Emi Malaysia
Pengelolaan Hutan, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Analisis Vegetasi di Hutan Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara Herijanto Thamrin; Sofyan Bulkis; Emi Malaysia; Dwinita Aquastini; M. Fadjeri
Poltanesa Vol 23 No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : P2M Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.465 KB) | DOI: 10.51967/tanesa.v23i1.1075

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi hutan pada wilayah Kabupaten Nunukan khususnya pada wilayah hutan Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik. Berdasarkan tujuan tersebut, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan atau dasar dalam penentuan kebijakan pengelolaan hutan di wilayah Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara. Penelitian dilaksanakan di Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Juli sampai dengan bulan September 2021. Penelitian dilakukan secara purposive sampling dengan membuat plot penelitian sebanyak masing-masing 3 (plot). Untuk pengamatan tingkat pohon digunakan plot berukuran 10 m x 10 m, tingkat tiang digunakan plot berukuran 10 mx 10 m, untuk tingkat pancang digunakan plot berukuran 5 m x 5 m dan untuk tingkat semai digunakan plot berukuran 2 m x 2 m. Parameter vegetasi yang didapat di lapangan, diolah untuk mendapatkan Indeks Nilai Penting antara lain jenis, kerapatan (K), frekuensi (F), dan dominansi (D). kemudian untuk mengetahui keanekaragaman jenisnya digunakan Indeks Shannon-Wiener. Hasil pengolahan data dianalisis secara deskriptif. Disimpulkan bahwa hutan di pulau Nunukan dan pulau Sebatik memiliki keanekaragaman jenis yang rendah dan hanya meranti merah (Shorea leprosula) yang hadir di empat fase pertumbuhan. Rendahnya keanekaragaman jenis ini tidak terlepas dari pemanfaatan hutan sebelumnya, yaitu pembalakan hutan yang tidak terkontrol. Perlu pengawasan yang intensif terhadap hutan yang masih tersisa agar tidak ada gangguan lagi dan proses suksesi bisa berjalan dengan baik. Perlu pengayaan jenis komersial terutama pada daerah yang terbuka.
Studi Evaluasi Manajemen Penerapan Teknik Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Menggunakan Prinsip Empat Tepat (4T) di Perkebunan Sawit Long Mesangat Sri Ngapiyatun; Dinarti Payang; Robi; Humairo Aziza; wartomo; Emi Malaysia
Buletin Loupe Vol 19 No 01 (2023): Edisi Juni 2023
Publisher : Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Kampus Sei Keledang Jalan Samratulangi, Kotak Pos 192 Samarinda 75123

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51967/buletinloupe.v19i01.2418

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh pemberian pupuk dan ketersediaan unsur hara dalam tanah. Pemupukan harus dilakukan untuk mendorong pertumbuhan tanaman kelapa sawit yang sehat dan berproduksi tinggi, untuk itu diperlukan strategi pemupukan kelapa sawit yang baik dan tepat dalam pelaksanaan pemupukan sehingga diperlukan penerapan prinsip 4 Tepat (4T) yaitu tepat takaran, tepat jenis, tepat tempat, tepat waktu. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pemupukan prinsip 4 Tepat yang sesuai dengan SOP perusahaan kelapa sawit dan menentukan keberhasilan pemupukan prinsip 4 Tepat yang sesuai. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer berupa observasi kegiatan di lapangan observasi, dan wawancara serta data sekunder dari perusahaan. Untuk analisis data menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan perhitungan matematis yang meliputi nilai dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pemupukan di perkebunan sawit Long Mesangat memiliki karakteristik karyawan pemupukan pada usia rata-rata 25-30 tahun, berjenis kelamin laki-laki sebanyak 20 orang dengan persentase 59%, tingkat pendidikan SD sebanyak 14 orang dengan persentase 41%, dan masa kerja 0<.4 sebanyak 27 orang dengan persentase 79%. Penerapan prinsip 4 sudah tepat dalam kegiatan pemupukan telah memenuhi prinsip 4 T yaitu dengan persentase aplikasi tinggi yaitu 85% dan kategori sedang 15%, dengan prinsip tepat dosis 63%, tepat jenis 100%, tepat tempat 61 %, dan tepat waktu 95%.
Analisis Vegetasi di Hutan Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara Herijanto Thamrin; Sofyan Bulkis; Emi Malaysia; Dwinita Aquastini; M. Fadjeri
Poltanesa Vol 23 No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : P2M Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51967/tanesa.v23i1.1075

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi hutan pada wilayah Kabupaten Nunukan khususnya pada wilayah hutan Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik. Berdasarkan tujuan tersebut, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan atau dasar dalam penentuan kebijakan pengelolaan hutan di wilayah Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara. Penelitian dilaksanakan di Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Juli sampai dengan bulan September 2021. Penelitian dilakukan secara purposive sampling dengan membuat plot penelitian sebanyak masing-masing 3 (plot). Untuk pengamatan tingkat pohon digunakan plot berukuran 10 m x 10 m, tingkat tiang digunakan plot berukuran 10 mx 10 m, untuk tingkat pancang digunakan plot berukuran 5 m x 5 m dan untuk tingkat semai digunakan plot berukuran 2 m x 2 m. Parameter vegetasi yang didapat di lapangan, diolah untuk mendapatkan Indeks Nilai Penting antara lain jenis, kerapatan (K), frekuensi (F), dan dominansi (D). kemudian untuk mengetahui keanekaragaman jenisnya digunakan Indeks Shannon-Wiener. Hasil pengolahan data dianalisis secara deskriptif. Disimpulkan bahwa hutan di pulau Nunukan dan pulau Sebatik memiliki keanekaragaman jenis yang rendah dan hanya meranti merah (Shorea leprosula) yang hadir di empat fase pertumbuhan. Rendahnya keanekaragaman jenis ini tidak terlepas dari pemanfaatan hutan sebelumnya, yaitu pembalakan hutan yang tidak terkontrol. Perlu pengawasan yang intensif terhadap hutan yang masih tersisa agar tidak ada gangguan lagi dan proses suksesi bisa berjalan dengan baik. Perlu pengayaan jenis komersial terutama pada daerah yang terbuka.