications in the eye, namely retinopathy which if continued would be a cause of blindness. The purpose of this study was to determine the prevalence of diabetic retinopathy in patients with diabetes mellitus in Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) the period January - July 2014. The research method is descriptive retrospective by making use of secondary data from medical record contained in Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM). It was found that the number of patients with diabetic retinopathy patients in January - July 2014 as many as 64 people.Number of patients with diabetic retinopathy more in women with a number of 42 people (66%), while in males numbered only 22 people (34%) the difference between the number of women and men as much as 32%.As for the age group showed the highest number of patients with retinopathy is the age group 45-64 years with a total of 43 people (67%).Based on the type of diabetic retinopathy, the result is the largest percentage of patients with PDR (Proliferative Diabetic Retinopathy) with a total of 40 people (62.50%), and the result showed that there are patients with NPDR PDR + 8 people (12.50 %).Keywords: Prevalence, diabetic retinopathy, diabetic mellitus
Profil Pasien Operasi Vitreoretinal di Instalasi Bedah Sentral RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Juli 2018 – Juli 2019 Boedihardjo, Gita P.; Sumual, Vera; Najoan, Imelda
e-CliniC Vol 7, No 2 (2019): e-CliniC
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.7.2.2019.26879

Abstract

Abstract: Retinal disorders are ranked as the fourth most common eye disease in Indonesia. Retinal and vitreous disorders can cause severe visual impairment and even blindness. This study was aimed to determine the profile of patients undergoing vitrectomy at the Central Surgical Installation of Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado form July 2018 - July 2019. This was a retrospective and descriptive study using medical record data of vitreoretinal surgery patients. The results showed that there were 31 patients who underwent vitreoretinal surgery, consisting of 16 males (51.6%) and 15 females (48.4%). Based on the type of surgery; vitrectomy was performed on 15 patients (48.4%); vitrectomy + laser photo-coagulation on 7 patients (22.7%); vitrectomy + injection of gas dan silicon oil on 3 patients (9.7%); and 2 patients each (6.4%) for gas and silicon oil injection, laser photocoagulation, and vitrectomy + gas injection and silicon oil + laser photocoagulation. In conclusion, the most common type of surgery was vitrectomy based on retinal detachment. Most patients were retired and at the age of 46-65 years.Keywords: vitreoretinal surgery, vitreoretinal abnormalities, vitrectomy, retinal detachment Abstrak: Gangguan retina berada di urutan ke empat sebagai penyakit mata terbanyak di Indonesia. Bila terjadi gangguan pada retina dan vitreous bisa menimbulkan gangguan penglihatan yang berat bahkan kebutaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pasien yang menjalani operasi vitreoretinal di Instalasi Bedah Sentral RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Juli 2018 – Juli 2019. Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif dengan menggunakan data rekam medik pasien operasi vitreo retina. Hasil penelitian mendapatkan 31 pasien yang menjalani operasi vitreoretinal, dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 16 pasien (51,6%) dan perempuan 15 pasien (48,4%). Berdasarkan jenis operasi diperoleh data vitrektomi pada 15 pasien (48,4%), vitrektomi + laser fotokoagulasi 7 pasien (22,7%), vitrektomi + injeksi gas dan silicon oil 3 pasien (9,7%), dan masing-masing 2 pasien (6,4%) untuk jenis operasi injeksi gas + silicon oil, jenis operasi laser fotokoagulasi, dan vitrektomi + injeksi gas dan silicon oil + laser fotokoagulasi. Simpulan penelitian ini ialah jenis operasi yang terbanyak dilakukan yaitu vitrektomi, dengan indikasi ablasio retina. Sebagian besar pasien berada pada kategori usia 46-65 tahun, dengan pekerjaan pensiunan.Kata kunci: operasi vitreo retina, kelainan vitreo retina, vitrektomi, ablasio retina