Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : BIOMA : Jurnal Biologi Makassar

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE ASOSIASI DI SEKITAR AREA TAMBAK DESA BALANDATU KEPULAUAN TANAKEKE KABUPATEN TAKALAR SULAWESI SELATAN Riska Annisa; Dody Priosambodo; Muhtadin Asnadi Salam; Slamet Santosa
BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR Vol. 2 No. 1 (2017)
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/bioma.v2i1.1496

Abstract

Penelitian tentang struktur komunitas mangrove asosiasi di sekitar area tambak telah dilakukan pada bulan Mei-Desember 2016 di Desa Balandatu Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis, kerapatan, frekuensi, penutupan, INP, SDR (Standard Dominance Rasio), dan penyebaran mangrove asosiasi di daerah tersebut, serta membandingkan struktur komunitas mangrove asosiasi di daerah tambak dan non tambak. Pengambilan dilakukan dengan metode purposive sampling menggunakan transek sabuk di daerah tambak dan transek kuadrat di daerah non tambak. Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif untuk mendapatkan nilai SDR (Standard Dominance Rasio). Data penyebaran spesies dihitung berdasarkan Indeks Morisita. Dari hasil pengambilan data diperoleh 36 spesies mangrove asosiasi dari 22 familia, terdiri dari 11 spesies (7 familia) di daerah tambak dan 26 spesies (19 familia) di daerah non tambak. Nilai SDR tertinggi dari 5 stasiun di daerah tambak terdapat di stasiun 1 ditemukan pada rumput Fimbristylis cymosa dengan nilai 100%, sedangkan di daerah non tambak nilai SDR tertinggi ditemukan di stasiun 3 pada semak Kirinyu Eupatorium odoratum dengan nilai 75,48 %.  Mangrove asosiasi umumnya memiliki pola penyebaran mengelompok. Dapat disimpulkan bahwa mangrove assosiasi di daerah non tambak dan tambak memiliki struktur komunitas berbeda dengan penyebaran mengelompok. Kata kunci: Struktur komunitas, mangrove asosiasi, Desa Balandatu, Tanakeke, Sulawesi Selatan
STRUKTUR KOMUNITAS ECHINODERMATA DI PADANG LAMUN PULAU TANAKEKE KABUPATEN TAKALAR SULAWESI SELATAN Febriyanti Angreni; Magdalena Litaay; Dody Priosambodo; Willeum Moka
BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR Vol. 2 No. 1 (2017)
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/bioma.v2i1.1966

Abstract

Penelitian tentang struktur komunitas Echinodermata di padang lamun perairan desa Balangdatu, Pulau Tanakeke kabupaten Takalar Sulawesi Selatan telah dilakukan pada bulan Oktober 2016 - Pebruari 2017. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas Echinodermata di padang lamun pulau Tanakeke. Pengambilan sampel dilakukan dengan  metode transek kombinasi plot dengan ukuran plot 2 x 2 meter pada tiga stasiun berbeda. Analisis data mencakup penghitungan nilai kepadatan, Indeks keanekaragaman dan Indeks penyebaran. Hasil penelitian  menunjukkan terdapat 11 spesies Echinodermata dari 7 suku. Kepadatan jenis tertinggi ditemukan pada Ophiocoma  erinaceus yaitu 7,85 ind/m2.  Indeks  keanekaragaman tergolong rendah menunjukkan kondisi lingkungan yang tertekan. Nilai Indeks penyebaran yang di seluruh stasiun lebih dari satu, menunjukkan bahwa pola penyebaran individu cenderung mengelompok.Kata kunci : struktur komunitas, echinodermata, padang lamun, tanakeke
GENERA KARANG KERAS DI PULAU BARRANG LOMPO DAN BONE BATANG BERDASARKAN METODE IDENTIFIKASI CORAL FINDER Wahyulfatwatul UAS; Magdalena Litaay; Dody Priosambodo; Willem Moka
BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR Vol. 2 No. 2 (2017)
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/bioma.v2i2.2854

Abstract

Penelitian tentang “Genera Karang Keras Di Pulau Barranglompo Dan Bonebatang Berdasarkan Metode Identifikasi Coral Finder” telah dilakukan pada bulan Januari hingga April 2016. Penelitian ini bertujuan mengetahui variasi genera karang keras yang ada di Pulau Barranglompo dan Pulau Bonebatang. Pengambilan data dilakukan dengan metode “Line Intercept Transect (LIT)”, di sisi selatan, barat dan utara masing – masing pada kedalaman 3 dan 10 m. Penentuan genera karang dilakukan berdasarkan metode identifikasi Coral Finder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kedalaman 3 m genera karang yang ditemukan di Pulau Bonebatang (31 genera) lebih banyak dibandingkan dengan Pulau Barranglompo (24 genera). Kondisi sebaliknya ditemukan pada pada kedalaman 10 m jumlah genera karang di Pulau Barranglompo (29 genera) lebih tinggi dibandingkan dengan Pulau Bonebatang (27 genera). Genera yang paling umum ditemukan pada kedalaman 3 m di Barranglompo yaitu Acropora, Fungia,dan Porites. Sedangkan di Pulau Bonebatang ditemukan pada genera Ctenactis, Fungia, Pachyseris danPorites. Pada kedalaman 10 m, genera karang yang paling dominan di Pulau Barranglompo adalah Acropora dan Fungia. Sedangkan di Pulau Bonebatang didominasi olehAcropora, Fungia, dan Seriatopora. Dampak antropogenik di Pulau Barranglompo didominasi oleh pembuangan sampah sedangkan Pulau Bonebatang dipengaruhi oleh aktifitas pengeboman ikan. Kata Kunci: Genera Karang, Coral Finder Pulau Barranglompo, Pulau Bonebatang, Spermonde.
ANALISIS KADAR NIKEL DAN BESI PADA SEDIMEN PERAIRAN PESISIR DESA FATUFIA, KECAMATAN BAHODOPI, KABUPATEN MOROWALI, SULAWESI TENGAH Dian Ahmado; Muhammad Ruslan Umar; Dody Priosambodo
BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR Vol. 9 No. 1 (2024): Bioma : Januari - Juni 2024
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian analisis kadar Nikel (Ni) dan Besi (Fe) pada sedimen perairan pesisir di Desa Fatufia, Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, dilakukan pada bulan Januari-Maret 2023, yang bertujuan untuk mengetahui kadar Nikel (Ni) dan Besi (Fe) pada sedimen perairan pesisir Desa Fatufia. Penelitian ini bersifat eksploratif-kuantitatif, dengan metode penelitian jelajah, lokasi penelitian dibagi 3 stasiun, dan di setiap stasiun dilakukan pengambilan sampel pada 3 titik, dengan memakai alat pipa pvc berdiameter 3 cm. Analisis kadar logam nikel dan besi dari sedimen menggunakan alat Inductively Coupled Plasma–Optical Emission Spectrometry (ICP-OES). Hasil penelitian diperoleh kadar nikel tertinggi pada stasiun tiga, dan kadar besi pada stasiun tiga. Kadar rata-rata logam nikel 1150,80 ± 393,948 μg/g dan logam besi 22913,49 ± 5656,204 μg/g di perairan pesisir Desa Fatufia. Kadar Nikel tersebut telah jauh di atas standar baku mutu, sedangkan kadar besi telah melewati standar baku mutu terendah yang ditetapkan oleh IADC/CEPA 1997, yaitu Nikel terendah 35 μg/g tertinggi 300 μg/g sedangkan untuk besi terendah 20000 μg/g dan tertinggi 40000 μg/g.
KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN PLANKTON PADA EKOSISTEM BERBEDA DI PERAIRAN PULAU BARRANG LOMPO KOTA MAKASSAR Madjid, Islah; Dody Priosambodo; Ambeng; Saifullah
BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR Vol. 10 No. 1 (2025): Bioma : Januari - Juni 2025
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Plankton sangat penting bagi rantai makanan laut dan keseimbangan ekosistem. Indonesia, sebuah negara kepulauan dengan keanekaragaman hayati laut yang kaya, termasuk Pulau Barrang Lompo di Sulawesi Selatan, penelitian tentang plankton sangatlah penting. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi, keanekaragaman plankton, dan faktor lingkungan yang mempengaruhi komunitas plankton di ekosistem berbeda di pulau tersebut. Pengambilan sampel di empat stasiun mengungkapkan adanya 31 jenis plankton: 22 fitoplankton dan 9 zooplankton. Fitoplankton, yang didominasi oleh Bacillariophyceae, memiliki rata-rata 1.547 individu per liter, sementara zooplankton, yang sebagian besar terdiri dari Oligotrichea, memiliki rata-rata 70 individu per liter. Keanekaragaman fitoplankton tergolong sedang, sedangkan keanekaragaman zooplankton tergolong rendah. Adapun kondisi suhu, pH, dan salinitas normal, sehingga secara keseluruhan parameter kualitas air masih berada dalam kisaran normal untuk pertumbuhan dan perkembangan plankton. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ekosistem padang lamun memiliki kelimpahan fitoplankton tertinggi sedangkan terumbu karang sebagai ekosistem dengan zooplankton paling melimpah. Indeks keanekaragaman fitoplankton menunjukkan tingkat sedang, dengan zona lamun tertinggi, sedangkan zooplankton menunjukkan keanekaragaman rendah, dengan zona karang merupakan ekosistem tertinggi dibanding ekosistem lain. Keanekaragaman zooplankton rendah disebabkan oleh jumlah spesies dan distribusi yang terbatas. Kata kunci: kelimpahan, keanekaragaman, plankton, ekosistem, Barrang Lompo
INVENTARISASI JENIS TUMBUHAN YANG BERPOTENSI MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DI KEPULAUAN SPERMODE SULAWESI SELATAN Priosambodo, Dody
BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR Vol. 10 No. 2 (2025): Bioma : Juli - Desember 2025
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The Spermonde Islands are a group of small islands off the west coast of South Sulawesi that have characteristics of rich coastal and marine ecosystems, but are vulnerable to climate change pressures and limited food resources. This study aims to identify local plant species that have the potential as alternative food sources to support community food security on these small islands. The method used was an exploratory survey with a participatory approach, involving local communities on five selected islands. The inventory results showed thatthere were 31 types of potential food plants, including tubers, local fruits, vegetables, and wild plants that could be used as sources of carbohydrates, vegetable protein, and micronutrients. Several species such as Artocarpus altilis (breadfruit), Moringa oleifera (moringa), and Pandanus tectorius (sea pandan) have high nutritional value and good ecological adaptation. This study recommends the utilization and preservation of local plants as a strategy to strengthen small island-based food security. Kata kunci : food security, local plants, small islands, spermonde islands, biodiversity