Bambang Pardiarto
Pusat Sumber Daya Geologi

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

ASPEK GEOLOGI DIDALAM PENYUSUNAN WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM Ernowo Ernowo; Bambang Pardiarto
Buletin Sumber Daya Geologi Vol. 6 No. 2 (2011): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9339.767 KB) | DOI: 10.47599/bsdg.v6i2.101

Abstract

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara mengamanatkan kepada pemerintah untuk menetapkan Wilayah Pertambangan (WP) sebagai bagian dari Tata Ruang Nasional. Wilayah yang bisa diterbitkan perijinannya ditetapkan oleh pemerintah terlebih dahulu berupa WUP untuk kemudian dilakukan pelelangan kepada para pelaku usaha pertambangan dalam bentuk Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP). Beberapa kriteria Wilayah Usaha Pertambangan (WUP) mineral logam yang berkaitan dengan geologi  sebagaimana ditetapkan didalam Peraturan Pemerintah nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan adalah memiliki formasi batuan pembawa mineral logam, memiliki singkapan geologi untuk mineral logam, memiliki potensi sumber daya mineral dan memiliki satu atau lebih jenis mineral termasuk mineral ikutannya. Penyusunan WUP tidak bisa dipisahkan dengan Wilayah Pencadangan Negara (WPN) dimana memiliki kesamaan didalamkriteria-kriteria geologi. Penerapan konsep geologi dan keterdapatan mineral sangat diperlukan didalam penyusunan WUP/WPN dimana disusun berdasar data yang sifatnya masih umum (regional) berupa litologi, stratigrafi dan struktur geologi.  Keterkaitan WIUP yang akan dilelang dengan tahapan kegiataneksplorasi tergantung dari tingkat penyelidikan didalam penyediaan data tersebut.
PELUANG BIJIH BESI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KOMODITAS MINERAL STRATEGIS NASIONAL Bambang Pardiarto
Buletin Sumber Daya Geologi Vol. 6 No. 2 (2011): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (640.034 KB) | DOI: 10.47599/bsdg.v6i2.107

Abstract

Program pemerintah untuk membangun industri baja berbasis bahan baku lokal di Kalimantan Selatan telah dipelopori oleh PT Krakatau Steel bermitra dengan PT Antam (Persero) Tbk yang telah memasuki tahap konstruksi. Selain itu perusahaan ini juga menggandeng Posco untuk mendirikan pabrik baja di Cilegon. Kebutuhan bahan baku berupa bijih besi untuk menopang kedua proyek tersebut sangat besar. Untuk jangka waktu 20 tahun ke depan diperkirakan potensi bijih besi yang ada di Indonesia saat ini tidak akan cukup untuk mensuplai industri baja tersebut. Langkah strategis pemerintah perlu dilakukan agar bijih besi menjadi mineral strategis nasional.
EVALUATION OF COPPER DEPOSITS PROSPECT IN WAI WAJO AREA OF SIKKA REGENCY, EAST NUSA TENGGARA PROVINCE Bambang Pardiarto
Buletin Sumber Daya Geologi Vol. 9 No. 2 (2014): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47599/bsdg.v9i2.127

Abstract

Lowo Deba prospect in Sikka Regency, East Nusa Tenggara Province shows significant evidences for copper deposit. The prospect is discovered by joint cooperation activity between Directorate of Mineral Resources Inventory (DMRI) and Korea Resources Corporation (KORES) in the systematic exploration program. The evaluation based on the quantitative analysis of rock and mineral characteristics as well as geologic mapping, petrography, mineragraphy, fluid inclusion, spectra analysis (PIMA), geochemical and geophysical data. The geology of the prospect area consists of Miocene volcanics of Kiro Formation and Tanahau Formation, intrusion of granodiorite and Quaternary volcanics. The volcanic rock shows the characteristic of tholeiitic magma. The predominant system of lineaments in the prospect area tends to be NE-SW trend. This fault structure appears to have closely relationship with the mineralization in Lowo Deba prospect. The mineralization and alteration outcrops appear to be structural controlled to form epithermal deposit type. Most of the mineralizations are hosted by phyllic – argillic altered andesitic to dacitic tuff which is intruded by granodiorite. Rock samples indicate the mineralization type is quartz vein containing chalcopyrite, galena, sphalerite, covellite and pyrite. The best grade revealed from these altered rocks of 6,980 ppm Cu and 50 ppb Au, and from quartz vein of 4,868 ppm Cu and 57 ppb Au. Mineralization stages evolved from initial higher temperatures (> 320° C) to later lower temperatures (near 170° C).  Soil geochemical analysis identify two zones of combined anomaly i.e. Au-Cu-Mo and AgPb-Zn. Those anomalies are concentrated in the phyllic and argillic altered andesitic tuff. These soil anomaly coincide with IP anomalies which are found in electrode separation index of n=5 and n=7 in line WA7 with chargeability value up to 405.7 Msec and resistivity value of 37.7 Ohm-m. In general high chargeability and low resistivity anomalies are developed in the direction of southwest to northeast and still open to the northeast. The high chargeability value allows to predict the occurrence of copper deposits potential. Some bore holes are proposed for the next survey to confirm the presence of new copper deposits in the prospect area.
KARAKTERISTIK GEOKIMIA UNSUR TANAH JARANG DALAM ENDAPAN BAUKSIT DI DAERAH SANDAI, KABUPATEN KETAPANG, PROVINSI KALIMANTAN BARAT Kisman Kisman; Bambang Pardiarto
Buletin Sumber Daya Geologi Vol. 9 No. 3 (2014): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5054.168 KB) | DOI: 10.47599/bsdg.v9i3.131

Abstract

Keberadaan unsur tanah jarang (UTJ) atau rare earth element (REE) di Indonesia belum diketahui secara menyeluruh. Salah satu lokasi keterdapatan UTJ berada di wilayah  pertambangan timah aluvial sebagai mineral ikutan. Mineral monasit merupakan salah satu mineral yang mengandung UTJ. Kebutuhan UTJ sebagai bahan baku pada industri berteknologi tinggi semakin meningkat sehingga perlu upaya pencarian sumbernya selain pada lokasi penambangan timah. Pendekatan pencarian sumber dilakukan pada wilayahterdapatnya batuan granit, diorit serta endapan bauksit.  Satuan batuan Granit Sukadana yang memiliki wilayah cukup luas di daerah Sandai, Kabupaten Ketapang sebagian mengalami lateritisasi menjadi bauksit yang diduga mengandung UTJ. Karakteristik geokimia UTJ yang terkandung dalam conto lapisan tanah laterit horison B dan dalam tanah dengan fragmen bauksit saprolit pada sumur uji menunjukkan bahwa peningkatan kandungan gadolinium (Gd) dan praseodymium (Pr) terdapat dalam conto tanah dengan fragmen bauksit saprolit. Sumber UTJ di daerah ini berhubungan dengan batuan granit tipe-S yang berasosiasi dengan cebakan timah. 
TIPE CEBAKAN MINERAL BERDASARKAN DATA GEOKIMIA TANAH DI GUNUNG RAWAN PERBATASAN SARAWAK - KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT Kisman Kisman; Bambang Pardiarto
Buletin Sumber Daya Geologi Vol. 10 No. 1 (2015): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6470.61 KB) | DOI: 10.47599/bsdg.v10i1.138

Abstract

Gunung Rawan merupakan salah satu titik tapal batas daerah perbatasan antara Malaysia dan Indonesia di Pulau Kalimantan (Borneo). Sebagian daripada gunung tersebut yaitu daerah KedupSarawak sudah diketahui mengandung cebakan emas primer. Zona pemineralan ini diperkirakan menerus ke wilayah Kabupaten Sanggau. Dalam kerangka kerjasama penyelidikan dengan MGMalaysia, Pusat Sumber Daya Geologi melakukan penyelidikan di daerah Gunung Rawan untuk mengetahui penyebaran zona pemineralan tersebut. Litologi di daerah penyelidikan berupa breksi tufa yang umumnya sudah mengalami ubahan silisifikasi, propilitisasi dan argilitisasi dengan jenis mineral ubahan kaolinit, halloysit dan muskovit, mengandung pirit dan kalkopirit. Analisis koefisien korelasi terhadap unsur-unsur Au, As, Sb dan Hg dari geokimia tanah menunjukkan kekerabatan positif yang mencerminkan genesa dalam satu sistim. Terdapat empat kluster anomali unsur yaitu Cu-Hg, Au-SbAs,Hg-Sb dan Cu-Au-As-Ag yang tersebar dominan dalam satuan batuan gunung api. Klaster anomali unsur Cu-Hg dengan pemineralan kalkopirit dan Au-Sb-As dengan pemineralan pirit terkonsentrasi di sekitar puncak Gunung Rawan yang diduga masih berhubungan dengan proses pemineralan yang terjadi di wilayah Kedup, Sarawak. Pemineralan tersebut diduga merupakan tipe epithermal volcanic - hosted.
TINJAUAN RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI BESI BAJA DI KALIMANTAN SELATAN Bambang Pardiarto
Buletin Sumber Daya Geologi Vol. 4 No. 2 (2009): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (944.21 KB) | DOI: 10.47599/bsdg.v4i2.176

Abstract

Kebutuhan bahan baku bijih besi untuk membuat baja di Indonesia terutama oleh industri strategis nasional PT. Krakatau Steel (KS) , hampir seluruhnya masih diimpor dari negara lain berupa pelet dalam jumlah yang cukup besar. Indonesia dengan kepulauannya memiliki sumber daya alam yang kaya. Salah satunya adalah potensi bijih besi yang keprospekannya terinventarisasi di Kalimantan Selatan. Total sumberdaya diperkirakan sekitar 500 juta ton. Mutu bijih besi didaerah ini cukup untuk diproses lebih lanjut dalam iron making dengan keluaran untuk pasokan steel making plant. Bijih besi lokal yangselama ini belum dimanfaatkan bagi industri nasional dapat digunakan oleh PT. KS setelah melalui tahapan proses pengolahan diantaranya pemecahan & pengayakan, benefisiasi dan pelletizing/sintering. Proses pengolahan bijih besi lokal mulai dari penambangan, benefisiasi hingga pelletizing akan memberikan cost saving yang akan berkontribusi terhadap penurunan biaya bahan baku. Hal-hal tersebut menjadi pertimbangan terhadap rencana pembangunan industri besi-baja di Kalimantan Selatan yang merupakan upaya menuju kemandirian industri strategis nasional berbasis bahan baku lokal.
TINJAUAN IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 4/2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA TERHADAP PERATURAN PERUNDANGAN LAINNYA Bambang Pardiarto
Buletin Sumber Daya Geologi Vol. 5 No. 2 (2010): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47599/bsdg.v5i2.258

Abstract

Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara telah dapat memberikan harapan baru terhadap peningkatan kegiatan usaha pertambangan di Indonesia. Namun dalam implementasinya banyak Undang-Undang sektor lain sperti kehutanan, penataan ruang, lingkungan hidup, pajak dan retribusi daerah serta pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil telah menjadi hambatan yang signifikan dalam proses peningkatan pertumbuhan industri pertambangan. Untuk itu perlu dilakukan sinkronisasi peraturan pelaksanaanya sehingga tidak merugikan semua pihak.
POTENSI LOGAM TANAH JARANG DI INDONESIA Endang suwargi; Bambang Pardiarto; Teuku Islah
Buletin Sumber Daya Geologi Vol. 5 No. 3 (2010): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47599/bsdg.v5i3.263

Abstract

Beberapa unsur Logam Tanah Jarang (LTJ) keterdapatannya pada kerak bumi (secara rata-rata) ternyata lebih tinggi dari unsur-unsur yang selama ini kita kenal seperti Au, Mo, As dan Be namun LTJ jarang terakumulasi dalam jumlah yang cukup ekonomis untuk ditambang.Keterdapatan LTJ umumnya berasosiasi dengan batuan asam yang alkalis yang lazim berada di lingkungan geologi kontinen. Indonesia yang terletak di lingkungan geologi yang berbeda hanya menghasilkan LTJ sebagai produk sampingan dari penambangan timah.Salahsatu LTJ di Indonesia adalah Serium yang diketemukan di Kecamatan Parmonangan, Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara menunjukkan sumber daya tereka 2.546 ton (17.481 boot bijih) dan kadar 145,8 gram/ton.