p-Index From 2020 - 2025
0.408
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Buletin Poltanesa
Dwinita Aquastini
Pengelolaan Hutan, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Analisis Vegetasi di Hutan Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara Herijanto Thamrin; Sofyan Bulkis; Emi Malaysia; Dwinita Aquastini; M. Fadjeri
Poltanesa Vol 23 No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : P2M Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.465 KB) | DOI: 10.51967/tanesa.v23i1.1075

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi hutan pada wilayah Kabupaten Nunukan khususnya pada wilayah hutan Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik. Berdasarkan tujuan tersebut, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan atau dasar dalam penentuan kebijakan pengelolaan hutan di wilayah Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara. Penelitian dilaksanakan di Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Juli sampai dengan bulan September 2021. Penelitian dilakukan secara purposive sampling dengan membuat plot penelitian sebanyak masing-masing 3 (plot). Untuk pengamatan tingkat pohon digunakan plot berukuran 10 m x 10 m, tingkat tiang digunakan plot berukuran 10 mx 10 m, untuk tingkat pancang digunakan plot berukuran 5 m x 5 m dan untuk tingkat semai digunakan plot berukuran 2 m x 2 m. Parameter vegetasi yang didapat di lapangan, diolah untuk mendapatkan Indeks Nilai Penting antara lain jenis, kerapatan (K), frekuensi (F), dan dominansi (D). kemudian untuk mengetahui keanekaragaman jenisnya digunakan Indeks Shannon-Wiener. Hasil pengolahan data dianalisis secara deskriptif. Disimpulkan bahwa hutan di pulau Nunukan dan pulau Sebatik memiliki keanekaragaman jenis yang rendah dan hanya meranti merah (Shorea leprosula) yang hadir di empat fase pertumbuhan. Rendahnya keanekaragaman jenis ini tidak terlepas dari pemanfaatan hutan sebelumnya, yaitu pembalakan hutan yang tidak terkontrol. Perlu pengawasan yang intensif terhadap hutan yang masih tersisa agar tidak ada gangguan lagi dan proses suksesi bisa berjalan dengan baik. Perlu pengayaan jenis komersial terutama pada daerah yang terbuka.
Analisis Vegetasi di Hutan Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara Herijanto Thamrin; Sofyan Bulkis; Emi Malaysia; Dwinita Aquastini; M. Fadjeri
Poltanesa Vol 23 No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : P2M Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51967/tanesa.v23i1.1075

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi hutan pada wilayah Kabupaten Nunukan khususnya pada wilayah hutan Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik. Berdasarkan tujuan tersebut, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan atau dasar dalam penentuan kebijakan pengelolaan hutan di wilayah Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara. Penelitian dilaksanakan di Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Juli sampai dengan bulan September 2021. Penelitian dilakukan secara purposive sampling dengan membuat plot penelitian sebanyak masing-masing 3 (plot). Untuk pengamatan tingkat pohon digunakan plot berukuran 10 m x 10 m, tingkat tiang digunakan plot berukuran 10 mx 10 m, untuk tingkat pancang digunakan plot berukuran 5 m x 5 m dan untuk tingkat semai digunakan plot berukuran 2 m x 2 m. Parameter vegetasi yang didapat di lapangan, diolah untuk mendapatkan Indeks Nilai Penting antara lain jenis, kerapatan (K), frekuensi (F), dan dominansi (D). kemudian untuk mengetahui keanekaragaman jenisnya digunakan Indeks Shannon-Wiener. Hasil pengolahan data dianalisis secara deskriptif. Disimpulkan bahwa hutan di pulau Nunukan dan pulau Sebatik memiliki keanekaragaman jenis yang rendah dan hanya meranti merah (Shorea leprosula) yang hadir di empat fase pertumbuhan. Rendahnya keanekaragaman jenis ini tidak terlepas dari pemanfaatan hutan sebelumnya, yaitu pembalakan hutan yang tidak terkontrol. Perlu pengawasan yang intensif terhadap hutan yang masih tersisa agar tidak ada gangguan lagi dan proses suksesi bisa berjalan dengan baik. Perlu pengayaan jenis komersial terutama pada daerah yang terbuka.