Totok K Waluyo
Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan, Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor 16610

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PERBANDINGAN SIFAT FISIKO-KIMIA 5 JENIS JERNANG Waluyo, Totok K
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 31, No 2 (2013):
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3151.974 KB)

Abstract

Jernang adalah resin hasil sekresi buah rotan jernang. Jernang yang berasal dari Indonesia di pasaran Internasional dikenal dari jenis Daemonorops draco Blume. Hasil eksplorasi jenis ditemukan 5 jenis rotan jernang yang menghasilkan resin jernang di kabupaten Sarolangun, Jambi. Ke 5 jenis tersebut jernang burung (Daemonorops didymophylla Becc.); jernang umbut (Daemonorops melanochaetes Blume.); jernang rambai (Daemonorops draco Blume.); jernang kalamuai (Daemonorops longipes Mart.) dan jernang kepala puyuh (Daemonorops sp.). Pengujian sifat fisiko-kimia jernang berdasarkan SNI 1671:2010 dan analisis komponen kimia menggunakan GSMS. Rendemen resin terendah adalah jernang burung (1,20%), sedangkan jenis lainnya cukup tinggi yaitu berkisar 11-12%. Kadar air ke 5 jenis jernang berkisar 3-5%, kadar kotoran 4-6%, kadar abu 0-2% dan titik leleh 85-105°C. Drakorhodin sebagai penanda/penciri jernang terdapat pada ke 5 jenis jernang tersebut. Eksplorasi rotan jernang perlu dilanjutkan untuk mendapatkan jenis rotan potensial menghasilkan jernang.
ANALISIS KOMPONEN KIMIA BEBERAPA KUALITAS GAHARU DENGAN KROMATOGRAFI GAS SPEKTROMETRI MASSA Pasaribu, Gunawan; Waluyo, Totok K; Pari, Gustan
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 31, No 3 (2013):
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini menyajikan kadar resin dan komposisi senyawa kimia dari beberapa kualitas gaharu menggunakan kromatografi gas spektrometri massa.  Kualitas gaharu yang diuji adalah kemedangan C, teri C, kacangan C dan super AB. Hasil penelitian menunjukkan rendemen ekstrak gaharu pada berbagai pelarut berturut-turut paling tinggi adalah kualitas super AB, kacangan C, teri C, dan kemedangan C. Komponen kimia gaharu mengandung senyawa furan dan kelompok ester lainnya yang menimbulkan aroma wangi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengkelasan kualitas gaharu secara tradisional tidak objektif.
AKTIFITAS ANTIOKSIDAN DAN ANTIKOAGULASI RESIN JERNANG Waluyo, Totok K; Pasaribu, Gunawan
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 31, No 4 (2013):
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2536.931 KB)

Abstract

 Jernang adalah resin berwarna merah  hasil sekresi buah tanaman rotan. Di pasar Internasional Jernang asal Indonesia umumnya dikenal dari jenis Daemonorops spp.  Jernang telah banyak dimanfaatkan masyarakat dalam pengobatan tradisional.  Untuk itu perlu dilakukan pengujian fitokimia, uji aktifitas antioxidant dan antikoagulasi resin jernang yang berasal dari 3 jenis tanaman rotan yaitu Daemonorops longipes Mart, Daemonorops draco BL. dan Daemonorops melanochaetes BL. Penapisan fitokimia ditujukan untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa yang terkandung dalam resin, uji aktifitas antioksidan menggunakan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikril-hidrazil) dan uji aktifitas antikoagulasi secara in-vitro menggunakan darah kelinci. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ketiga jenis jernang yang diekstrak menggunakaan pelarut polar (metanol) dan semi-polar (etil asetat) mengandung golongan senyawa yang dikenal peruntukkannya sebagai obat-obatan yaitu flavonoid, triterpenoid dan tanin serta berpotensi sebagai antioksidan. Potensi tertinggi sebagai antioksidan adalah jernang kalamuai (Daemonorops longipes Mart) yang diindikasikan dengan nilai IC50 terendah (71,89±3,89 mgL-1).  Ekstrak etil asetat jernang berpotensi sebagai prokoagulasi darah, terutama ekstrak etil asetat jernang kalamuai (Daemonorops longipes Mart.) dengan waktu pembekuan tercepat.
PENGARUH METODE DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKSI GETAH JELUTUNG HUTAN TANAMAN INDUSTRI Waluyo, Totok K; Wahyudi, Imam; Santosa, G
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 30, No 4 (2012):
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3862.949 KB)

Abstract

Getah jelutung adalah getah hasil eksudat/sadapan dari jenis Dyera. Kegunaan getah jelutung sebagai bahan baku permen karet, campuran pembuatan ban mobil, bahan baku pembuatan cat, perekat dan vernis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui metode dan arah sadap untuk menghasilkan getah jelutung optimal di hutan tanaman industri (HTI). Metode sadap yang digunakan adalah sayatan ½ spiral dari kiri atas ke kanan bawah (1/2 S Kr Kn), sayatan berbentuk “V” dan sayatan ½ spiral dari kanan atas ke kiri bawah (1/2 S Kn Kr). Hasil penelitian menunjukkan bahwa HTI jelutung diperusahaan swasta adalah jenis jelutung rawa (Dyera polyphylla Miq. Steenis atau Dyera lowii Hook. f.) Metode sadap yang menghasilkan getah optimum dan mudah diterapkan adalah metode sayatan ½ spiral dari kiri atas ke kanan bawah (1/2 S Kr-KN) yaitu 187,50 gram/pohon/sadap. Getah jelutung mengandung kadar air 46,20%, kadar abu 0,04%, kadar kotoran 0,24%, kadar nitrogen 0,07% dan kadar resin (ekstrak aseton) 52,71%.
IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA EMPAT KELAS MUTU GAHARU (KACANGAN A, TERI B, KAMEDANGAN A DAN KAMEDANGAN B) Waluyo, Totok K; Anwar, F
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 30, No 4 (2012):
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2910.892 KB)

Abstract

Gaharu merupakan salah satu komoditi hasil hutan bukan kayu (HHBK) di Indonesia. Bentuk gaharu beragam mulai dari bongkahan, serpih, serbuk dan minyak gaharu. Gaharu berbentuk incense yang akan mengeluarkan aroma harum jika dibakar. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi komponen kimia empat (4) mutu gaharu yang ada di pasar Indonesia (kacangan B, teri B, kamedangan A dan kamedangan B). Identifikasi dilakukan dengan mengekstrak gaharu menggunakan aseton, selanjutnya ekstrak aseton gaharu difraksinasi dengan kolom kromatografi bergradien dengan eluen heksana-etil asetat. Identifikasi senyawa menggunakan kromatografi gas-spektro-fotometer massa. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa senyawa seskuiterpena terdapat pada ke empat mutu gaharu (kacangan B, teri B, kamedangan A dan kamedangan B) tetapi berbeda jenis senyawanya antar satu mutu terhadap lainnya. Senyawa-senyawa khromon hanya terdapat pada 2 mutu gaharu yaitu kacangan B dengan 2 senyawa (6-hidroksi-2-metil-5-nitrokhromon dan 3-metoksimetil-2,5,5,8a-tetrametil-6,7,8,8a- tetrahidro-5H-khromena) dan kamedangan A dengan 1 senyawa (2,2-dimetil-6,7-dimetoksikhromanon). Adanya senyawa seskuiterpen dan khromon dengan porsi dan karakteristik tertentu pada masing- masing ke empat mutu gaharu berindikasi dapat menjelaskan pembagian mutu tersebut mulai dari terbaik hingga terendah.
KARAKTERISASI DAN PEMANFAATAN ASAP CAIR DARI TEMPURUNG BUAH BINTARO (Carbera manghas Linn.) SEBAGAI KOAGULAN GETAH KARET Hendra, Djeni; Waluyo, Totok K; Waluyo, Totok K; Sokanandi, Arya
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 32, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (181.106 KB)

Abstract

Asap cair adalah larutan hasil kondensasi dari pembakaran bahan baku yang mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin sehingga banyak mengandung senyawa yang bersifat sebagai antimikroba, antibakteri, dan antioksidan seperti senyawa asam organik dan turunannya. Tempurung buah bintaro merupakan limbah dari pengolahan minyak bintaro yang tidak dimanfaatkan. Penggumpalan getah karet umumnya menggunakan asam formiat atau asam cuka yang mahal dan kurang ramah lingkungan. Tempurung buah bintaro yang tidak dimanfaatkan dan mempunyai kandungan selulosa, hemiselulosa, dan lignin dibuat menjadi asap cair yang bersifat asam dan mampu menurunkan pH getah karet sehingga akan lebih cepat menggumpal. Tujuan dari penelitian ini adalah memanfaatkan asap cair dari tempurung buah bintaro sebagai alternatif bahan koagulan getah karet. Pembuatan asap cair dilakukan dengan menggunakan kiln drum yang dimodifikasi dengan suhu 400 C selama 7 jam. Asap cair yang terbentuk dimurnikan dengan distilasi dengan suhu 200 C. Kemudian dianalisis kualitasnya asap cair yaitu kadar air, viskositas, berat jenis, pH, asiditas dan fenol. Aplikasi asap cair sebagai koagulan getah karet dilakukan dengan variasi konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20%, asap cair dari tempurung kelapa digunakan sebagai pembanding (5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas lateks beku terbaik dihasilkan pada penggunaan konsentrasi tempurung bintaro 20%, dan waktu paling cepat pada konsentrasi asap cair tempurung kelapa 5%. Asap cair tempurung bintaro dapat digunakan sebagai koagulan getah karet akan tetapi tidak secepat asap cair tempurung kelapa dalam proses penggumpalannya.
KARAKTERISASI DAN PEMANFAATAN ASAP CAIR DARI TEMPURUNG BUAH BINTARO (Carbera manghas Linn.) SEBAGAI KOAGULAN GETAH KARET Hendra, Djeni; Waluyo, Totok K; Waluyo, Totok K; Sokanandi, Arya
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 32, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (181.106 KB)

Abstract

Asap cair adalah larutan hasil kondensasi dari pembakaran bahan baku yang mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin sehingga banyak mengandung senyawa yang bersifat sebagai antimikroba, antibakteri, dan antioksidan seperti senyawa asam organik dan turunannya. Tempurung buah bintaro merupakan limbah dari pengolahan minyak bintaro yang tidak dimanfaatkan. Penggumpalan getah karet umumnya menggunakan asam formiat atau asam cuka yang mahal dan kurang ramah lingkungan. Tempurung buah bintaro yang tidak dimanfaatkan dan mempunyai kandungan selulosa, hemiselulosa, dan lignin dibuat menjadi asap cair yang bersifat asam dan mampu menurunkan pH getah karet sehingga akan lebih cepat menggumpal. Tujuan dari penelitian ini adalah memanfaatkan asap cair dari tempurung buah bintaro sebagai alternatif bahan koagulan getah karet. Pembuatan asap cair dilakukan dengan menggunakan kiln drum yang dimodifikasi dengan suhu 400 C selama 7 jam. Asap cair yang terbentuk dimurnikan dengan distilasi dengan suhu 200 C. Kemudian dianalisis kualitasnya asap cair yaitu kadar air, viskositas, berat jenis, pH, asiditas dan fenol. Aplikasi asap cair sebagai koagulan getah karet dilakukan dengan variasi konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20%, asap cair dari tempurung kelapa digunakan sebagai pembanding (5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas lateks beku terbaik dihasilkan pada penggunaan konsentrasi tempurung bintaro 20%, dan waktu paling cepat pada konsentrasi asap cair tempurung kelapa 5%. Asap cair tempurung bintaro dapat digunakan sebagai koagulan getah karet akan tetapi tidak secepat asap cair tempurung kelapa dalam proses penggumpalannya.
APLIKASI ARANG KOMPOS BIOAKTIF PADA BUDIDAYA NILAM (Pogostemon cablin Benth) TERHADAP KUALITAS PRODUK MINYAK NILAM Winarni, Ina; Waluyo, Totok K
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 28, No 4 (2010): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2067.184 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2010.28.4.406-414

Abstract

Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting karena memiliki potensi strategis di pasar dunia dimana minyak tersebut berfaedah sebagai bahan pengikat aroma wangi pada parfum, kosmetika dan bahan aromaterapi. Terkait dengan uraian tersebut tulisan ini menyajikan tentang pengaruh pemberian arang kompos bioaktif (arkoba) terhadap kualitas minyak atsiri hasil penyulingan daun nilam antara lain rendemen dan kadar patchouli alkohol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan arkoba pada budidaya nilam memberikan pengaruh sangat baik terhadap rendemen minyak nilam, mencapai 3-4,5 %, dengan rata-rata 4 %, sedangkan rendemen minyak nilam yang ditanam tanpa menggunakan arkoba hanya berkisar 2-2,3% (rata-rata 2%). Lebih lanjut kadar patchouli alkohol minyak nilam dengan penggunaan arkoba yaitu 40,01 %, sedangkan yang tanpa diberi arkoba hanya 32,26 %.