Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Determinan Penyebab Kejadian Stunting Pada Balita: Tinjauan Literatur Malisa Ariani
DINAMIKA KESEHATAN: JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN Vol 11, No 1 (2020): Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Sari Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.879 KB) | DOI: 10.33859/dksm.v11i1.559

Abstract

Latar Belakang: Stunting adalah kondisi badan kerdil/ pendek yang diakibatkan kekurangan gizi kronik yang tidak tertangani dengan baik dan segera. Stunting termasuk salah satu dari permasalahan gizi yang terjadi di dunia atau di Indonesia. Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya stunting.Tujuan: Untuk mengulas faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya stunting pada balita seperti faktor pendidikan ibu, pengetahuan ibu, pemberian ASI ekslusif, pemberian MPASI, riwayat BBLR, riwayat penyakit infeksi, sanitasi, dan status sosial ekonomi keluarga.Metode: Tinjauan literatur dilakukan melalui pencarian artikel yang relevan dari database elektronik (Google Scholar, DOAJ, Pubmed, portal garuda) dengan menggunakan kata kunci berikut: “stunting”, “related factor”, “children”, “factor determinant”, “kejadian stunting”, “faktor terjadi stunting”, “balita stunting”. Ada 21 artikel yang didapatkan dengan batasan dari tahun 2016 – 2020 dan sudah dilakukan analisis mendalam.Hasil: Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya stunting pada balita diantaranya pendidikan ibu yang rendah dan pengetahuan ibu yang kurang pemahaman pemenuhan asupan nutrisi pada anak, tidak diberikan ASI ekslusif, pemberian MPASI yang tidak sesuai umur, riwayat BBLR, riwayat penyakit infeksi seperti penyakit ISPA dan diare berulang, sanitasi lingkungan yang buruk, dan status sosial ekonomi keluarga yang rendah dalam pemenuhan nutrisi pada anak.Kesimpulan: Pentingnya tatalaksana yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan stunting ini agar tidak menjadi salah satu permasalahan yang dapat menyebabkan gangguan pertumbungan dan perkembangan dikemudian hari.Abstract Introduction: Stunting is a short body condition caused by chronic malnutrition that is not handled properly and immediately. Stunting is one of the nutritional problems that occur in the world or Indonesia. Many factors can cause of stunting.Aim: To review the factors that can cause stunting among children aged under five years such as maternal education, maternal knowledge, exclusive breastfeeding, giving complementary food, low birth weight history, history of infectious diseases, sanitation, and socioeconomic status of the family.Method: Literature review is carried out through searching relevant articles from electronic databases (Google Scholar, DOAJ, Pubmed, Garuda portal) using the following keywords:“stunting”, “related factor”, “children”, “factor determinant”, “kejadian stunting”, “faktor terjadi stunting”, “balita stunting”. There are 21 articles obtained with limitations from 2016 - 2020 and in-depth analysis has been done.Result: Factors that can cause stunting in children ages under five yearse include low maternal education and knowledge of mothers who lack understanding of fulfilling nutritional intake in children, not given exclusive breastfeeding, giving complementary food that is not appropriate for age, LBW history, history of infectious diseases such as ISPA and recurrent diarrhea, poor environmental sanitation, and low socioeconomic status of the family in fulfilling nutrition in children.Conclusion: The importance of management problem of stunting so that it does not become one of the problems that can cause growth and development problems in the future. Keyword: risk factors, determinant factors, stunting, children under five years 
A ANALISIS STATUS TINGGI BADAN PENDEK DENGAN USIA MENARCHE: LITERATURE REVIEW Malisa Ariani; Dwiti Hikmah Sari; Anggrita Sari
Journal of Nursing Invention Vol. 1 No. 2 (2020): Journal of Nursing Invention
Publisher : LPPM Universitas Sari Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33859/jni.v1i2.46

Abstract

Background: The increased of the age of menarche in adolescent girls has accelerated and delayed menarche. One of the factors that influence the age of menarche is nutrition status, where adolescent girls with short height will affect the age of menarche. Objective: This study aims to analyze literature about short height status with menarche age. Method: This study used a literature study approach by using several sources selected based on criteria inclusion. Results: The review results found that short height status is related to the age of menarche. The average age of menarche is 12-14 years with the lowest age of 9 years and the highest is 15 years, while the average height of the body is 156.8 cm with the lowest of 139 cm and the highest of 168 cm. Conclusion: Adolescent girls with higher height anthropometrics oppose precarch menarche, otherwise adolescent girls with lower anthropometry will find it difficult to menarche tarda. Therefore, parents must pay attention to the basic needs to support that are covered by puberty and the arrival of menarche in normal age so that children will have more optimal growth opportunities and can reach maximum height.
Determinan Penyebab Kejadian Stunting Pada Balita: Tinjauan Literatur Malisa Ariani
DINAMIKA KESEHATAN: JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN Vol 11, No 1 (2020): Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Sari Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33859/dksm.v11i1.559

Abstract

Latar Belakang: Stunting adalah kondisi badan kerdil/ pendek yang diakibatkan kekurangan gizi kronik yang tidak tertangani dengan baik dan segera. Stunting termasuk salah satu dari permasalahan gizi yang terjadi di dunia atau di Indonesia. Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya stunting.Tujuan: Untuk mengulas faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya stunting pada balita seperti faktor pendidikan ibu, pengetahuan ibu, pemberian ASI ekslusif, pemberian MPASI, riwayat BBLR, riwayat penyakit infeksi, sanitasi, dan status sosial ekonomi keluarga.Metode: Tinjauan literatur dilakukan melalui pencarian artikel yang relevan dari database elektronik (Google Scholar, DOAJ, Pubmed, portal garuda) dengan menggunakan kata kunci berikut: “stunting”, “related factor”, “children”, “factor determinant”, “kejadian stunting”, “faktor terjadi stunting”, “balita stunting”. Ada 21 artikel yang didapatkan dengan batasan dari tahun 2016 – 2020 dan sudah dilakukan analisis mendalam.Hasil: Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya stunting pada balita diantaranya pendidikan ibu yang rendah dan pengetahuan ibu yang kurang pemahaman pemenuhan asupan nutrisi pada anak, tidak diberikan ASI ekslusif, pemberian MPASI yang tidak sesuai umur, riwayat BBLR, riwayat penyakit infeksi seperti penyakit ISPA dan diare berulang, sanitasi lingkungan yang buruk, dan status sosial ekonomi keluarga yang rendah dalam pemenuhan nutrisi pada anak.Kesimpulan: Pentingnya tatalaksana yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan stunting ini agar tidak menjadi salah satu permasalahan yang dapat menyebabkan gangguan pertumbungan dan perkembangan dikemudian hari.Abstract Introduction: Stunting is a short body condition caused by chronic malnutrition that is not handled properly and immediately. Stunting is one of the nutritional problems that occur in the world or Indonesia. Many factors can cause of stunting.Aim: To review the factors that can cause stunting among children aged under five years such as maternal education, maternal knowledge, exclusive breastfeeding, giving complementary food, low birth weight history, history of infectious diseases, sanitation, and socioeconomic status of the family.Method: Literature review is carried out through searching relevant articles from electronic databases (Google Scholar, DOAJ, Pubmed, Garuda portal) using the following keywords:“stunting”, “related factor”, “children”, “factor determinant”, “kejadian stunting”, “faktor terjadi stunting”, “balita stunting”. There are 21 articles obtained with limitations from 2016 - 2020 and in-depth analysis has been done.Result: Factors that can cause stunting in children ages under five yearse include low maternal education and knowledge of mothers who lack understanding of fulfilling nutritional intake in children, not given exclusive breastfeeding, giving complementary food that is not appropriate for age, LBW history, history of infectious diseases such as ISPA and recurrent diarrhea, poor environmental sanitation, and low socioeconomic status of the family in fulfilling nutrition in children.Conclusion: The importance of management problem of stunting so that it does not become one of the problems that can cause growth and development problems in the future. Keyword: risk factors, determinant factors, stunting, children under five years 
Aktivitas Fisik, Asupan Serat dan Status Ekonomi dengan Kejadian Obesitas pada Remaja di SMP Negeri 11 Kota Banjarmasin Nida Wati; Malisa Ariani; Umi Hanik Fetriyah
Malahayati Nursing Journal Vol 5, No 5 (2023): Volume 5 Nomor 5 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v5i5.8188

Abstract

ABSTRACT One of the problems of nutrition and poor nutrition in adolescents is obesity. Obesity can occur in infants, children, adolescents, adults and the elderly. Obesity can cause diseases such as cardiovascular disease, diabetes mellitus, osteoarthritis and even death. Several factors that influence the occurrence of obesity are physical activity, nutritional intake (fiber), economic factors. To determine the relationship between physical activity, fiber intake and economic status with the incidence of obesity in adolescents at SMPN 11 Banjarmasin City. Quantitative research with observational analytic cross sectional design. The sample of this study amounted to 209 adolescents. The sampling technique in this research is random sampling. Collecting data using a questionnaire, measuring height with a microtoise and weight with a digital scale. Data analysis using Chi Square test. Adolescents who are obese are 23 people (11.0%), some teenagers have inactive physical activity with obesity of 12.2%, fiber intake is not as recommended with obesity of 11.1% and high economic status with obesity of 12, 8%. The relationship between physical activity and the incidence of obesity (p = 0.422), the relationship between fiber intake and the incidence of obesity (p = 1,000), economic status and the incidence of obesity (p = 0.432). There is no relationship between physical activity, fiber intake and economic status with the incidence of obesity in adolescents at SMPN 11 Banjarmasin. Parents are expected to encourage motivation or invite children to do physical exercise by exercising 3-5 times a week. Organize meals in a day such as reducing fast food and eating foods that are high in fiber and low in calories and can calculate pocket money with children's needs at school. Keywords: Economic Status, Fiber Intake, Obesity, Physical Activity, Teenager  ABSTRAK Salah satu permasalahan gizi dan nutrisi yang kurang baik pada remaja adalah obesitas. Obesitas bisa terjadi pada bayi, anak-anak, remaja, dewasa serta lanjut usia. Obesitas dapat menyebabkan penyakit seperti kardiovaskuler, diabetes mellitus, osteoartritis hingga kematian. Beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya obesitas yaitu aktivitas fisik, asupan gizi (serat), faktor ekonomi.  Mengetahui adanya hubungan aktivitas fisik, asupan serat dan status ekonomi dengan kejadian obesitas pada remaja di SMPN 11 Kota Banjarmasin.  Penelitian kuantitatif dengan analitik observasional desain cross sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 209 remaja. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, pengukuran tinggi badan dengan microtoise dan berat badan dengan timbangan digital. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Remaja yang mengalami obesitas sebanyak 23 orang (11,0%), sebagian remaja memiliki aktivitas fisik tidak aktif dengan obesitas sebesar 12,2%, asupan serat tidak sesuai anjuran dengan obesitas sebesar 11,1% dan status ekonomi tinggi dengan obesitas sebesar 12,8%. Hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas (p = 0,422), hubungan asupan serat dengan kejadian obesitas (p = 1,000), status ekonomi dengan kejadian obesitas (p = 0,432). Tidak ada hubungan aktivitas fisik, asupan serat dan status ekonomi dengan kejadian obesitas pada remaja di SMPN 11 Banjarmasin. Orang tua diharapkan mendorong untuk menumbuhkan motivasi atau mengajak anak latihan fisik dengan berolahraga 3-5x dalam seminggu. Mengatur makanan dalam sehari seperti mengurangi makanan cepat saji dan mengonsumsi makanan yang tinggi serat rendah kalori serta dapat memperhitungkan uang saku dengan keperluan anak di sekolah. Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Asupan Serat, Obesitas, Remaja, Status Ekonomi
Kemitraan Masyarakat untuk Membudidayakan Tanaman Sayuran dan Buahan sebagai Upaya Pengendalian Stunting di Desa Lok Baintan Muhammad Helmy Abdillah; Malisa Ariani; Raybian Nur; Budi Styawan
Sasambo: Jurnal Abdimas (Journal of Community Service) Vol. 6 No. 4 (2024): November
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LITPAM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/sasambo.v6i4.2335

Abstract

Stunting memiliki dampak besar pada perkembangan anak, sehingga upaya pencegahan dan penanggulangannya dapat dilakukan dengan memperkuat ketahanan pangan keluarga melalui konsumsi makanan bergizi. Di Desa Lok Baintan, pencegahan stunting dilakukan dengan memberikan edukasi dan pelatihan kepada masyarakat untuk mendeteksi stunting dan menanganinya dengan membudidayakan tanaman sayuran dan buah di pekarangan rumah, baik dengan cara konvensional maupun non-konvensional. Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan kesadaran akan pentingnya asupan gizi dan cara mendapatkannya melalui keterampilan memanfaatkan lahan rumah untuk menanam tanaman pangan sehat, yang diharapkan dapat mengubah perilaku masyarakat dalam memenuhi kebutuhan gizi keluarga. Kegiatan pengabdian masyarakat ini diawali dengan model PRA (Participatory Rural Appraisal) untuk merancang dan memetakan kebutuhan kegiatan. Dalam pelaksanaannya, digunakan model service-learning yang melibatkan mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu untuk memberikan edukasi dan pelatihan kepada kader Posyandu, PKK, dan ibu-ibu di desa. Program ini berlangsung selama tiga bulan dengan enam sesi yang mencakup penyuluhan tentang anemia dan stunting, pelatihan pengukuran stunting, serta praktik budidaya tanaman di pekarangan rumah. Evaluasi dilakukan dengan pre-test dan post-test, serta observasi. Hasilnya menunjukkan peningkatan pemahaman lebih dari 80%, dan model service-learning efektif meningkatkan keterampilan mahasiswa. Program ini juga berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pencegahan stunting melalui ketahanan pangan lokal. Community Empowerment for Cultivated Vegetable and Fruit Plants to control stunting in Lok Baintan Stunting has a significant impact on child development, and preventive and mitigation efforts can be made through family food security by consuming nutritious food. In Lok Baintan Village, stunting prevention is carried out by educating and training community members to detect and manage stunting through the cultivation of vegetables and fruits in home gardens, using both conventional and non-conventional methods. The aim of this activity is to raise awareness about the importance of nutrition and how to obtain it by utilizing home garden land to grow healthy food crops, which is expected to influence families' nutritional behavior. This community service program begins with a Participatory Rural Appraisal (PRA) model to design and map activities based on the needs of the target community. The program is implemented using a service-learning model, involving students from various disciplines to educate and train Posyandu (community health center) cadres, PKK (women's empowerment) members, and mothers in the village. The program lasts for three months and includes six sessions: two on anemia and stunting awareness, two on stunting measurement training, one on the benefits of plants, and one on practical training for cultivating vegetables/fruits in home gardens. The success of the program is assessed using pre-test and post-test evaluations, as well as participant engagement observation. The results show a more than 80% increase in understanding, and the service-learning model was effective in improving students' cognitive skills and communication abilities. This program successfully raised community awareness in Lok Baintan Village about stunting prevention through local food-based food security, resulting in a positive impact on family food security and health independence in the village.