Hipotermi pada bayi baru lahir merupakan kondisi kritis dengan suhu tubuh di bawah 36,5°C yang dapat menyebabkan komplikasi serius seperti gangguan metabolisme sel, hipoglikemia, asidosis, hingga kematian. Data epidemiologi menunjukkan angka kejadian hipotermi yang tinggi, seperti di Kenya mencapai 17,5% dan di Indonesia berkisar 12,5-90%. Pengetahuan ibu nifas tentang hipotermi memegang peranan crucial dalam pencegahan dan penatalaksanaan yang tepat, namun observasi di wilayah Sei Mencirim menunjukkan adanya kasus hipotermi pada bayi baru lahir dengan suhu 35,2°C dan kurangnya pengetahuan ibu tentang faktor risiko hipotermi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran pengetahuan ibu nifas tentang hipotermi pada bayi baru lahir di Klinik Mitra Kerja Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan Wilayah Sei Mencirim Tahun 2025. Metode Penelitian ini menggunakan desain deskriptif cross-sectional dengan teknik total sampling. Sampel berjumlah 30 responden ibu nifas yang memiliki bayi berusia 0-28 hari di tiga klinik mitra yaitu Klinik Katarina, Klinik Kasih Bunda, dan Klinik Lidya Ginting. Instrumen penelitian berupa kuesioner terstruktur yang terdiri dari 19 pernyataan valid dan reliabel (r=1,0413) untuk mengukur pengetahuan dengan kategori baik (76-100%), cukup (56-75%), dan kurang (≤56%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden, mayoritas ibu nifas memiliki pengetahuan cukup tentang hipotermi pada bayi baru lahir sebanyak 12 responden (40,0%), diikuti pengetahuan baik sebanyak 10 responden (33,3%), dan pengetahuan kurang sebanyak 8 responden (26,7%). Temuan ini mengindikasikan bahwa 66,7% responden masih memiliki pengetahuan cukup hingga kurang tentang hipotermi neonatal, yang kemungkinan dipengaruhi oleh kesibukan ibu rumah tangga dalam aktivitas domestik yang membatasi akses terhadap informasi kesehatan berkualitas. Kesimpulan Pengetahuan ibu nifas tentang hipotermi pada bayi baru lahir masih perlu ditingkatkan mengingat mayoritas responden belum memiliki pemahaman optimal yang dapat berisiko terhadap kesehatan neonatal. Diperlukan upaya edukasi komprehensif dan berkelanjutan melalui program penyuluhan kesehatan, kunjungan neonatal rutin, dan pemberian informasi yang mudah dipahami untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas neonatal akibat hipotermi.