Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

EFFECT OF ACTIVATED CHARCOAL ADDITION ON FORMALDEHYDE EMISSION OF MEDIUM DENSITY FIBERBOARD Darmawan, Saptadi; Sofyan, Kurnia; Pari, Gustan; Sugiyanto, Krisdianto
Indonesian Journal of Forestry Research Vol 7, No 2 (2010): Journal of Forestry Research
Publisher : Secretariat of Forestry Research and Development Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The manufacturing of medium density fiberboard (MDF) using dry forming process for interior purpose requires extensive amount of thermo-setting urea formaldehyde (UF) adhesive. Unfortunately, this adhesive brings about formaldehyde emission from the resulting MDF, which was potentially harmful to human beings. The use of activated charcoal can be effective to reduce such emission. As the relevance, this research aimed to investigate the effect of activated charcoal addition to the MDF pulp on formaldehyde emission from the MDF. The fibers for the MDF-mat forming were the pulp procured from the MDF factory, resulting from the thermo-mechanical pulping (TMP) conducted on the mixed mangium wood (Acacia mangium) and rubber wood (Hevea brasiliensis) in 3:1 (w/w) proportion, respectively.  Such mixed TMP pulping was also done in the factor y.  The bonding between TMP pulp fiber during mat forming was assisted by the use of UF adhesive.  Prior to the MDF mat forming , was added to the resulting TMP pulp-fibers activated charcoal in  various amount, 2%, 4% and 6% based on fiber mass as well as based on UF adhesive mass. The activated charcoal was prepared by carbonizing candle nut shell into charcoal followed by activation process using phosphate solution.  Meanwhile the forming of MDF mat employed air-dr y process. As the control, MDF forming with UF adhesive was performed without addition of activated charcoal. It turned out that the activated charcoal-added MDF exhibited effective reduction in formaldehyde emission and significant improvement in physical and mechanical properties, i.e. lower thickness swelling , and greater MOR , MOE and internal bond, compared to the control MDF. The use of activated charcoal at 4% based on the adhesive mass seemed to be the optimum amount.  Physical and mechanical properties of the activated charcoal added MDF could mostly meet the JIS specification.
PEMANFAATAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA UNTUK MENGENDALIKAN CENDAWAN PENYEBAB PENYAKIT ANTRAKNOSA DAN LAYU FUSARIUM PADA KETIMUN Aisyah, Imas; Juli, Nuryati; Pari, Gustan
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 31, No 2 (2013):
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2937.923 KB)

Abstract

Asap cair hasil destilasi kering tempurung kelapa pada konsentrasi antara 0.25-6.0% mampu menghambat pertumbuhan koloni cendawan baik pada Colletotrichum gloeosporoides maupun Fusarium oxysporum.  Penghambatan asap cair pada koloni Colletotrichum gloeosporoides dan Fusarium oxysporum masing-masing sebesar 5.59-97.85% dan  6.06-94.97%.  Penghambatan sampai 100% untuk kedua cendawan, dimulai  pada konsentrasi 7%.  Asap cair yang dihasilkan dari pemanasan  400oC menunjukkan hambatan koloni cendawan paling tinggi, yaitu sebesar  16.26% untuk   Colletotrichum gloeosporoides dan 15.06% untuk Fusarium oxysporum.  Hasil uji in vivo menunjukkan bahwa asap cair  dengan konsentrasi  0.5%, 1% dan 5%, efektif menghambat perkembangan penyakit antraknosa dan layu fusarium, sampai 100%.  Meskipun demikian, asap cair dengan konsentrasi 5% tidak dianjurkan, karena dapat menyebabkan nekrosis pada daun ketimun.
ANALISIS KOMPONEN KIMIA BEBERAPA KUALITAS GAHARU DENGAN KROMATOGRAFI GAS SPEKTROMETRI MASSA Pasaribu, Gunawan; Waluyo, Totok K; Pari, Gustan
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 31, No 3 (2013):
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini menyajikan kadar resin dan komposisi senyawa kimia dari beberapa kualitas gaharu menggunakan kromatografi gas spektrometri massa.  Kualitas gaharu yang diuji adalah kemedangan C, teri C, kacangan C dan super AB. Hasil penelitian menunjukkan rendemen ekstrak gaharu pada berbagai pelarut berturut-turut paling tinggi adalah kualitas super AB, kacangan C, teri C, dan kemedangan C. Komponen kimia gaharu mengandung senyawa furan dan kelompok ester lainnya yang menimbulkan aroma wangi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengkelasan kualitas gaharu secara tradisional tidak objektif.
PENYEMPURNAAN SIFAT PAPAN SERAT KERAPATAN SEDANG DARI PELEPAH NIPAH DAN CAMPURANNYA DENGAN SABUT KELAPA Indrawan, Dian Anggraini; Roliadi, Han; Tampubolon, Rossi Margareth; Pari, Gustan
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 31, No 2 (2013):
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8156.963 KB)

Abstract

Dewasa ini, potensi bahan serat konvensional (khususnya kayu) untuk pembuatan papan serat berkerapatan sedang (MDF) semakin terbatas dan langka. Penggunaan bahan serat alternatif yang tersedia berlimpah dan belum banyak dimanfaatkan, yaitu pelepah nipah dan sabut kelapa, telah dicoba untuk MDF, menggunakan perekat urea formaldehida (UF). Akan tetapi, sifat produk MDF sebagian besar tidak memenuhi persyaratan JIS dan ISO. Sebagai kaitannya, percobaan perbaikan sifat MDF dilakukan dengan tetap menggunakan ke dua macam bahan serat tersebut. Mula-mula masing-masing bahan serat diperiksa sifat dasarnya yaitu berat jenis, komposisi kimia, dan dimensi serat dan nilai turunannya. Pengolahan pulp untuk MDF menerapkan proses semi-kimia soda panas terbuka (bertekanan atmosfir) pada 2 taraf konsentrasi alkali (8% dan 12%). Pulp yang dihasilkan kemudian ditambahkan bahan aditif berupa alum 5%, bahan perekat tanin formaldehida (TF) baik dikombinasikan dengan arang aktif 5% atau tidak; dan selanjutnya dibentuk menjadi lembaran MDF dengan cara basah. MDF tersebut lalu diperiksa sifat fisis-mekanis dan emisi formaldehida. Hasil pencermatan sifat fisis-mekanis mengindikasikan bahwa serat pelepah nipah lebih prospektif untuk MDF dibandingkan sabut kelapa. Arang aktif berakibat penurunan sifat kekuatan/mekanis MDF dan emisi formaldehida, tetapi memperbaiki kestabilan dimensinya. Sifat MDF dari pelepah nipah 100% paling banyak mendekati persyaratan (JIS dan ISO). Meskipun demikian, sabut kelapa diharapkan bisa prospektif untuk MDF dengan mencampurnya bentuk pulp) dengan pulp pelepah nipah pada proporsi (b/b) 25%+75% dan 50%+50%. MDF yang menggunakan perekat TF memiliki sifat lebih baik dibandingkan MDF percobaan sebelumnya (menggunakan perekat UF), antara lain kekuatan lebih tinggi, emisi formaldehida lebih rendah, dan lebih banyak memenuhi persyaratan JIS dan ISO.
PENGARUH ARANG AKTIF DALAM CAMPURAN BAHAN BAKU TERHADAP KARAKTERISTIK PAPAN PARTIKEL Santoso, Adi; Pari, Gustan
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 30, No 3 (2012):
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2643.08 KB)

Abstract

Emisi formaldehida dan sifat fisis-mekanis dari papan partikel yang direkat dengan urea formaldehida (UF) dapat mengganggu kesehatan, terutama jika digunakan di dalam ruangan dengan ventilasi terbatas. Untuk mengurangi emisi formaldehida, dapat digunakan suatu zat penjerap ke dalam bahan baku produk tersebut. Dalam tulisan ini diuraikan pengaruh penggunaan arang aktif dalam campuran bahan baku terhadap emisi formaldehida dan sifat fisis-mekanis papan partikel yang direkat dengan UF. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemakaian arang aktif mempengaruhi emisi formaldehida dan sifat fisi-mekanis papan partikel. Aplikasi arang aktif sebanyak 20% dari bobot partikel pada bahan baku mampu mengurangi emisi formaldehida dan meningkatkan sifat fisis-mekanis papan partikel sertamemenuhi persyaratan standar Indonesi dan Jepang.
POTENSI TEKNIS PEMANFAATAN PELEPAH NIPAH DAN CAMPURANNYA DENGAN SABUT KELAPA UNTUK PEMBUATAN PAPAN SERAT BERKERAPATAN SEDANG Roliadi, Han; Indrawan, Dian Anggraini; Pari, Gustan; Tampubolon, Rossi Margareth
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 30, No 3 (2012):
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6170.825 KB)

Abstract

Kayu hutan alam tropis Indonesia masih merupakan bahan baku konvensional papan serat berkerapatan sedang (MDF), di mana potensinya semakin berkurang dan langka. Oleh karena itu penggunaan bahan baku serat alternatif perlu dipertimbangkan, di mana potensinya berlimpah dan sebagian besar belum dimanfaatkan, seperti pelepah nipah dan sabut kelapa. Dalam kaitannya, telah dilakukan percobaan pemanfaatan dua macam bahan serat tersebut untuk MDF. Masing-masing bahan serat tersebut mengalami tahapan persiapan, dan pemeriksaan sifat dasar (berat jenis, komposisi kimia, dan dimensi serat berikut nilai turunannya), lalu dilakukan pengolahanpulp menggunakan proses semi-kimia soda panas terbuka, dilanjutkan dengan penggilingan hingga pulp mencapai derajat kehalusan 600-700 ml CSF. Pada pulp ditambahkan bahan aditif (alum 4%, perekat urea formaldehida 3%, dan arang aktif 5%) dan kemudian dibentuk menjadi lembaran MDF dengan cara basah. Selanjutnya dilakukan pengempaan panas, conditioning, dan pengujian sifat MDF. Pencermatan terhadap sifat fisis dan kekuatan MDF menunjukkan bahwa serat pelepah nipah lebih prospektif untuk MDF dari pada serat sabut kelapa. Penggunaan arang aktif menurunkan emisi formaldehida MDF tetapi menurunkan sifat kekuatannya. Sifat MDF dari serat pelepah nipah lebih banyak memenuhi persyaratan standar (JIS) dibandingkan dari serat sabut kelapa. Meskipun demikian, serat pelepah nipah bisa bermanfaatan untukMDF, dengan mencampurmya (bentuk pulp) dengan pulp pelepah nipah (b/b) pada proporsi: 25%+75%dan 50%+50%.
PENGARUH UMUR POHON TERHADAP SIFAT DASAR DAN KUALITAS PENGERINGAN KAYU WARU GUNUNG (Hibiscus macrophyllus Roxb.) Basri, Efrida; Prayitno, T A; Pari, Gustan
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 30, No 4 (2012):
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2885.528 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data sifat kayu waru gunung sebagai indikator kualitas kayu didasarkan pada umur dan arah aksial serta pengaruhnya terhadap kualitas pengeringannya. Sifat dasar kayu yang diamati yaitu panjang serat, berat jenis (BJ), dan penyusutan kayu. Bahan kayu untuk penelitian diambil dari 3 umur, yaitu 8, 12, dan 16 tahun. Contoh uji ditentukan pada arah aksial batang, yakni pangkal, tengah dan bagian ujung. Untuk sifat dasar kayu, dari setiap bagian aksial dibuat contoh uji pada arah radial dari dekat empulur, tengah, dan dekat ke kulit. Ukuran dan prosedur untuk uji panjang serat mengacu pada prosedur di Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan, Bogor, BJ dan penyusutan dengan standar ASTM D143-94 yang dimodifikasi, sedangkan pengujian sifat dan kualitas pengeringan mengacu pada metode Terazawa yang dimodifikasi. Hasil penelitian menunjukkan panjang serat dan BJ waru gunung dipengaruhi oleh umur pada kedua arah aksial maupun radial. Berdasarkan sifat dasar dan kualitas pengeringan dari ketiga umur kayu menunjukkan hanya kayu umur16 tahun bisa memenuhi persyaratan untuk bahan mebel.
KOMBINASI PEMBERIAN ARANG HAYATI DAN CUKA KAYU TERHADAP PERTUMBUHAN JABON DAN SENGON Komarayati, Sri; Pari, Gustan
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 32, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Arang hayati (biochar) merupakan arang yang berkemampuan menyimpan karbon secara stabil didalam tanah dan mampu meningkatkan kelembaban dan kesuburan tanah. Tulisan ini menyajikan hasilpenelitian pemanfaatan arang hayati berupa arang serbuk gergaji, arang kompos serasah dan cuka kayusebagai media tumbuh anakan jabon dan sengon selama lima bulan di persemaian. Cuka kayu dengankonsentrasi 2% disiramkan pada anakan jabon dan sengon. Untuk mencegah serangan hama danpenyakit cuka kayu disemprot pada batang, tangkai dan daun. Tujuan penelitian untuk mengetahuipengaruh penambahan arang serbuk gergaji, arang kompos serasah dan cuka kayu terhadappertumbuhan anakan jabon dan sengon. Hasil penelitian menunjukkan arang serbuk gergaji, arangkompos serasah, campuran arang serbuk gergaji dengan cuka kayu serta campuran arang komposserasah dan cuka kayu, dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi dan diameter anakan jabon dansengon. Konsentrasi 5% arang serbuk gergaji, 5% campuran arang serbuk gergaji dan 2% cuka kayuserta 10% arang kompos serasah, dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi dan diameter anakan jabonsebesar 16,38 kali; 21,05 kali dan 62,74 kali serta 1,7 kali dan 3,1 kali. Untuk pertumbuhan tinggi dandiameter anakan sengon berturut-turut sebesar 22,5 kali; 21,1 kali dan 40,8 kali serta 1,03 kali dan 1,04kali.
SIFAT PAPAN PARTIKEL DAUR ULANG RENDAH EMISI FORMALDEHIDA Santoso, Adi; Pari, Gustan
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 33, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Emisi formaldehida dan sifat fisis-mekanis dari papan partikel yang direkat dengan urea formaldehida (UF) dapat mengganggu kesehatan, terutama jika digunakan di dalam ruangan dengan ventilasi terbatas. Untuk mengurangi emisi formaldehida, dapat digunakan suatu adsorben ke dalam perekatnya. Dalam tulisan ini diuraikan pengaruh penggunaan arang aktif dalam campuran perekat urea formaldehida terhadap emisi formaldehida dan sifat fisis-mekanis papan partikel daur ulang serta aspek ekonominya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemakaian arang aktif mempengaruhi emisi formaldehida dan sifat fisis-mekanis papan partikel. Aplikasi arang aktif sebanyak 3% pada perekat urea formaldehida mampu mengurangi emisi formaldehida dan meningkatkan sifat fisis-mekanis papan partikel serta memenuhi persyaratan standar Indonesia dan Jepang, dan layak secara finansial.
PENGARUH ARANG DAN CUKA KAYU TERHADAP PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN SIMPANAN KARBON Komarayati, Sri; Gusmailina, Gusmailina; Pari, Gustan
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 32, No 4 (2014): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (163.953 KB)

Abstract

 Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan anakan sengon, jabon dan pohon penghasil gaharu, mengetahui kandungan karbon, nitrogen, fosfor dan kalium dalam tanah dan dalam biomasa tanaman setelah diberi arang dan cuka kayu. Aplikasi arang dilakukan dengan cara menambahkan arang secara merata pada lobang tanaman, sedangkan cuka kayu disiramkan pada tanah. Untuk pemeliharaan tanaman, cuka kayu disemprotkan pada batang, tangkai dan daun tanaman. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pertumbuhan anakan sengon terbaik yaitu pada perlakuan penambahan arang 10% dan cuka kayu 2%, masing-masing dengan tinggi 156,33 cm dan diameter 20,08 cm.  Untuk pertumbuhan anakan jabon terbaik yaitu pada perlakuan penambahan 30% arang, masing-masing dengan tinggi 89,17 cm dan 19,22 cm. Untuk pertumbuhan anakan pohon penghasil gaharu yang terbaik yaitu pada perlakuan penambahan 20% arang dan cuka kayu 4%, masing-masing dengan tinggi 72,20 cm dan diameter batang 18,29 cm. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penambahan arang dan cuka kayu tidak selalu dapat meningkatkan kandungan unsur hara tanah seperti C, N, P dan K, biomas tanaman serta simpanan karbon dengan berbagai variasi sesuai perlakuan.