Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

Analisis Asuhan Keperawatan melalui Intervensi Pengggunaan Balutan Primer Cadexomer iodine pada Ny. S Dan Tn. S dengan Diagnosa Medis Luka Kaki Diabetikum di Wocare Center Bogor Rizki Hidayat; Naziyah Naziyah; Amelia Husaeynii
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 6, No 12 (2023): Volume 6 No 12 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v6i12.12479

Abstract

ABSTRAK Luka kaki diabetikum adalah salah satu komplikasi yang paling umum dari pasien yang memiliki diabetes mellitus yang tidak terkontrol dengan baik. Insiden tahunan luka kaki diabetik di seluruh dunia adalah antara 9,1 hingga 26,1 juta. Sekitar 15 sampai 25% pasien diabetes melitus akan mengalami luka kaki diabetik selama hidup mereka. Modern wound dressing dengan cadexomer iodine merupakan terapi topikal yang dapat digunakan pada luka yang infeksi dan efektif untuk mengatasi masalah biofilm pada luka kronik yang bereksudat sebagai balutan primer. Menganalisis asuhan keperawatan melalui intervensi penggunaan balutan primer Cadexomer Iodine pada Ny. S dan Tn. S dengan diagnosa medis luka kaki diabetikum di Wocare Center Bogor. Tindakan keperawatan dimulai tanggal 24 Juli 2023 s/d 28 Juli 2023 di Wocare Center Bogor. Implementasi pada diagnosa keperawatan gangguan integritas kulit yang dilakukan perawatan luka modern dressing. Penggunaan cadexomer iodine powder pada luka infeksi dengan luka kaki diabetikum sangat efektif untuk menangani eksudat slough dan biofilm yang berlebih dibuktikan dengan berkurangnya jumlah eksudat pada Tn. S. Namun berbanding terbalik dengan Ny. S, jumlah eksudat seperti slough makin bertambah dihari berikutnya dikarenakan kurangnya kontrol gula darah. Perawatan luka harus diimbangi dengan manajemen nutrisi dan pengontrolan kadar gula darah untuk mempercepat proses penyembuhan dan menurunkan faktor risiko komplikasi pada pasien Diabetes melitus tipe 2 Kata Kunci: Luka Kaki Diabetikum, Cadexomer Iodine  ABSTRACT Diabetic foot ulcers are one of the most common complications of patients with poorly controlled diabetes mellitus. The annual incidence of diabetic foot ulcers worldwide is between 9.1 and 26.1 million. Approximately 15 to 25% of diabetes mellitus patients will experience diabetic foot sores during their lifetime. Modern wound dressing with cadexomer iodine is a topical therapy that can be used on infected wounds and is effective for treating biofilm problems in wounds.chronic exudate as a primary dressing. Analyzing nursing care through intervention using Cadexomer Iodine primary dressing on Mrs. S and Mr. S with a medical diagnosis of diabetic foot wound at the Wocare Center Bogor. Implementation:Nursing actions begin on July 24 2023 to July 28 2023 at the Bogor Wocare Center. Implementation of nursing diagnosesdisruption of skin integrity by modern dressing wound care. The use of cadexomer iodine powder in infected wounds with diabetic foot wounds is very effective in dealing with slough exudate and excess biofilm as evidenced by the reduced amount of exudate in Mr. S. However, in contrast to Mrs. S, the amount of exudate such as slough increases the next day due to lack of blood sugar control. Wound care must be balanced withnutritional management and controlling blood sugar levels to accelerate the healing process and reduce the risk factors for complications in patients with type 2 diabetes mellitus Keywords: Diabetic Foot Sores, Cadexomer Iodine
Penggunaan Kombinasi Zinc Cream & Cadexomer Iondine sebagai Balutan Primer Serta Polyurithane Foam & Transparan Film sebagai balutan sekunder dalam Manajemen Diabetic Wound Abses Rizki Hidayat; Naziyah Naziyah; Masdiana Masdiana
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 6, No 12 (2023): Volume 6 No 12 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v6i12.12482

Abstract

ABSTRAK Abses merupakan massa lunak yang umumnya dikelilingi oleh area berwarna dari merah jambu hingga merah tua. Abses disebabkan oleh infeksi. Di dalamnya penuh dengan nanah, bakteri, dan kotoran. Bagian tengah abses dapat berlubang dan mengandung sel-sel mati, bakteri, dan kotoran lainnya. Area ini mulai tumbuh, menciptakan ketegangan di bawah kulit dan peradangan lebih lanjut pada jaringan di sekitarnya.Tekanan dan peradangan menyebabkan rasa sakit. Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah lebih sering mengalami abses tertentu. Mereka yang memiliki salah satu kondisi berikut ini berisiko mengalami abses yang lebih parah. Hal ini disebabkan karena tubuh mengalami penurunan kemampuan dalam menangkal infeksi. pada pasien diabetes, fluktuasi glukosa, resistensi insulin, sirkulasi yang buruk, dan kemungkinan kerusakan kekebalan tubuh dapat dengan mudah menyebabkan infeksi. Abses sering terjadi pada pasien diabetes dan berhubungan dengan angka kematian yang tinggi karna sepsis. Tujuan untuk melihat efektivitas Penggunaan Kombinasi Zinc Cream & Cadexomer Iondine pada diabetic wound abses. Case Study dengan mengaplikasi zinc cream & cadexomer iodine sebagai balutan primer dan foam sebagai balutan sekunder dengan menggunakan winner scale sebagai evaluasi penyembuhan luka. Hasil didapatkan hasil bahwa penggunaan Kombinasi Zinc Cream & Cadexomer Iondine sebagai Balutan Primer Serta Polyurithane Foam & Transparan Film sebagai balutan sekunder efektif dalam penyembuhan Diabetic Wound Abses. Kata Kunci: Diabetic Wound Abses, Wound Care  ABSTRACT An abscess is a soft mass that is generally surrounded by an area colored from pink to dark red. Abscesses are caused by infection. Inside it is full of pus, bacteria and dirt. The center of the abscess can be hollow and contain dead cells, bacteria, and other debris. This area begins to grow, creating tension under the skin and further inflammation in the surrounding tissue. Pressure and inflammation cause pain. People with weakened immune systems experience certain abscesses more often. Those with any of the following conditions are at risk of developing more severe abscesses. This is because the body's ability to ward off infection decreases. in diabetic patients, glucose fluctuations, insulin resistance, poor circulation, and possible immune damage can easily lead to infection. Abscesses often occur in diabetes patients and are associated with a high mortality rate due to sepsis. To see the effectiveness of the combination of Zinc Cream & Cadexomer Iondine in diabetic wound abscesses. Case Study by applying zinc cream & cadexomer iodine as a primary dressing and foam as a secondary dressing using the winner scale to evaluate wound healing. The results showed that the use of a combination of Zinc Cream & Cadexomer Iondine as a primary dressing and Polyurithane Foam & Transparent Film as a secondary dressing was effective in healing Diabetic Wound Abscess. Keywords: Diabetic Wound Abses, Wound Care
Efektifitas dengan Pemberian Ozone Bagging Therapy sebagai Adjuncite Tretament Terhadap Fase Proliferasi pada Proses Penyembuhan Luka Kaki Diabetikum di Wocare Meivia Annisa; Naziyah Naziyah; Rizki Hidayat
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 4, No 5 (2024): Volume 4 Nomor 5 (2024)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v4i5.14146

Abstract

ABSTRACT Diabetic foot injury is one complicatons in patients with uncontrolled DM. Ozone Bagging Therapy is an adjunctive treatment in controlling microorganism in the proliferation phase of the wound healing process, specifically at infection control stage in interventions in diabetic foot wound patients. Knowning the effectiveness of Ozone Bagging Therapy as an Adjunctive Traetment against the proliferation phase of the wound healing process in diabetic fott wound patients at Wocare. Quasi-experimental reseach design with pretets-posttest design approach, in which intial pretest measurents, intervention are given, and then postest is given. The total sample consisted of 25 respondents, and the statistical test used was the paired sample t-test. The average Winner Scale PreTest score was 33.56 ± 5.875 and post test was 21.00 ± 5.354. the results pf twh study differences in Winner Scale scores before and after Ozone Bagging Therapy was guven with a p-value of 0.000 (p<0.05). The use of Oozne Bagging Therapy, efferctive results were obtained to reduce the invasion of microorganisms in the proliferation phase in the wound healing process in diabeticum foot wound patients. With the result showing a p-value of (P<0.05) Keywords: Winner Scale, Diabetic Foot Wound, Oozne Bagging Therapy, Fase Proliferasi  ABSTRAK Luka kaki diabetic salah satu komplikasi pada pasien DM yang tidak terkontrol. Ozone Bagging Therapy merupakan Adjuncite Treatment dalam mengendalikan mikroorganisme pada fase proliferasi proses penyembuhan luka khusu pada tahapan infection control dalam intervensi pada pasien luka kaki diabetikum. Mengetahui efektifitas Oozne Bagging Therapy sebagai Adjuncitve Tratment terhadap fase proliferasi proses oenyembuhan luka pada pasien luka kaki diabetikum. Desain Penelitian quasi-eksperimen dengan pendekatan Pretest-Posttest design, di mana pengukuran awal pretest, intervensi diberikan, dan kemudian diberikan posttest. Sampel total terdiri 25 responden. Insturmen penelitian ini menggunakan lembar pengkajian Winner Scale. Uji statistik yang digunakan adalah uji paired sample t-test. Hasil penelitian rata-rata skor Winner Scale Pretest sebesar 33,56 ± 5,875 dan postest sebesar 21,00 ± 5,354. Hasil penelitian adanya perbedan skor Winner Scale sebelum dan sesudah diberikan Ozone Bagging Therapy dengan nilai p-value sebesar 0,000 (p<0,05). Setelah penggunaan Ozone Bagging Therapy, pada pasien luka kaki diabetikum terjadi penurunan skor Winner Scale pada semua pasien, dalam proses penyembuhan luka pada pasien luka kaki diabetikum, dengan hasil menunjukkan nilai p-value sebesar 0,000 (p<0,05) Kata Kunci: Winner Scale, Luka Kaki Diabetikum, Ozone Bagging Therapy, Fase Proliferasi
Efektivitas Teknik CSWD (Conservative Sharp Wound Debridement) terhadap Jaringan Mati Luka Diabetikum Rizki Hidayat; Naziyah Naziyah; Siti Nurhayati
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 4, No 4 (2024): Volume 4 Nomor 4 (2024)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v4i4.14179

Abstract

ABSTRACT A wound is a break in tissue due to injury or surgery. What must be considered in wound healing is to prepare the wound bed by debridement, one of the debridements is using the CSWD (conservative sharp wound debridement) technique. to remove dead tissue so as not to inhibit the growth of new tissue in the wound healing process. To find out how effective the use of the CSWD technique is on diabetic wound dead tissue. This research is in the form of a quasi-experimental without control with a pretest - posttest approach with a pretest then given an action or intervention, then followed by a posttest . The sampling technique is using total sampling with a total of 25 respondents. This research instrument uses a BWAT assessment sheet. Univariate and bivariate statistical tests using paired sample t-tes. The research results obtained an average pretest BWAT score of 38.44 ± 8.14 and a posttest of 24.80 ± 5.89. The results showed that there were differences in the BWAT assessment scores before and after being given the CSWD technique with a p-value of 0.000 (p<0.05). The use of the CSWD technique is effective in removing dead diabetic wound tissue in patients at the Bogor Wocare Center Clinic. Diabetic wound sufferers are expected to be able to use the CSWD technique as a tissue removal technique in diabetic wound healing. Keywords : BWAT, CSWD, Dead Tissue, Diabetic Wounds   ABSTRAK Luka adalah terputusnya jaringan yang  dikarenakan cedera atau pembedahan. Yang harus diperhatikan dalam penyembuhan luka dengan mempersiapkan dasar luka dengan melakukan debridement, salah satu debridement yaitu menggunakan teknik CSWD (conservative sharp wound debridement) untuk mengangkat jaringan mati agar tidak menghambat pertumbuhan jaringan baru dalam peroses penyembuhan luka. Mengetahui bagaimana Evektivitas penggunaan teknik teknik CSWD terhadap jaringan mati luka diabetikum. Penelitian ini berbentuk quasi eksperiment without control dengan pendekatan pretest-posttest dengan dilakukan pretest kemudian diberi tindakan atau intervensi, setelah itu dilanjutkan dengan posttest. Teknik pengambilan sample yaitu menggunakan total sampling dengan jumlah 25 responden. Istrument penelitian ini menggunakan lembar pengkajian BWAT. Uji statistik univariat dan bivariat menggunakan paired sample t-test. Hasil Penelitian diperoleh rata-rata skor BWAT pretest sebesar 38,44 ± 8,14 dan posttest sebesar 24,80 ± 5,89. Hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan skor pengkajian BWAT sebelum dan sesudah diberikan teknik CSWD dengan nilai p-value sebesar 0,000 (p<0,05). Penggunaan Teknik CSWD efektif terhadap pengangkatan jaringan mati luka diabetikum pada pasien di Klinik Woare Center Bogor. Penderita luka diabetikum diharapkan dapat mengunakan teknik CSWD sebagain salah satu teknik pengangkatan jaringan pada penyembuhan luka diabetikum Kata Kunci : BWAT, CSWD, Jaringan Mati, Luka Diabetikum
Efektivitas Penggunaan Silver Dressing terhadap Penyembuhan Luka Diabetikum Rizki Hidayat; Retno Widowati; Putri Aliyah Tamima Halim
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 4, No 4 (2024): Volume 4 Nomor 4 (2024)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v4i4.14180

Abstract

ABSTRACT Diabetic wounds are open wounds on the skin surface due to major complications of diabetes mellitus. Nurses have an important role in treating diabetic wounds by controlling wounds, cleaning wounds, keeping moisture with dressing, and removing dead tissue. One of the bandages in circulation is silver dressing. To know the effectiveness of use silver dressing on diabetic wound healing. Shaped research designquasi eksperiment without control with the pretest posttest approach, namely by carrying out the pretest then being given an action with a dressing silver dressing, after that it is continued with the posttest. With a total of 25 respondents. The research instrument used a study sheet Bates-Jensen Wound Assessment Tool (BWAT). The statistical test used is testpaired sampel t-tes.  The research results obtained an average pretest BWAT score of 38.44 ± 8.14 and a posttest of 24.80 ± 5.89. The results of the study showed that there were differences in the pretest posttest BWAT assessment scores with scoresp-value of 0.000 (p<0.05). After use silver dressing in diabetic wound patients there was a decrease in the BWAT score in all patients. So that can be said silver  dressing effective as a dressing for diabetic wound healing Diabetic wound sufferers are expected to use silver dressing as one of the efforts in the healing process of diabetic wounds. Keywords: Diabetic ulcer, Silver Dressing  ABSTRAK Luka diabetikum adalah luka terbuka pada permukaan kulit akibat komplikasi mayor dari diabetes melitus. Perawat mempunyai peran penting dalam melakukan perawatan luka diabetikum dengan cara mengkontrol luka, membersihkan luka, menjaga kelembaban dengan balutan, serta mengangkat jaringan mati. Salah satu balutan yang beredar adalah silver dressing. Mengetahui bagaimana efektivitas dari penggunaan silver dressing terhadap penyembuhan luka diabetikum. Desain penelitian berbentuk quasy eksperiment without control dengan pendekatan pretest posttest yaitu dengan dilakukan pretest kemudian diberikan tindakan dengan balutan silver dressing, setelah itu dilanjut dengan posttest. Dengan jumlah 25 responden. Instrumen penelitian ini menggunakan lembar pengkajian Bates-Jensen Wound Assessment Tool (BWAT). Uji statistik yang digunakan yaitu uji paired sampel t-tes. Hasil penelitian diperoleh rata-rata skor BWAT pretest sebesar 38,44 ± 8,14 dan posttest sebesar 24,80 ± 5,89. Hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan skor pengkajian BWAT pretest postest dengan nilai p-value sebesar 0,000 (p<0,05). Setelah penggunaan silver dressing pada pasien luka diabetikum terjadi penurunan skor BWAT pada semua pasien. Sehingga dapat dikatakan silver dressing efektif sebagai balutan penyembuhan luka diabetikum. Penderita luka diabetikum diharapkan dapat menggunakan silver dressing sebagai salah satu upaya dalam proses penyembuhan luka diabetikum. Kata Kunci: Luka Diabetikum, Silver Dressing
Penyuluhan Pencegahan Komplikasi Diabetes Militus Type II pada Penyandang Diabetes di Puskesmas Cakung Jakarta Timur Rizki Hidayat; Naziyah Naziyah; Adinda Sahira
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 7, No 10 (2024): Volume 7 No 10 (2024)
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v7i10.15340

Abstract

ABSTRAK Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting, menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia. Kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi kronik Diabetes Melitus yang paling ditakuti oleh para penderita Diabetes Melitus karena dapat mengakibatkan terjadinya cacat dan kematian. Banyak faktor yang berperan terhadap lama proses penyembuhan luka di antaranya usia, lama menderita diabetes, kontrol GDS, stadium luka, pemilihan balutan dan lama penyembuhan. Diperkirakan terdapat 463 juta orang dengan usia 20-79 tahun di dunia menderita diabetes atau setara dengan 9,3% dari seluruh penduduk di usia yang sama pada tahun 2019. Berdasarkan usia, pada orang dengan usia 65-79 diperkirakan terdapat 19,9% pada tahun 2019 dan diprediksi meningkat menjadi 20,4% pada tahun 2030 dan 20,5% pada tahun 2045 (International Diabetes Federation, 2019). Prevalensi diabetes di DKI Jakarta berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018 meningkat dari 2,5% pada tahun 2013 menjadi 3,4% di tahun 2018. Berdasarkan Surveilans Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2017. Prevalensi penderita DM di wilayah DKI sebanyak, 131.279 penderita. Dengan Jumlah terbanyak berada di wilayah Jakarta Selatan sebanyak 35.027 penderita dan Jakarta Timur sebanyak 32.400 penderita (Dinas Kesehatan DKI Jakarta, 2017). Komplikasi dari DM type II dapat mempengaruhi pembuluh darah, saraf, mata,  ginjal dan sistem kardiovaskular. Komplikasi termasuk serangan jantung dan stroke, infeksi kaki yang berat (menyebabkan gangren, dapat mengakibatkan amputasi), gagal ginjal stadium akhir dan disfungsi seksual. Kata Kunci: Komplikasi, Diabetes Type II  ABSTRACT Diabetes is an important public health problem, being one of four priority non-communicable diseases targeted for follow-up by world leaders. Diabetic foot is one of the chronic complications of Diabetes Mellitus that is most feared by Diabetes Mellitus sufferers because it can result in disability and death. Many factors play a role in the length of the wound healing process, including age, duration of diabetes, GDS control, wound stage, choice of dressing, and healing time. It is estimated that 463 million people aged 20-79 years in the world suffer from diabetes or the equivalent of 9.3% of the entire population of the same age in 2019. Based on age, it is estimated that there are 19.9% of people aged 65-79. in 2019 and is predicted to increase to 20.4% in 2030 and 20.5% in 2045 (International Diabetes Federation, 2019). The prevalence of diabetes in DKI Jakarta based on the results of basic health research (Riskesdas) 2018 increased from 2.5% in 2013 to 3.4% in 2018. Based on the 2017 DKI Jakarta Health Service Surveillance, the prevalence of DM sufferers in the DKI area was 131,279 sufferer. The largest number is in the South Jakarta area with 35,027 sufferers and in East Jakarta with 32,400 sufferers (DKI Jakarta Health Service, 2017). Complications from type II DM can affect the blood vessels, nerves, eyes, kidneys, and cardiovascular system. Complications include heart attacks and strokes, severe foot infections (causing gangrene, which may result in amputation), end-stage renal failure, and sexual dysfunction. Keywords: Complication, Diabetes Type II
Penyuluhan Perawatan Luka Kanker Pada Tenaga Kesehatan di Jakarta Selatan Rizki Hidayat; Naziyah Naziyah; Riska Riyana Annisa
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 7, No 6 (2024): Volume 7 No 6 2024
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v7i6.14401

Abstract

ABSTRAK Kanker merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh secara terus menerus, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berfungsi secara fisiologis. Kanker terjadi karena adanya sel yang bersifat mutagenik, pada sel somatik dan sel germinal. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor, baik faktor keturunan maupun faktor lingkungan. Sel mutagenik bersifat infiltratif (menginfiltrasi jaringan sekitarnya), serta destruktif (merusak jaringan sekitar), menyebabkan sel tersebut membelah secara tidak terkendali dan menyerang sel lainnya dan menyebabkan perubahan metabolisme yang pada akhirnya akan mengganggu fungsi-fungsi fisiologis tubuh. Jumlah penderita kanker payudara di Amerika Serikat dan beberapa negara maju lainnya menduduki peringkat pertama Data terbaru dari American Cancer Society telah menghitung bahwa di tahun 2013, terdapat 64.640 kasus kanker payudara. Sekitar 39.620 wanita meninggal dunia setiap tahunnya karena kanker payudara. Data Pathology Based Cancer Registry bekerja sama dengan Yayasan Kanker Indonesia, menunjukkan kanker payudara di Indonesia menduduki peringkat kedua dari semua jenis kanker yang sering diderita. Perawatan luka kanker sangat dibutuhkan perawatan luka kanker payudara mampu mengurangi jumlah dan jenis bakteri, menurunkan skor persepsi respon fisik, skor persepsi malodor oleh perawat, skor persepsi malodor oleh keluarga Kata kunci: Luka Kanker, Perawatan Luka  ABSTRACT Cancer is a collection of abnormal cells formed by cells that grow continuously, are not coordinated with the surrounding tissue, and do not function physiologically. Cancer occurs due to the presence of mutagenic cells, in somatic cells and germ cells. This occurs due to several factors, both hereditary and environmental factors. Mutagenic cells are infiltrative (infiltrate the surrounding tissue), as well as destructive (damage the surrounding tissue), causing the cells to divide uncontrollably and attack other cells and cause metabolic changes which will ultimately disrupt the body's physiological functions. The number of breast cancer sufferers in the United States and several other developed countries is ranked first. The latest data from the American Cancer Society has calculated that in 2013, there were 64,640 cases of breast cancer. Around 39,620 women die every year from breast cancer. Pathology Based Cancer Registry data in collaboration with the Indonesian Cancer Foundation, shows that breast cancer in Indonesia is ranked second among all types of cancer that are frequently suffered. Cancer wound care is really needed. Breast cancer wound care can reduce the number and type of bacteria, reduce the physical response perception score, malodor perception score by nurses, malodor perception score by the family. Keywords: Cancer Wound, Wound Care
Manajemen Luka Epibole Pada Pasien dengan Komplikasi Luka Kaki Diabetik Rizki Hidayat; Masdiana Masdiana
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 7, No 6 (2024): Volume 7 No 6 2024
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v7i6.14399

Abstract

ABSTRACT The prevalence of treating chronic wounds with epibole is problematic, especially when the problem is not promptly identified or the patient is intolerant of modern dressing treatments, it is thought that the incidence of ulceration is increasing as a result of an aging population and increasing risk factors for atherosclerosis such as smoking, obesity, and diabetes. For a lifetime, almost 10% of the population will experience chronic wounds, with a wound-related death rate of 2.5%. In chronic wounds, problems with the epithelial edge healing process are disturbed so that the wound healing process takes longer, this is caused by a known clinical condition as epibole. Epiboles tend to be more different in color than the surrounding tissue, have an enlarged, rounded appearance, may feel hard, and are stiff. Goal to prevent and treat epibole injuries. Research Method Case Study. The prevalence of treating chronic wounds with epibole is a problem if the problem is not identified promptly or does not provide appropriate wound care, it is thought that the incidence of ulceration is increasing as a result of the aging population and increasing risk factors for atherosclerosis such as smoking, obesity, and diabetes. In dealing with epibole, several precautions and treatments can be carried out, including treating wounds with dressings and appropriate measures. Keywords: Epibole Wounds, Wound Care  ABSTRAK Prevalensi perawatan luka kronis dengan epibole menjadi  masalah, terutama bila masalahnya tidak segera diidentifikasi atau pasien tidak toleran terhadap perawatan modern dressing, diperkirakan bahwa kejadian ulserasi meningkat sebagai akibat dari populasi yang menua dan faktor risiko yang meningkat untuk aterosklerotik seperti merokok, obesitas, dan diabetes. Dalam perjalanan seumur hidup, hampir 10% populasi akan mengalami luka kronis, dengan tingkat kematian terkait luka sebesar 2,5% Pada luka kronis, masalah dengan proses penyembuhan tepi epitel  terganggu sehingga proses peyembuhan luka semakin lama, hal ini disebabkan oleh kondisi klinis yang dikenal sebagai epibole. Epibole cenderung warnanya lebih berbeda dari pada jaringan di sekitarnya, memiliki penampilan yang membesar, membulat, mungkin terasa keras, dan kaku.  Tujuan untuk mencegah dan menangani kejadian luka epibole. Metode Penelitian Case Study.  Kesimpulan Prevalensi perawatan luka kronis dengan epibole menjadi  masalah bila masalahnya tidak segera diidentifikasi atau tidak memberikan perawatan luka yang tepat, diperkirakan bahwa kejadian ulserasi meningkat sebagai akibat dari populasi yang menua dan faktor risiko yang meningkat untuk aterosklerotik seperti merokok, obesitas, dan diabetes. Dalam mengatasi epibole maka dapat dilakukan  beberapa pencegahan beserta penanganan, diantara nya dalam melakukan perawatan luka dengan dressing dan tindakan yang tepat. Kata Kunci: Luka Epibole, Wound Care
Manajemen Luka kaki diabetik dengan Conservative Sharp Wound Debridement (CSWD) Rizki Hidayat; Naziyah Naziyah; Masdiana Masdiana
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 7, No 6 (2024): Volume 7 No 6 2024
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v7i6.14402

Abstract

ABSTRAK Prevalensi terjadinya luka pada kaki diabetik menjadi perhatian, terutama jika permasalahan tersebut tidak segera diketahui atau jika luka tidak dirawat sesuai dengan prinsip kelembaban. Dalam sepuluh tahun, sepertiga dari 500 juta penderita diabetes di seluruh dunia diperkirakan berisiko mengalami luka kaki diabetik. Penyebab utama kesakitan dan kematian pada penderita diabetes adalah kaki diabetik dan amputasi, yang merupakan akibat umum dari neuropati diabetik dan penyakit arteri perifer. Teknik perawatan luka merupakan salah satu upaya yang dilakukan terhadap pasien diabetes yang mengalami luka pada kaki. Tugas sehari-hari perawat di bangsal, khususnya di bidang perawatan medis-bedah, melibatkan perawatan luka. Merupakan tugas perawat untuk membimbing pasien menuju kesehatan yang optimal dan kemandirian selama proses pemulihan mereka dengan menggunakan uang, waktu, dan tenaga sesedikit mungkin. Oleh karena itu, perawat dalam situasi ini harus memberikan perawatan luka yang memadai sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan untuk mempercepat proses penyembuhan luka. Metode Penelitian Case Study.  Dengan melakukan CSWD memaksimalkan eliminasi jaringan nekrotik pada luka, sehingga hal ini dapat membantu untuk mempercepat proses penyembuhan luka kaki diabetik. Kata kunci: Luka kaki diabetik, CSWD  ABSTRACT The frequency of diabetic foot ulcer is a concern, particularly if the issue is not recognized right away or if the wounds are not being treated according to the principles of moisture. Within ten years, one-third of the 500 million people with diabetes globally are predicted to be at risk of having diabetic foot sores. Major causes of morbidity and death in individuals with diabetes are diabetic foot and amputation, which are common outcomes of diabetic neuropathy and peripheral artery disease. Wound care techniques are one of the efforts undertaken for diabetic patients who have foot wounds. Nurses' everyday tasks on the ward, particularly in the medical-surgical treatment area, involve wound care. It is the duty of nurses to guide patients towards optimal health and self-sufficiency during their recovery process while using the least amount of money, time, and effort. Because of this, nurses in this situation must provide adequate wound care in line with scientific and technological advances. The goal is to accelerate the healing of wounds. Case study methodology is used in research. Conclusion, CSWD can have the healing of diabetic foot wounds by optimizing the removal of necrotic tissue from wounds. Keywords: Diabetic Foot Ulcer, CSWD