Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Implementation of the Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) Program at the Banjarmasin Health Center Susanti Suhartati; Lisda Handayani
DINAMIKA KESEHATAN: JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN Vol 12, No 2 (2021): Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Sari Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33859/dksm.v12i2.749

Abstract

BackgroundIncreasing the coverage of routine TT immunization that is high and evenly distributed is an effort to prevent tetanus toxoid. One of the ways to increase the coverage of routine TT immunization is the implementation of the Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) program. The Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) program is implemented by all Puskesmas as the first service for Tetanus Toxoid immunization.  ObjectiveDescribe the causes of low TT coverage at the Banjarmasin City Health Center and describe the obstacles faced in the process of implementing the Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) program in Banjarmasin City MethodThis research is a quantitative descriptive study using Cross Sectional. With Acidental Sampling with a total of 150 respondents consisting of pregnant women and 25 midwives at the Banjarmasin Health Center ResultsAre still 28 people or 18.7% of pregnant women who have never been able to use TT, there are only 6 pregnant women or 4% of pregnant women with TT 4 status and there are 54 pregnant women or 36% of women. pregnant with TT 1 status. A total of 78 people or 52% have less knowledge of TT techniques. As many as 88 people or 58.6% have a negative attitude towards TT, as much as 59.4% of pregnant women stated that the role of officers is still lacking in explaining the TT technique. Service documentation is only centered on service providers, documentation is not clearly accessible or readable by service recipients. low parity need more effort in utilizing TT. Lack of information and knowledge causes there are still pregnant women with negative attitudes towards exercise. ConclusionMNTE services at the Banjarmasin Health Center require increased promotion efforts, and media documentation that can be owned by women of childbearing age to find out TT and can fulfill TT status up to TT 5. KeywordsImmunization TT, Tetanus, MNTE Latar BelakangPeningkatan cakupan imunisasi rutin TT yang tinggi dan merata adalah upaya pencegahan tetanus toxoid. Meningkatkan Cakupan imunisasi rutin TT salah satunya dengan telah penerapan program Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE). Program Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) dilaksanakan oleh semua Puskesmas sebagai pelayanan pertama imunisasi Tetanus Toksoid. TujuanMendeskripsikan penyebab rendahnya Cakupan TT di Puskesmas Kota Banjarmasin dan mendeskripsikan kendala yang di hadapi dalam proses pelaksaan program Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) di Kota BanjarmasinMetodePenelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitasif dengan menggunakan Cross Sectional. Dengan Acidental Sampling dengan total responden sebanyak 150 responden yang terdiri dari ibu hamil dan 25 bidan di puskesmas kota BanjarmasinHasilStatus imunisasi sejumlah 28 orang atau 18,7% ibu hamil belum pernah mendapatkan imunisasi TT hanya terdapat 6 orang ibu hamil atau 4% ibu hamil dengan status TT 4 dan terdapat 54 orang ibu hamil atau 36% ibu hamil dengan status TT 1.  Sebanyak 78 orang atau 52% memiliki pengetahuan kurang terhadap imunisasi TT. Sebesar 88 orang atau 58,6% memiliki sikap negative terhadap imunisasi TT, sebesar 59,4% ibu hamil menyatakan peran petugas masih kurang dalam penjelasan tentang imunisasi TT. Dokumentasi layanan imunisasi hanya berpusat pada pemberi pelayanan. Kurangnya informasi dan pengetahuan menyebabkan masih terdapat ibu hamil dengan sikap negative terhadap imunisasi.KesimpulanPelayanan MNTE di Puskesmas membutuhkan peningkatan upaya promosi, dan media dokumentasi yang dapat dimiliki oleh Wanita Usia Subur untuk mengetahui status TT dan dapat terpenuhi status TT hingga TT 5.Kata Kunci :Imunisasi TT, Tetanus, MNTE 
Komplementer Dalam Mengatasi Nyeri Persalinan: Literatur Review Lisda Handayani
DINAMIKA KESEHATAN: JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN Vol 12, No 1 (2021): Dinamika Kesehatan: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Sari Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.019 KB) | DOI: 10.33859/dksm.v12i1.721

Abstract

Latar Belakang: Nyeri hebat dan kontinyu akibat kontraksi selama persalinan  dapat menimbulkan perubahan fisiologis tubuh yang bermakna seperti  kenaikan curah jantung, kenaikan tekanan darah, kenaikan metabolisme dan  konsumsi oksigen. Ketakutan memperbesar rasa nyeri.Tujuan:Untuk mengetahui terapi komplementer apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri persalinanMetode: Penelitian literature review dengan pendekatan deskriptif. penelitian dilakukan dengan  melakukan review pada 10 jurnal yang telah ditelaah dari 788 jurnal yang didapatkan baik jurnal nasional maupun internasional.Hasil: Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa telah banyak dilakukan penelitian mengenai terapi komplementer yang dapat mengurangi nyeri persalinan, diantaranya:  Metode AIR (Akui, Ijinkan dan Rasakan), efektif untuk menurunkan nyeri persalinan kala I; Penerapan Lingkungan Persalinan, salah satunya adalah aromaterapi dimana berdasarkan penelitian terdapat pengaruh aromaterapi minyak atsiri bunga mawar terhadap penurunan intensitas nyeri persalinan kala 1 fase aktif; massage punggung digunakan untuk membantu relaksasi dan menurunkan nyeri melalui  peningkatan aliran darah Refleksi, dapat menurunkan  intensitas nyeri, lama persallinan dan tingkat kecemasan; Hypnobirthing, dengan memungkinkan konsentrasi terfokus dan relaksasi;.Akupresure dan Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), dapat digunakan untuk memanajemen  lama  dan  intensitas  nyeri  persalinan  sehingga  meningkatkan  rasa nyaman   pada   ibuSimpulan: Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa telah banyak dilakukan penelitian mengenai terapi komplementer yang dapat mengurangi nyeri persalinan, diantaranya:  Metode AIR (Akui, Ijinkan dan Rasakan), Penerapan Lingkungan Persalinan, massage punggung, Refleksi, Hypnobirthing Akupresure dan Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS). Katakunci : komplementer, nyeri persalinan, persalinan  Complementary In Overcoming Labor Pain: Literature ReviewBackground: Severe and continuous pain triggered by contractions during labor can cause significant physiological changes such as an increase in cardiac output, blood pressure, metabolism, and oxygen consumption.Objective: To find out what complementary therapies can be done to overcome labor painMethods: Literature review research with a descriptive approach. The research was conducted by reviewing 10 journals that have been reviewed from 788 journals obtained from both national and international journals.Results: Based on the research, it was found that many studies have been conducted on complementary therapies that can reduce labor pain, including the AIR (Acknowledge, Allow and Feel) method, which is effective for reducing labor pain in the first stage; the application of the delivery environment, one of which is aromatherapy where based on research, there is an effect of aromatherapy of rose essential oil on decreasing the intensity of labor pain in the active phase 1 back massage used to help relax and reduce pain through increased blood flow. Reflection can reduce pain intensity, length of labor, and anxiety levels; hypnobirthing, by allowing focused concentration and relaxation; Acupressure and Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), can be used to manage the duration and intensity of labor pain so as to increase comfort for the mother.Conclusion: Based on the research, it was found that there have been many types of research on complementary therapies that can reduce labor pain, including the AIR Method (Acknowledge, Allow and Feel), Application of the Delivery Environment, back massage, Reflexology, Hypnobirthing Acupressure and Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS).  Keywords: complementary, labor pain, labor
Determinan Pemilihan Tempat Persalinan di Puskesmas Tapin Utara Lisda Handayani; Elvine Ivana Kabuhung; Yunita Afriani
DINAMIKA KESEHATAN: JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN Vol 10, No 1 (2019): Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Sari Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (200.753 KB) | DOI: 10.33859/dksm.v10i1.406

Abstract

Latar Belakang : Salah satu indikator persalinan bersih dan aman adalah pertolongan ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan (faskes). Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan tahun 2016 menyatakan target persalinan sesuai standar adalah 100%, sedangkan data Puskesmas tapin Utara menyebutkan persalinan di faskes sebesar 56,8% dan non faskes Sebanyak 43,2%. Dari data yang didapat disimpulkan bahwa persalinan di wilayah puskesmas Tapin Utara belum mencapai target SPM bidang kesehatan. Tujuan : Menganalisis determinan pemilihan tempat persalinan oleh ibu bersalin diwilayah puskesmas Tapin Utara.Metode : Penelitian Kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel  dengan tekhnik total sampling sebanyak 62 ibu bersalin selama januari 2017. Analisis bivariat digunakan Uji chi square dan analisis multivariat regresi lostik bergandaHasil : Gambaran pemilihan tempat persalinan oleh ibu bersalin diwilayah puskesmas tapin utara adalah ibu bersalin di faskes (43,5%) dan non faskes (56,5%). Determinan pemilihan tempat persalinan adalah budaya (p=0,000), Pemeriksaan Kehamilan (p=0,001), pengetahuan(p=0,000), dan Biaya persalinan (p=0,001), sedang yang bukan merupakan determinan pemilihan tempat persalinan adalah pendapatan (p=0,154), akses ibu ke faskes (p=0,207) dan dukungan keluarga (p=0,439). Determinan paling dominan adalah biaya persalinan (p=0,008, OR=11,712).Simpulan : Determinan pemilihan tempat persalinan di wilayah puskesmas tapin utara adalah budaya, pemeriksaan kehamilan, pengetahuan dan biaya sedangkan yang bukan determinan adalah pendapatan, akses ke faskes dan dukungan keluarga. Determinan paling dominan adalah biaya persalinan.Kata kunci : Tempat Persalinan, Budaya, Pemeriksaan Kehamilan, Pengetahuan, Pendapatan, Biaya Persalinan, Akses ibu ke Faskes dan dukungan keluarga.                                                  Abstract:Background : Maternal mortality rate still high because delivery is not at health facilities. Information of north tapin central public health said there had been 470 delivery and while non health facilities about 43,2 % .For which figures obtained concludea that delivery in district tapin not reached target public health years 2016 who was targeted delivery service at health facilities appropriate standard 100 % service. Objective : analysis determinant factors relating to the selection of the place of birth in the puskesmas Tapin utara.Methods : Quantitative research by approach cross sectional . Sampling used total sampling about 62 delivered in january 2017 .The stastik used is chi square and regression lostik simple.Result : there are 43,5 % mother who has deivery  at health care  facilities, while the non health care  facilities are 56.5 %. Correlation factors of  cultural deals namely p = 0,000 value , the anc p = 0,001 value , p value knowledge = 0,000 , delivery fees p = 0,001 value , p income = 0,154 value , mother access to health care facilities p = 0,315 value , and support the family p = 0,411 value .Value the ordi highest of the results of the test stastik safinat logistic regression simple namely the cost factor of 11,712 childbirth.Conclusion : The result of 7 factor in some 4 factors that there are dealing with the selection namely the delivery: cultural factors , a pregnancy , knowledge , and the delivery fee .The cost factor a factor most dominant dealing with the selection the delivery Keywords : The delivery , culture , pregnancy, knowledge , income , the delivery fee , access health care, support by family
DURASI HUBUNGAN SEKSUAL PRA KONSEPSI DENGAN KEJADIAN PREEKLAMSI DI RUMAH SAKIT DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Lisda Handayani; Susanti Suhartati
DINAMIKA KESEHATAN: JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN Vol 11, No 1 (2020): Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Sari Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (294.942 KB) | DOI: 10.33859/dksm.v11i1.561

Abstract

Latar Belakang: Penyakit hipertensi dalam kehamilan (Preeklamsia dan Eklamsia) adalah salah satu dari tiga penyebab utama kematian ibu disamping perdarahan dan infeksi. Ada sekitar 85% preeklamsia terjadi pada kehamilan pertama. Durasi hubungan seksual yang pendek lebih sering terjadi pada wanita dengan preeklamsi dibanding dengan kehamilan tanpa komplikasiTujuan: Mengetahui apakah ada hubungan antara durasi hubungan seksual pra konsepsi dengan kejadian preeklamsi pada ibu primipara di RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin.Metode: Penelitian ini menggunakan survey analitik dengan pendekatan cross sectional. populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin primipara yang melahirkan di RSUD H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin dengan Teknik accidental sampling sebanyak 30 orang ibu. analisis data menggunakan chi square.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan angka kejadian preeklamsi pada ibu primipara adalah 23,3%, durasi hubungan seksual pra konsepsi paling banyak lebih dari 1 tahun yaitu 56,7%. berdasarkan hasil analisis chi square didapatkan tidak ada hubungan antara durasi hubungan seksual pra konsepsi dengan kejadian preeklamsi pada ibu primipara. hal ini terjadi karena dari 7 orang ibu preeklamsi, 6 diantaranya (85,7%) jarak menikah 2-17 tahun, artinya umur dan penggunaan kontrasepsi mungkin  memiliki peran terhadap kejadian tersebut.Kata Kunci: Preeklamsi, durasi hubungan seksual, primipara,  AbstractBackground: Hypertension in pregnancy (Preeclampsia and Eclampsia) is one of the three main causes of maternal death besides bleeding and infection. About 85% of preeclampsia occurs in the first pregnancy. The short duration of sexual intercourse is more common in women with preeclampsia compared to uncomplicated pregnanciesObjective: To know the relation between the duration of sexual intercourse with the incidence of preeclampsia in primiparous mothers in dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin hospital.Method: This study used an analytic survey with a cross-sectional approach. the population is all of the primiparous mothers who gave birth at H. Moch Ansari Saleh Hospital Banjarmasin with an accidental sampling technique of 30 mothers. analysis using chi-square.Results: The results showed the incidence of preeclampsia in primiparous mothers was 23.3%, the duration of pre-conception of sexual intercourse was at most more than 1 year at 56.7%. based on the results of chi-square analysis found no relationship between the duration of sexual intercourse with the incidence of preeclampsia in primiparous mothers. this happened because of 7 preeclampsia mothers, 6 of them (85.7%) were married 2-17 years apart, meaning that age and contraceptive may had a role in the incident. Keywords: Preeclampsia, duration of sexual intercourse, primiparous 
ALAT PERLINDUNGAN DIRI BIDAN SELAMA PRAKTIK MANDIRI DITENGAH PANDEMI COVID-19 Lisda Handayani; Susanti Suhartati
DINAMIKA KESEHATAN: JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN Vol 12, No 2 (2021): Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Sari Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33859/dksm.v12i2.753

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang: : COVID-19 telah menjadi tantangan bagi layanan kesehatan sistem kesehatan  dan petugas kesehatan adalah yang paling berisiko tinggi terpapar.  Setiap hari, para ibu bisa datang berkonsultasi soal kandungan atau alat KB ke rumah bidan pagi, siang, malam. Kepatuhan bidan dalam menggunakan APD selamamelakukan praktik kebidanan menjadi perisai utama agar bidan dapat terhindar dari penularan COVID-19. Tujuan peneliotian ini adalah mengetahui APD yang diguanakan bidan selama  memberiksan asuhan kebidanan.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan mendeskripsikan hasil penelitian dengan populasi Bidan yang melaksanakan praktik mandiri selama pandemic COVID-19 dengan sampel sebanyak 48 orang dengan menggunakan kuesioner.Hasil:  Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hanya ada 10 bidan (20,1%)  yang menggunakan APD secara lengkap saat melakukan asuhan saat rawat jalan seperti pemeriksaan kehamilan, nifas maupun pelayanan kontraspsi. Sedangkasn pada suhan persalinan hanya 2 bidan (4,2%) yang menggunakan APD secara lengkap. Penggunaan APD yang tidak lengkap baik pada asuhan rawat jalan maupun asuhan persalinan adalah pada penggunaan penutup kepala, faceshield dan goggles.Conclusion: APD yang digunakan bidan selama pemberian asuhan masih banyak yang belum sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh kementrian kesehatan selama Pandemi COVID-19 ini sehingga perlu disosialisaikan kembali penggunaan  APD yang tepat baik saat pemberian asuhan kehamilan, nifas, keluarga berencana maupun asuhan persalinan. Keyword: APD, Bidan, COVID-19 ABSTRACT Background: COVID-19 has became a challenge for health care systems and healthcare workers  are the most high risk of exposure. Every day patients came to consult about pregnancy or family planner in the moorning, afternoon or evening . Personal Protective Equipment  during practice midwifery care is the main  shield so that midwives can avoid the transmission of COVID-19. Methods:  This study is a descriptive  quatutative study. The population  are midwives who carries out independendent practice during the COVID-19 pandemic, a sample  of 48 midwives used quationare.Results: Based on the results of the study, it was found that there were only 10 midwives (20.1%) who used complete PPE when carrying out outpatient care such as antenatal care, postpartum and contraception services. Meanwhile, in delivery care, only 2 midwives (4.2%) used complete PPE. Incomplete use of PPE in both outpatient and delivery care is the use of head coverings, face shields and goggles. Conclusion: There are still many PPE used by midwives during the provision of care that are not in accordance with the guidelines issued by the ministry of health during the COVID-19 pandemic, so it is necessary to re-socialize the use of appropriate PPE both during pregnancy, postpartum, family planning and delivery care. Keyword: PPE, Midwife, COVID-19
Komplementer Dalam Mengatasi Nyeri Persalinan: Literatur Review Lisda Handayani
DINAMIKA KESEHATAN: JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN Vol 12, No 1 (2021): Dinamika Kesehatan: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Sari Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33859/dksm.v12i1.721

Abstract

Latar Belakang: Nyeri hebat dan kontinyu akibat kontraksi selama persalinan  dapat menimbulkan perubahan fisiologis tubuh yang bermakna seperti  kenaikan curah jantung, kenaikan tekanan darah, kenaikan metabolisme dan  konsumsi oksigen. Ketakutan memperbesar rasa nyeri.Tujuan:Untuk mengetahui terapi komplementer apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri persalinanMetode: Penelitian literature review dengan pendekatan deskriptif. penelitian dilakukan dengan  melakukan review pada 10 jurnal yang telah ditelaah dari 788 jurnal yang didapatkan baik jurnal nasional maupun internasional.Hasil: Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa telah banyak dilakukan penelitian mengenai terapi komplementer yang dapat mengurangi nyeri persalinan, diantaranya:  Metode AIR (Akui, Ijinkan dan Rasakan), efektif untuk menurunkan nyeri persalinan kala I; Penerapan Lingkungan Persalinan, salah satunya adalah aromaterapi dimana berdasarkan penelitian terdapat pengaruh aromaterapi minyak atsiri bunga mawar terhadap penurunan intensitas nyeri persalinan kala 1 fase aktif; massage punggung digunakan untuk membantu relaksasi dan menurunkan nyeri melalui  peningkatan aliran darah Refleksi, dapat menurunkan  intensitas nyeri, lama persallinan dan tingkat kecemasan; Hypnobirthing, dengan memungkinkan konsentrasi terfokus dan relaksasi;.Akupresure dan Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), dapat digunakan untuk memanajemen  lama  dan  intensitas  nyeri  persalinan  sehingga  meningkatkan  rasa nyaman   pada   ibuSimpulan: Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa telah banyak dilakukan penelitian mengenai terapi komplementer yang dapat mengurangi nyeri persalinan, diantaranya:  Metode AIR (Akui, Ijinkan dan Rasakan), Penerapan Lingkungan Persalinan, massage punggung, Refleksi, Hypnobirthing Akupresure dan Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS). Katakunci : komplementer, nyeri persalinan, persalinan  Complementary In Overcoming Labor Pain: Literature ReviewBackground: Severe and continuous pain triggered by contractions during labor can cause significant physiological changes such as an increase in cardiac output, blood pressure, metabolism, and oxygen consumption.Objective: To find out what complementary therapies can be done to overcome labor painMethods: Literature review research with a descriptive approach. The research was conducted by reviewing 10 journals that have been reviewed from 788 journals obtained from both national and international journals.Results: Based on the research, it was found that many studies have been conducted on complementary therapies that can reduce labor pain, including the AIR (Acknowledge, Allow and Feel) method, which is effective for reducing labor pain in the first stage; the application of the delivery environment, one of which is aromatherapy where based on research, there is an effect of aromatherapy of rose essential oil on decreasing the intensity of labor pain in the active phase 1 back massage used to help relax and reduce pain through increased blood flow. Reflection can reduce pain intensity, length of labor, and anxiety levels; hypnobirthing, by allowing focused concentration and relaxation; Acupressure and Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), can be used to manage the duration and intensity of labor pain so as to increase comfort for the mother.Conclusion: Based on the research, it was found that there have been many types of research on complementary therapies that can reduce labor pain, including the AIR Method (Acknowledge, Allow and Feel), Application of the Delivery Environment, back massage, Reflexology, Hypnobirthing Acupressure and Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS).  Keywords: complementary, labor pain, labor
DURASI HUBUNGAN SEKSUAL PRA KONSEPSI DENGAN KEJADIAN PREEKLAMSI DI RUMAH SAKIT DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Lisda Handayani; Susanti Suhartati
DINAMIKA KESEHATAN: JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN Vol 11, No 1 (2020): Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Sari Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33859/dksm.v11i1.561

Abstract

Latar Belakang: Penyakit hipertensi dalam kehamilan (Preeklamsia dan Eklamsia) adalah salah satu dari tiga penyebab utama kematian ibu disamping perdarahan dan infeksi. Ada sekitar 85% preeklamsia terjadi pada kehamilan pertama. Durasi hubungan seksual yang pendek lebih sering terjadi pada wanita dengan preeklamsi dibanding dengan kehamilan tanpa komplikasiTujuan: Mengetahui apakah ada hubungan antara durasi hubungan seksual pra konsepsi dengan kejadian preeklamsi pada ibu primipara di RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin.Metode: Penelitian ini menggunakan survey analitik dengan pendekatan cross sectional. populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin primipara yang melahirkan di RSUD H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin dengan Teknik accidental sampling sebanyak 30 orang ibu. analisis data menggunakan chi square.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan angka kejadian preeklamsi pada ibu primipara adalah 23,3%, durasi hubungan seksual pra konsepsi paling banyak lebih dari 1 tahun yaitu 56,7%. berdasarkan hasil analisis chi square didapatkan tidak ada hubungan antara durasi hubungan seksual pra konsepsi dengan kejadian preeklamsi pada ibu primipara. hal ini terjadi karena dari 7 orang ibu preeklamsi, 6 diantaranya (85,7%) jarak menikah 2-17 tahun, artinya umur dan penggunaan kontrasepsi mungkin  memiliki peran terhadap kejadian tersebut.Kata Kunci: Preeklamsi, durasi hubungan seksual, primipara,  AbstractBackground: Hypertension in pregnancy (Preeclampsia and Eclampsia) is one of the three main causes of maternal death besides bleeding and infection. About 85% of preeclampsia occurs in the first pregnancy. The short duration of sexual intercourse is more common in women with preeclampsia compared to uncomplicated pregnanciesObjective: To know the relation between the duration of sexual intercourse with the incidence of preeclampsia in primiparous mothers in dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin hospital.Method: This study used an analytic survey with a cross-sectional approach. the population is all of the primiparous mothers who gave birth at H. Moch Ansari Saleh Hospital Banjarmasin with an accidental sampling technique of 30 mothers. analysis using chi-square.Results: The results showed the incidence of preeclampsia in primiparous mothers was 23.3%, the duration of pre-conception of sexual intercourse was at most more than 1 year at 56.7%. based on the results of chi-square analysis found no relationship between the duration of sexual intercourse with the incidence of preeclampsia in primiparous mothers. this happened because of 7 preeclampsia mothers, 6 of them (85.7%) were married 2-17 years apart, meaning that age and contraceptive may had a role in the incident. Keywords: Preeclampsia, duration of sexual intercourse, primiparousÂ