Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

HUBUNGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DENGAN ANGKA KEJADIAN KATARAK DI INSTALASI RAWAT JALAN (POLIKLINIK MATA) RSUP.Prof.Dr.R.D. Kandou Manado Periode Juli 2015 – Juli 2016 Tamansa, Gricia Earlene; Saerang, J S M; Rares, Laya M.
JKK (Jurnal Kedokteran Klinik) Vol 1, No 1 (2016): JURNAL KEDOKTERAN KLINIK
Publisher : FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: Cataract is a condition where the usually clear and transparent eye lens turn cloudy. Cataract is the commonest eye abnormality that can cause blindness and sight disturbance. The risk factors that affect cataract incidence are intrinsic factors, such as age, gender, and genetics while the extrinsic factors are occupation, education, smoking, environment, economic status, and multivitamins. This study aims to discover the correlation between age and gender and cataract incidence in Outpatient Installation (Ophthalmology Polyclinic) RSUP.Prof. Dr. R.D. Kandou Manado in the period 2015 July – 2016 July. This Retrospective analytic study uses the data in the hospital’s Medical Record Department. Data was categorized into age, gender, and the type of cataract. There were 197 patients who came to ophthalmology polyclinic in the period 2015 July to 2016 July. The study result shows that of the 197 people with cataract, 88 of it are male (45%) and the rest 109 people are female (55%) while the age group  with cataract that is highest in number is those age 53-68 years old, the cataract most often contracted id the senile cataract. The correlation analysis shows that correlation between age and cataract incidence is p = 0,846 and the correlation between gender and cataract incidence is p = 0,01. Conclusion: in this study there was a significant correlation between gender and cataract incidence but there was no correlation between age and cataract incidence. Keywords : Age, Gender, Cataract Abstrak : Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasannya jernih dan bening menjadi keruh. katarak merupakan kelainan mata yang menyebabkan kebutaan dan gangguan penglihatan yang paling sering ditemukan. Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinnya penyakit katarak antara lain faktor intrinsik yaitu umur, jenis kelamin, dan genetik, sedangkan faktor ekstrinsik yaitu pekerjaan, pendidikan, perokok, lingkungan, status ekonomi, dan multivitamin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan umur dan jenis kelamin dengan angka kejadian katarak di Instalasi Rawat Jalan (Poli Mata) RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Manado Periode Juli 2015- Juli 2016. Penelitian ini bersifat analitik retrospektif dengan meneliti data di Bagian Rekamedik RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou. Data dikelompokan berdasarkan Umur,Jenis kelamin dan Jenis Katarak. Pasien yang datang berobat ke poli klinik mata selama periode juli 2015-juli 2016 sebanyak 197 orang. Dari hasil penelitian mendapatkan dari 197 orang yang menderita katarak dengan presentase 88 orang laki –laki (45%) dan perempuan 109 (55%) serta kelompok usia yang paling banyak menderita katarak adalah kelompok usia 53-68 tahun dan katarak yang paling banyak diderita yaitu katarak senilis. Analisis Hubungan antara Umur dan Jenis Kelamin dengan angka kejadian katarak di Instalasi Rawat Jalan  (Poli Mata) RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Manado Periode Juli 2015- Juli 2016 mendapatkan nilai untuk hubungan Umur dan Angka Kejadian katarak P = 0.846 dan Hubungan Jenis kelamin dan angka kejadian katarak P =  0.01. Simpulan : Dalam penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan anatara Jenis Kelamin dengan angka kejadian katarak serta tidak terdapat hubungan antara umur dan angka kejadian katarak. Kata kunci : Umur, Jenis Kelamin, Katarak.
Perbandingan prevalensi katarak senilis di daerah pantai dengan di daerah pegunungan Rumerung, Grace; Rares, Laya M.; Saerang, J.S.M.
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i1.12290

Abstract

Abstract: Senile cataract is the most common form of cataract in old age, especially over 50 years old. Besides age, environment and geographic status can influence the occurence and development of senile cataract. This study aimed to compare the prevalence of cataract between patients living in coastal areas and in mountainous areas. This was a descriptive analytical study with a cross sectional design using data of the medical record. The results showed that the total samples were 66 patients; 55 patients (88.3%) living in mountainous areas and 11 patients (16.7%) in coastal areas. The Mann-Whitney U test showed a P value of 1.000. Conclusion: There was no significant difference in senile cataract prevalence between patients living in coastal areas and those living in mountainous areas. Keywords: senile cataract, coastal areas, mountain areas Abstrak: Katarak senilis merupakan bentuk katarak yang paling sering didapatkan pada usia tua, umumnya setelah usia 50 tahun ke atas. Selain faktor usia, lingkungan, dan tempat tinggal/geografis dapat memengaruhi terjadinya dan kecepatan perkembangan katarak senilis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan prevalensi penderita katarak senilis di daerah pantai dan di daerah pegunungan. Jenis penelitian ini deskriptif analitik dengan desain potong lintang menggunakan data rekam medik. Hasil penelitian memperlihatkan total sampel sebanyak 66 orang. Sebanyak 55 orang (83,3%) berasal dari daerah pegunungan dan sebanyak 11 orang (16,7%) dari daerah pantai. Hasil Mann-Whitney U Test menunjukkan nilai signifikansi P = 1,000. Simpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna dalam prevalensi katarak senilis di daerah pantai dan di daerah pegunungan.Kata kunci: katarak senilis, daerah pantai, daerah pegunungan
KECENDERUNGAN PENDERITA RETINOPATI DIABETIK Pengan, Venesia; Sumual, Harry J. G.; Rares, Laya M.
e-CliniC Vol 2, No 2 (2014): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v2i2.5099

Abstract

Abstract: One of the complications of diabetes is microvascular complications of retinopathy in the eye is that if it continues to be a cause of blindness. The incidence of diabetic retinopathy continues to increase with the increase in people with diabetes with uncontrolled blood sugar. Blindness due to diabetic retinopathy is a health problem that look out world because of blindness will decrease the patient's quality of life and productivity which ultimately led to the social burden to society. The purpose of this study was to determine the tendency of patients with diabetic retinopathy. This is a descriptive study to examine the data of diabetic retinopathy patients in ophthamology community health center. It was found that the number of patients with diabetic retinopathy in 2012 is 34 people and in 2013 amounted to 44 people. An increasing number of people with diabetic retinopathy in 2013 amounted to 10 people or in a precentage of an increase in the number of patients is as much as 29.41%. Number of patients with diabetic retinopathy men in 2012 was 12 and in 2013 to 15 so as to increase by 25% and the number of women in 2012 was 22 and in 2013 was 29, an increase in patients is as much as 31.81%. Based on the group of age, the amount of patients in 2013 in the group of 20-40 years is 2 persons, 41-60 years amounted to 20 people, >60 amounted to 14 people, while in 2013 the number of people in the group of 20-40 years became 3 persons, 41-60 years to 30 people and >60 became 11 people. Increased number of patients with diabetic retinopathy in 2013 with the total of 10 persons and a precentage of 29.41%.Keywords: diabetic mellitus, diabetic retinopaty.     Abtrak: Salah satu komplikasi dari DM adalah komplikasi mikrovaskuler pada mata yaitu retinopati yang jika terus berlanjut akan menjadi penyebab kebutaan. Angka kejadian retinopati diabetik terus meningkat dengan peningkatan penyandang DM disertai gula darah tidak terkontrol. Kebutaan akibat retinopati diabetik ini menjadi masalah kesehatan yang diwaspadai dunia karena kebutaan akan menurunkan kualitas hidup dan produktivitas penderita yang akhirnya menimbulkan beban sosial bagi masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya kecenderungan penderita retinopati diabetik. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan meneliti data-data penderita retinopati diabetik di Balai Kesehatan Mata Masyarakat. Didapatkan bahwa jumlah penderita pasien retinopati diabetik pada tahun 2012 sebanyak 34 orang dan tahun 2013 berjumlah 44 orang. Peningkatan jumlah penderita retinopati diabetik di tahun 2013 berjumlah 10 orang atau dalam persentase terjadi peningkatan jumlah penderita sebanyak 29,41%. Jumlah penderita retinopati diabetik laki-laki pada tahun 2012 adalah 12 orang dan tahun 2013 menjadi 15 orang sehingga terjadi peningkatan sebanyak 25% dan jumlah perempuan pada tahun 2012 adalah 22 orang dan pada tahun 2013 adalah 29 orang, peningkatan penderita sebanyak 31,81%. Berdasarkan kelompok umur jumlah penderita pada tahun 2012 dengan kelompok umur 20-40 tahun berjumlah 2 orang, 41-60 tahun berjumlah 20 orang, >60 berjumlah 14 orang sedangkan pada tahun 2013 jumlah penderita dengan kelompok umur 20-40 tahun menjadi 3 orang, 41-60 tahun 30 orang dan>60 tahun menjadi 11 orang. Terjadi peningkatan jumlah penderita retinopati diabetik di tahun 2013 dengan jumlah 10 orang dengan presentase 29,41%. Kata kunci: diabetes melitus, retinopati diabetik.
PERBANDINGAN ANGKA KEJADIAN MIOPIA ANTARA MAHASISWA INFORMASIKA DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITASSAM RATULANGI MANADO Matheos, Merina; Rares, Laya M.; Saerang, J. S. M.
e-CliniC Vol 3, No 1 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v3i1.6821

Abstract

Abstract: The most obvious risk factors that lead to myopia is associated with a close-range activity, such as reading, writing, using the computer and playing video games. Along with the progress of the current students learning styles, students are required to seek as much information and the process of finding information easier by the existing technologies, which is the use of computers. Especially in student Informatics, computer is the main medium of learning. As with the system of Marine Science student that learn through field practice. On the other hand, commonly, students tend to perform activities at close range and supported by genetic factors that influence the incidence of myopia or nearsightedness. Objective: This study aims to determine differences in the incidence of myopia among the students of Informatics and Marine Sciences University of Sam Ratulangi. Methods: This study is analytical observational with cross-sectional approach by usingconsecutivesampling. Results: From the results of this study showed that there was no significant difference in the incidence of myopia among Informatics students and Marine Science students (P = 0.056) with the use of Z test. Conclusion:There was no significant difference in the incidence of myopia among Informatics students and Marine Science students.Keywords: myopia, students, informatics, marine sciencesAbstrak: Faktor risiko paling nyata yang menimbulkan miopia adalah berhubungan dengan aktivitas jarak dekat, seperti membaca, menulis, menggunakan komputer dan bermain video game. Seiring dengan kemajuan gaya belajar mahasiswa saat ini, mahasiswa dituntut untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya dan proses mencari informasi semakin dipermudah dengan teknologi-teknologi yang ada, salah satunya adalah dengan penggunaan komputer. Khususnya pada mahasiswa Informatika, komputer merupakan media utama belajar. Lain halnya dengan mahasiswa Ilmu Kelautan yang sistim pembelajarannya melalui praktek lapangan. Di sisi lain, pada umumnya mahasiswa zaman sekarang cenderung melakukan aktifitas jarak dekat serta ditunjang dengan faktor keturunan yang berpengaruh dalam terjadinya kejadian miopia atau rabun jauh. Tujuan:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan angka kejadian Miopia antara Mahasiswa Informatika dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi Manado.Metode:Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan potong lintang (cross sectional) dan cara pengambilan sampel menggunakan konsekutif sampling.Hasil: Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna kejadian miopia antara Mahasiswa Informatika dan Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan (P=0,056) dimana menggunakan uji Z. Simpulan: Tidak ada perbedaan bermakna kejadian miopia antara Mahasiswa Informatika dan Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan.Kata kunci: miopia, mahasiswa, informatika, ilmu kelautan
PEMBERIAN VITAMIN PADA PENYAKIT MATA Jacobs, George E.; Sumual, Harry J. G.; Rares, Laya M.
e-CliniC Vol 3, No 1 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v3i1.7130

Abstract

Abstract: Vitamin intervention is known as a part of efforts to prevent the organ damages due to ocular diseases. However, ocular side effects associated with vitamin therapy has been reported, frequently. This study aimed to discover vitamin therapy and its relevancy in ocular diseases. This was a retrospective descriptive study which was conducted at the Department of Ophthalmology, General Hospital of Prof. Dr. R. D. Kandou Manado from November – December 2014. Population consisted of 435 medical records from July – September 2014. History of vitamin therapy was observed in 5 samples. Glaucoma suspect with NutriVision™ (relevant/irrelevant), KSS (Kearns-Sayre syndrome) with vitamin B1 and B +C complex (relevant), PACG (primary angle closure glaucoma) + Keratopathy with vitamin B+C comp (irrelevant), PACG + Pseudophakic post SICS (small incision cataract surgery) with Enervon-C™ (irrelevant), and NTG (normal-tension glaucoma) with NutriVision™ (relevant). Conclusion: There were relevant vitamin therapies as well as irrelevant vitamin therapies in ocular diseases. Therefore, a vitamin therapy is still be argued whether it is relevant or irrelevant in ocular diseases.Keywords: vitamin therapy, ocular diseasesAbstrak: Intervensi vitamin dikenal sebagai salah satu upaya untuk mencegah kerusakan organ mata, namun tak jarang hal ini dapat menyebabkan efek samping pada mata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pemberian vitamin dan relevansinya pada penyakit mata. Penelitian dilakukan di Poliklinik Ilmu Penyakit Mata BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou pada bulan November – Desember 2014 dengan metode penelitian deskriptif retrospektif. Populasi penelitian ialah 435 data rekam medik periode Juli – September 2014. Hasil penelitian memperlihatkan 5 sampel dengan riwayat terapi vitamin. Glaucoma suspect dengan terapi multivitamin NutriVision™ (relevan/tidak relevan), KSS (Kearns-Sayre syndrome) dengan terapi vitamin B1 dan B + C kompleks (relevan), PACG (primary angle closure glaucoma) + Keratopati dengan terapi vitamin B + C kompleks (tidak relevan), PACG + Pseudofakia post SICS (small incision cataract surgery) dengan terapi multivitamin Enervon-C™ (tidak relevan) dan NTG (normal-tension glaucoma) dengan terapi multivitamin NutriVision™ (relevan). Simpulan: Terdapat pemberian vitamin baik yang relevan maupun yang tidak relevan dengan penyakit mata. Pemberian vitamin masih diperdebatkan apakah relevan atau tidak dengan penyakit mata.Kata kunci: pemberian vitamin, penyakit mata
Gambaran Ketajaman Penglihatan terhadap Lama Penggunaan dan Jarak Pandang Gadget pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 9 Binsus Manado Richter, Randy; Rares, Laya M.; Najoan, Imelda H. M.
e-CliniC Vol 6, No 2 (2018): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.6.2.2018.21993

Abstract

Abstract: Deterioration of visual acuity commonly occurs among students. This study was aimed to obtain the profile of visual acuity related to duration of gadget usage and distance between eye and the gadget among XII grade students of SMA Negeri 9 Binsus Manado (senior high school). This was a descriptive study. There were 105 students as subjects in this study; 34 of them (32.38%) had decreased visual acuity. There were 80 subjects (76.19%) that did not wear glasses, consisted of 27 males (25.72%) and 44 females (41.9%). Gadget usage for ≥2 hours was found in 99 subjects (94.29%). The most common visual length of using gadget was <30 cm which was found in 85 subjects (80.95%). At day-30, visual acuity examination did not reveal any significant improvement. Conclusion: In this study, most students had normal visus and the majority were females and age of 17 years. Most students used gadget for ≥2 hours, and the visual length of using gadget was <30 cm. There was no significant improvement of visual acuity after 30 days.Keywords: visual acuity, glasses, gadget Abstrak: Penurunan tingkat ketajaman penglihatan pada kalangan usia sekolah merupakan salah satu masalah yang paling sering terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran ketajaman penglihatan terhadap lama penggunaan dan jarak pandang gadget pada siswa kelas XII SMA Negeri 9 Binsus Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif. Hasil penelitian mendapatkan 105 siswa kelas XII SMA Negeri 9 Binsus sebagai subyek penelitian. Jumlah subyek yang mengalami penurunan visus ialah 34 siswa (32,38%). Siswa yang tidak memakai kacamata lebih banyak dibandingkan yang memakai kacamata dengan jumlah 80 siswa (76,19%), terdiri dari 27 laki-laki (25,72%) dan 44 perempuan (41,9%). Kasus lama penggunaan gadget yang terbanyak ialah ≥2 jam dengan jumlah 99 siswa (94,29%). Jarak pandang gadget yang terbanyak ialah <30 cm dengan jumlah 85 siswa (80,95%). Pada hari ke-30 penelitian, pemeriksaan ketajaman penglihatan tidak mendapatkan perubahan visus yang nyata. Simpulan: Sebagian besar siswa memiliki visus normal, didominasi oleh jenis kelamin perempuan dan usia 17 tahun. Umumnya lama penggunaan gadget ≥2 jam dengan jarak pandang gadget <30 cm. Tidak didapatkan perubahan visus yang nyata setelah 30 hari.Kata kunci: ketajaman penglihatan, kacamata, gadget
PREVALENSI GLAUKOMA AKIBAT DIABETES MELITUS DI POLIKLINIK MATA RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO Allorerung, Risky N.; Saerang, Josefien S. M.; Rares, Laya M.
e-CliniC Vol 3, No 3 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.3.3.2015.9507

Abstract

Abstract: Glaucoma is a common group of diseases characterized by optic neuropathy typically, related with loosing of a field visual of vision. A very high intraocular pressure is one of the primary risk factors. Glaucoma can be caused by systemic diseases or local diseases of the eye. One of the systemic disorders that can lead to glaucoma is diabetes mellitus (DM). This study aimed to obtain the prevalence of glaucoma caused by DM in the Eye Clinic Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado from January to December 2013. This was a descriptive retrospective study. The results showed that of 15 patients who got glaucoma caused by DM there were 10 (66.7%) females and 5 (33.3%) males. Based on age group, the mean age group of elderly which was also the most frequent one was 61-70 years with 7 patients (46.7%). The most frequent type of DM was type 2 with 14 patients (93.3%) meanwhile DM type only 1 patient (6.7%). There were 12 patients (80%) with uncontrolled DM who were more prone to suffer from glaucoma than the 3 patients (20%) with controlled DM.Keywords: glaucoma, diabetic of mellitusAbstrak: Glaukoma adalah kelompok penyakit yang ditandai oleh neuropati optik yang khas, serta berhubungan dengan hilangnya lapang pandangan penglihatan. Tekanan intraokuli yang sangat tinggi merupakan salah satu faktor resiko primer. Glaukoma dapat disebabkan oleh penyakit sistemik maupun penyakit lokal pada mata. Kondisi kelainan sistemik yang dapat memicu terjadinya glaukoma salah satunya ialah diabetes mellitus (DM). Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi glaukoma akibat DM di Poliklinik Ilmu Kesehatan Mata BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari - Desember 2013. Penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif. Hasil penelitian menunjukkan dari 15 pasien mengalami glaukoma akibat DM yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu 10 pasien (66,7%) sedangkan laki-laki 5 pasien (33,3%). Berdasarkan kelompok umur, rerata umur lansia dan yang paling banyak yaitu umur 61-70 sebanyak 7 pasien (46,7%). Dilihat dari Tipe DM, DM tipe 2 yang paling banyak yaitu 14 pasien (93,3%) dan DM tipe 1 hanya satu pasien (6,7%). DM tidak terkontrol ditemukan pada 12 pasien (80%) lebih mudah mengalami glaukoma di bandingkan diabetes terkontrol pada 3 pasien (20%).Kata kunci: glaukoma, diabetes melitus
KELUHAN MATA PADA POLISI YANG BERTUGAS DI LUAR RUANGAN DAN DI DALAM RUANGAN Pou, Raty Y. P.; Rares, Laya M.; Poluan, Herny
e-CliniC Vol 3, No 3 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v3i3.9508

Abstract

Abstract: Police officers who work outdoors are exposed to ultraviolet and air pollution which have a direct and cumulative impact on eye. Meanwhile, police officers who work indoors are exposed to radiation of computer/laptop that can cause eyestrain. In addition, the usage of AC can also cause eye problem. This study aimed to obtain the eye-related complaints of indoors and outdoors police officers at Polda Gorontalo. This was a descriptive study with a cross-sectional design. Samples were 50 respondents divided into 2 groups: outdoors and indoors police officers. The result showed that most of the police who worked outdoors (56%) complained blurred and strained eyes after being exposed to ultraviolet exposures within hours. Moreover, most respondents (72%) complained of itchy eyes due to air pollution. Meanwhile, police officers who worked indoors complained of blurred (92%) and strained eyes (100%) due to the usage of laptops or computers, and painful eyes (64%) due to air condition.Keywords: eye-related complaints, police officers, outdoors, indoorsAbstrak: Polisi yang bekerja di luar ruangan berpeluang terpapar sinar ultraviolet dan polusi udara yang berdampak langsung dan kumulatif pada kesehatan mata. Polisi yang bekerja di dalam ruangan juga mempunyai keluhan yang bisa terjadi di mata akibat penggunaan komputer/laptop dengan tingkat radiasi yang dapat menyebabkan kelelahan pada mata. Selain itu, kualitas udara seperti penggunaan AC di dalam ruangan juga bisa mengakibatkan keluhan mata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keluhan mata pada polisi yang bertugas di luar ruangan dan di dalam ruangan di Polda Gorontalo. Penelitian ini menggunakan pendekatan potong lintang yang bersifat deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 50 responden. Hasil penelitian pada polisi yang bertugas di luar ruangan sebagian besar responden (56%) mengeluh mata menjadi kabur dan merah setelah terkena sinar ultraviolet dalam waktu berjam-jam sedangkan akibat paparan polusi udara sebagian besar menyatakan mata menjadi gatal (72%). Pada polisi yang bertugas di dalam ruangan didapatkan pada penggunaan laptop sebagian besar mengeluh mata kabur (92%) dan mata lelah (100%) sedangkan penggunaan AC menunjukkan bahwa sebagian besar responden (64%) menyatakan keluhan mata nyeri.Kata kunci: keluhan mata, polisi, di luar ruangan, di dalam ruangan
HUBUNGAN KELAINAN REFRAKSI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK DI SMP KRISTEN EBEN HAEZAR 2 MANADO Rumondor, Nandy E.; Rares, Laya M.
e-CliniC Vol 2, No 1 (2014): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.2.1.2014.3609

Abstract

Abstract: Eye health in school students is one of the important factors that determining the learning achievement. Refractive disorders can disturb the information process while studying. This study aimed to determine the relation between refractive disorders with students learning achievement. This was an observational research with cross sectional design and the studied problems occur by itself without intervention from the researcher. There were 50 respondents from VIII grade students of SMP Kr. Eben Haezar 2 Manado, taken from simple random sampling. The result of this study showed that students with refractive disorders  (p = 0,01, p < 0,05) were significantly related with students learning achievements. Conclusion refractive disorders were significantly related with students learning achievement. Keywords: refractive disorders, learning achievement     Abstrak: Kesehatan mata pada anak di usia sekolah menjadi salah satu faktor yang penting dalam menentukan prestasi belajar. Dengan adanya kelainan refraksi dapat mengganggu proses penerimaan informasi anak saat belajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kelainan refraksi dengan prestasi belajar anak. Metode penelitian yang digunakan adalah potong lintang dengan sifat observational dan masalah yang diteliti terjadi dengan sendirinya tanpa intervensi dari peneliti. Sampel penelitian adalah anak SMP Kr. Eben Haezar 2 Manado kelas VIII berjumlah 50 orang yang diambil secara acak. Hasil penelitian ini menunjukkan penderita kelainan refraksi (p = 0,01, p < 0,05) berhubungan secara signifikan dengan prestasi belajar. Simpulan kelainan rerfraksi berhubungan secara signifikan dengan prestasi belajar. Kata kunci: kelainan refraksi, prestasi belajar
HUBUNGAN LAMANYA WAKTU PENGGUNAANTABLET COMPUTERDENGAN KELUHAN PENGLIHATANPADA ANAK SEKOLAH DI SMP Kr. EBEN HEAZER 2 MANADO Pangemanan, Jurisna Maria; Saerang, J. S. M.; Rares, Laya M.
e-CliniC Vol 2, No 2 (2014): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v2i2.5426

Abstract

Abstract: Growing technologicl advances to facilitate each person in their employment and work to resolve the majority of the work is done by eyes when using a tablet computer. So, often school students have complaint in the eyes for the result in too long concentration in tablet computer as a result of it’s electromagnetic waves radiation and can disturb the health of the eyes resulting in impaired vision. For it must be known that factors relating to the complaint vision such as gender, age, time of use in a day. This research is descriptive cross sectional analytic method. The population of school children in the study was all students grade 2 of the Eben Haezer Christian Junior High 2 Manado totaling in 136 people. The sample was 70 people. The research data is obtained by using a questionnaire that is filled by school children to determine the relationship of duration of use of a tablet computer with visual complaints using  chi-square statistical test. Results of chi-square statistical test showed no significant relationship between duration of use tablet computers with complaints of vision that is at the level (<n=0.005). in the complaint vision watery eyes feel the chi-square test results with significant level (n=0.005) < (n=0.003). this means that there is a significant relationship correlation with the duration of use tablet computers with vision complaints that the complaint was watery eyes. Bassed on this research it is advised at that tablet computer users to give time for the eye to rest, blink often and tend to check-up their eyes condition Keywords: computer usage time, impaired vison.     Abstrak: Kemajuan teknologi semakin berkembang sehingga mempermudah setiap oarng dalam bekerja menyelesaikan pekerjaannya dan sebagian besar pekerjaan dilakukan oleh mata pada saat menggunakan tablet computer. Sehingga tak jarang anak sekolah mengalami keluhan pada mata akibat terlalu lama berkonsentrasi pada monitor tablet computer dan gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh monitor inimenghasilkan radiasi dan bisa menggangu kesehatan mata yang menyebabkan keluhan penglihatan. Untuk itu perlu diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan penglihatan seperti jenis kelamin, faktor usia, lama penggunaan dalam sehari, waktu jeda, cara penggunan tablet computer, keseimbangan pencahaan ruangan dan monitor. Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif analitik dengan metode cross sectional. Populasi dalam penelitian adalah anak sekolah seluruh siswa-siswi kelas 2 SMP Kr. Eben Haezer 2 Manado yang berjumlah 136 orang.Sampel dalam penelitian ini berjumlah 70 orang. Data penelitian ini data penelitian ini didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh anak sekolah untuk mengetahui hubungan lamanya penggunaan tablet computer dengan keluhan penglihatan dengan menggunakan uji statistik chi-square. Hasil uji statistic chi-square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara lamanya penggunaan tablet computer dengan keluhan penglihatan yaitu pada taraf (< n=0,005). Pada keluhan penglihatan mata terasa berair hasil uji chi-squaredengan taraf signifikan (n=0.005) < (n=0.003). ini berarti ada hubungan yang signifikan dengan lamanya penggunaan tablet computerdengan keluhan penglihatan yaitu pada keluhan mata terasa berair. Berdasarkan penelitian ini disarankan bagi para penguna tablet computeruntuk upayakan melakukan istirahat mata, mengediplah lebih sering dan melakuakn pemeriksaan mata. Kata kunci: waktu pengunaan laptop, keluhan penglihatan.