Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI MASA PANDEMI COVID-19 MELALUI KULIAH KEMUHAMMADIYAHAN BERBASIS PEMBERDAYAAN KELUARGA DHUAFA M.A., Amirullah; Arifin, Syamsul; Fajri, Muhammad Dwi
MUADDIB Jurnal Kependidikan dan Keislaman Vol. 11. No 1 (2021)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24269/muaddib.v1i1.4365

Abstract

The learning process during the COVID-19 pandemic, which is mostly done online, is a challenge for educational institutions in strengthening character values in students, which is an important aspect of educational goals.This research aimed to analyze the implementation of the kemuhammadiyahan subject on empowering poor families during the COVID-19 pandemic in strengthening character values for students. This research was conducted through a qualitative method combining two data collection techniques; review on documents (books and journal articles) and observation of 238 students from 16 departments and 6 faculties who had attended kemuhammadiyahan subject at the University of Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.This research reveals that kemuhammadiyahan subjects using the online learning method combined with field assignments (luring) in the form of empowering poor families have an effect on strengthening student character values. After taking the kemuhammadiyahan subject, students increasingly have a sense and attitude of caring for others (welas asih), sympathy and empathy, social responsibility, gratitude, optimism, generosity, honesty, discipline, patience, citizenship, commitment, compassion, and sincerity. Students also feel that they are increasingly possessing skills such as creative, innovative, communicative and collaborative.This study also shows that kemuhammadiyahan subjects have contributed to helping the poor who were economically affected during the COVID-19 pandemic. Therefore, this kemuhammadiyahan subject model is relevant to the Freedom of Learning-Independence Campus (MBKM) policy which was initiated by the Ministry of Education which requires learning which can be implemented based on humanitarian project programs.
Hubungan Islam dan Politik di Indonesia Serta Implikasinya Terhadap Pendidikan Islam Amirullah Amirullah
Kreatif: Jurnal Pemikiran Pendidikan Agama Islam Vol 13 No 2 (2015): Juli
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam Tarbiyah IAI Muhammadiyah Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52266/kreatif.v13i2.85

Abstract

Islam tidak bisa dipisahkan dari politik meskipun Islam bukan agama politik. Di Indonesia pertautan antara Islam dan Negara (umat Islam dan kekuasaan) meninggalkan sejarah panjang yang amat melelahkan. Tulisan ini memperlihatkan bahwa kebijakan politik era penjajahan khususnya zaman Belanda sangat diskriminatif dan menyudutkan pendidikan Islam. Pada Orde Lama meskipun dianggap langkah awal bagi perkembangan pendidikan Islam, namun kebijakan pemerintah Orde Lama masih terlihat setengah hati dan kurang menguntungkan pendidikan Islam baik secara kelembagaan maupun kurikulum (mata pelajaran). Hal ini secara tidak langsung merupakan dampak dari hubungan politik umat Islam dan negara (kekuasaan) yang sinis, antagonis dan non kompromi. Tulisan ini menunjukan bahwa pada zaman Orde Baru lah momentum positif bagi eksistensi pendidikan Islam di Indonesia. Kebijakan-kebijakan Pemerintah Orde Baru menjadi babak baru kebangkitan pendidikan Islam di pentas nasional, lahirnya SKB 3 Menteri menjadi awal terintegrasinya pendidikan Islam di dalam sistem pendidikan nasional sehingga berimplikasi pada terjadinya mobilitas sosial dan vertikal siswa-siswa madrasah dan terbukanya peluang anak-anak santri memasuki wilayah pekerjaan pada sektor modern. Hal ini secara tidak langsung merupakan dampak dari hubungaan umat Islam dan negara (kekuasaan) yang bersifat lentur, romantis, inklusif, dan mau berkompromi dengan kekuasaan (negara).
PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA UNTUK MENINGKATKAN NILAI-NILAI HUMANIS DI ERA PANDEMI COVID-19 Herdin Muhtarom; Rina Kariyani; Mayda Ayu Ningsih; Amirullah M.A.
HUMANIS: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 14 No 1 (2022): Januari
Publisher : LPPM UNISDA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52166/humanis.v14i1.2781

Abstract

Abstract: The COVID-19 pandemic has caused the Indonesian economy to slow down to a decline. As a result of this, the household sector economy also stagnated and even a sharp decline in household income due to many layoffs. In overcoming these problems, of course, there are social activities carried out especially to help the affected communities. The method used is through observational studies. The purpose of this study was to find out social activities to empower the poor in increasing humanist values ​​in the era of the Covid-19 pandemic. The results in this study show that one of the programs carried out by UHAMKA students, to form humanist values, UHAMKA students hold empowerment activities for the poor. Keyword: Pandemic, Humanist, Empowerment Abstrak: Pandemic COVID-19 mengakibatkan perekonomian Indonesia melambat hingga mengalami penurunan. Akibat dari hal itu adalah ekonomi sektor rumah tangga pun mengalami stagnasi dan bahkan penurunan tajam dalam pendapatan rumah tangga karena banyak terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK). Dalam mengatasi problematika tersebut tentuya adanya kegiatan sosial yang dilakukan terutama untuk membnatu masyarakat yang terkena dampaknya. Metode yang digunakan melalui studi observasi. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui kegiatan sosial pemberdayaan kaum dhuafa dalam meningkatkan nilai-nilai humanis di era pandemi Covid-19. Hasil dalam penelitian ini menunjukan Salah satunya program yang dilakukan oleh mahasiswa UHAMKA, untuk membentuk nilai-nilai humanis, mahasiswa UHAMKA mengadakan kegiatan pemberdayaan terhadap kaum dhuafa. Kata Kunci: Pandemi, Humanis, Pemberdayaan
PELATIHAN KEMANDIRIAN EKONOMI TERHADAP KELUARGA DHUAFA DI DESA CIBARUSAH MELALUI MATA KULIAH KEMUHAMMADIYAHAN Muhammad Dwi Fajri; Amirullah Amirullah; Danin Haqien; Muhammad Aqsal; Nur Cahyo Firdaus
SELAPARANG Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 6, No 1 (2022): Maret
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v6i1.7294

Abstract

ABSTRAKDalam meningkatkan kemajuan ekonomi di kehidupan masyarakat, tentu perlu adanya sebuah rasa kemandirian yang muncul dari masyarakat itu sendiri. Keluarga merupakan sebuah ruang lingkup paling kecil yang terdapat di kehidupan masyarakat. Kemiskinan masih menjadi hal yang mengkhawatirkan di tengah masyarakat, terlebih lagi dari keluarga-keluarga dhuafa. Untuk memberdayakan keluarga dhuafa, tentu harus mendorong kemandirian ekonomi agar hasilnya memiliki dampak yang berkepanjangan. Dalam pemberdayaan ini, menggunakan metode Y-PAR yang memungkinkan mahasiswa aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri dilakukannya dengan cara identifikasi, penelitian, dan mengatasi sebuah problematika sosial melalui kegiatan kolaborasi dengan keluarga dhuafa. Pemberdayaan ini merupakan program dari mata kulia Kemuhammadiyahan di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, dilakukan di Desa Cibarusah dan pemberdayaan ini dilakukan kepada Keluarga Bapak Deden sebagai mitra untuk memajukan kemandrian ekonomi. Hasil dari pemberdayaan ini berupa meningkatkan usaha warung kecil Keluarga Bapak Deden agar Keluarga Bapak Deden dapat memiliki kemandirian ekonomi. Kata kunci: pemberdayaan keluarga dhuafa; kemandirian ekonomi; kemuhammadiyahan ABSTRACTIn improving economic progress in people's lives, of course, there needs to be a sense of independence that arises from the community itself. Family is the smallest scope in people's lives. Poverty is still a worrying thing in the community, especially from dhuafa families. To empower dhuafa families, of course, must encourage economic independence so that the results have a prolonged impact. In this empowerment, using the Y-PAR method that allows students to be active in building their own knowledge by identifying, researching, and overcoming a social problem through collaborative activities with the dhuafa family. This empowerment is a program from the eyes of kemuhammadiyahan students at muhammadiyah university Prof. Dr. Hamka, conducted in Cibarusah village and this empowerment is done to Mr. Deden's family as a partner to advance economic stagnating. The result of this empowerment is in the form of increasing the small stall business of Mr. Deden's family so that Mr. Deden's family can have economic independence. Keywords: empowerment of dhuafa family; economic independence; kemuhammadiyahan
Reconstruction of Islamic Religious Education Seyyed Hossein Nasr's Perspective Syamsul Arifin; Amirullah Amirullah; Soleh Amini Yahman; Anip Dwi Saputro
ISTAWA Vol 7, No 1 (2022): Istawa: Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : Postgraduate Program Magister Pendidikan Agama Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24269/ijpi.v7i1.5190

Abstract

This article aims to look at the construction of Islamic education from the perspective of Seyyed Hossein Nasr. Nasr is an Islamic thinker whose capabilities are not in doubt in the study of Islamic philosophy, science, and ethics. The research approach used in this article is a literature review. Research problems are studied and analysed through the literature comprehensively. The results of this study include 1) Seyyed Hossein Nasr's conception of Islamic education which emphasizes human efforts to carry out their duties and obligations as caliphs on earth and servants of Allah; 2) the role of humans as caliphs and servants of Allah can only be obtained with the integrity of the building of science; 3) education construction is carried out through the Islamization of science (science) with a philosophical reformulation of Islamic education in the ontological, epistemological, and axiological domains 4) Islamic education reconstruction is directed at reviewing and rearranging educational goals, characteristics of Islamic educators, characteristics of Islamic students, educational tools, and educational environment.
Humanistic Education in Islam: A Study of Ahmad Syafii Maarif's Thoughts Amirullah Amirullah; Syamsul Arifin; Zamah Sari
MUADDIB Jurnal Kependidikan dan Keislaman Vol 12, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24269/muaddib.v12i2.5847

Abstract

Education in Indonesia, especially Islamic education, has not been sufficient to form a humanist personality and is still primordialistic and sectarian in character. This study aims to show the values of humanistic Islamic education in the thought of Ahmad Syafii Maarif’s. This research is qualitative research with descriptive analysis using library research, and in-depth interviews. This research shows that the essence of education in Ahmad Syafii Maarif's perspective is the process of humanization (a process that liberates and humanizes humans) which directly has an organic link with the spiritual-transcendental dimension. In Ahmad Syafii Maarif's thought, it is found that the values of humanistic Islamic education can be summarized in six points, namely: the value of egalitarianism, the value of tolerance, the value of pluralism, the value of justice, the value of universal brotherhood, and the value of peace or non-violence. The results of this study are expected in addition to increasing the wealth of intellectual treasures in the study of the thought of figures in the field of Islamic education, but also can be considered in developing a more humanistic educational foundation and practice.
Hegemoni Maskulinitas: Konstruksi Gender pada Pendidikan Anak Usia Dini Nelis Nazziatus Sadiah Qosyasih; Amirullah Amirullah; Zamah Sari
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol 7, No 1 (2023)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/obsesi.v7i1.3168

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membahas bagaimana tenaga pengajar pada TK berbasis Islam khususnya TK Aisyiyah ABA Sawangan Kota Depok dalam mengkonstruksi identitas gender pada anak usia dini sesuai dengan nilai Kemuhammadiyahan dan misi Aisyiyah. penelitian ini berusaha untuk memahami bagaimana tenaga pengajar melihat anak-anak di sekolah berkembang, bernegosiasi dan mengkonstruksi gender yang ada. Penelitian ini menggunakan pendekatan teori feminis poststrukturalis sebagai pisau analisis dengan metode kualitatif melalui studi kasus dengan grounded theory melalui teknik wawancara terbuka pada 3 orang pengajar yang dipilih secara acak (purposive sampling). Hasil penelitian mengungkapkan bahwa guru melakukan kontrol pada permainan yang dilakukan oleh anak laki-laki dan perempuan yang mengarah pada konstruksi gender yang melekat selama ini serta pemahaman guru tentang konsep kodrat yang mengarahkan pada legitimasi aturan agama. Berdasarkan temuan tersebut, kami merekomendasikan agar guru di pendidikan anak usia dini untuk lebih sadar gender, dapat memberikan kesempatan yang sama bagi anak laki-laki dan perempuan dalam konteks Islam dan sesuai dengan visi Aisyiyah yang menekankan tentang Pendidikan yang berkeadilan.
Hegemoni Maskulinitas: Konstruksi Gender pada Pendidikan Anak Usia Dini Nelis Nazziatus Sadiah Qosyasih; Amirullah Amirullah; Zamah Sari
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol 7, No 1 (2023)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/obsesi.v7i1.3168

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membahas bagaimana tenaga pengajar pada TK berbasis Islam khususnya TK Aisyiyah ABA Sawangan Kota Depok dalam mengkonstruksi identitas gender pada anak usia dini sesuai dengan nilai Kemuhammadiyahan dan misi Aisyiyah. penelitian ini berusaha untuk memahami bagaimana tenaga pengajar melihat anak-anak di sekolah berkembang, bernegosiasi dan mengkonstruksi gender yang ada. Penelitian ini menggunakan pendekatan teori feminis poststrukturalis sebagai pisau analisis dengan metode kualitatif melalui studi kasus dengan grounded theory melalui teknik wawancara terbuka pada 3 orang pengajar yang dipilih secara acak (purposive sampling). Hasil penelitian mengungkapkan bahwa guru melakukan kontrol pada permainan yang dilakukan oleh anak laki-laki dan perempuan yang mengarah pada konstruksi gender yang melekat selama ini serta pemahaman guru tentang konsep kodrat yang mengarahkan pada legitimasi aturan agama. Berdasarkan temuan tersebut, kami merekomendasikan agar guru di pendidikan anak usia dini untuk lebih sadar gender, dapat memberikan kesempatan yang sama bagi anak laki-laki dan perempuan dalam konteks Islam dan sesuai dengan visi Aisyiyah yang menekankan tentang Pendidikan yang berkeadilan.
Penguatan Toleransi Melalui Implementasi Budaya Sekolah Religius: Studi Kasus SDN di Jakarta Timur Amirullah, Amirullah; Nurhalimah, Nurhalimah; Nurma Dwi Wisudiyantie; Oktafiani, Oktafiani
Edu Cendikia: Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 4 No. 01 (2024): Artikel Riset Edisi April 2024
Publisher : ITScience (Information Technology and Science)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47709/educendikia.v4i01.4093

Abstract

Intoleransi menjadi masalah dan tantangan di tengah masyarakat majemuk seperti bangsa Indonesia. Sikap intoleransi adalah bukanlah bawaan tapi dibentuk oleh banyak faktor termasuk faktor lingkungan pendidikan. Penguatan toleransi sejak usia dini dan sekolah dasar dinilai penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penguatan sikap toleransi peserta didik melalui implementasi lingkungan budaya sekolah religius dengan integrasi nilai Islam dan Kristen di SDN Ciracas 03 Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif dan didukung dengan data kuantitatif melalui data angket. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan melalui pengamatan dan kuesioner angket yang telah dilakukan pengujian validasi dengan rumus korelasi product moment dan pengujian reliabilitas dengan rumus alpha cronbach. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan budaya sekolah religius yang menekankan implementasi nilai-nilai toleransi berpengaruh pada sikap toleransi siswa/i di SDN Ciracas 03. Interaksi siswa Muslim dan Kristen yang berbeda agama membuat mereka semakin terbuka dan tidak saling berprasangka karena perbedaan agama. Kesimpulan ini diperkuat oleh data kuantitatif kami yang  menunjukkan bahwa sebesar 87 % siswa/i bersikap terbuka dalam perbedaan, 90% bersikap saling menghargai satu sama lain, 84% siswa/i bersikap  peduli terhadap perbedaan, 94% bersikap mengakomodasi keberagaman beragama, dan 83% menyatakan sikap kenyaman dalam perbedaan. Penelitian ini memperkuat pandangan dan merekomendasikan perlunya implementasi lingkungan budaya religius yang berlandaskan pada nilai-nilai toleransi dalam memperkuat sikap toleransi pada siswa/i sekolah dasar di Indonesia.
Students' Perceptions of Gender Discrimination in Indonesia: A Study at Muhammadiyah University Anisia Kumala; Muhammad Dwi Fajri; Muhib Rosyidi; Neng Rahayu; Mutia Salsabila; Amirullah Amirullah
Mimbar Agama dan Budaya Vol 41, No 2 (2024)
Publisher : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/mimbar.v41i2.41042

Abstract

Gender equality is still an important and strategic issue to discuss in Indonesia. This study aims to describe the gender role attitudes of students in the Muhammadiyah and Aisyiyah Higher Education (PTMA) environment because PTMA students are agents of change and are tasked with spreading the Muhammadiyah Islamic preaching committed to gender equality and justice. The research method used quantitative with respondents in this study totaling 200 students in various PTMA, 136 women and 64 men. The instruments used in this study were constructed by the researcher and consisted of five dimensions: religion, marriage and family, social work, work, and education. The results of this study indicate that in general, the gender role attitudes of students in the PTMA environment are more egalitarian than traditional gender roles, meaning that they already have a gender role perspective based on equality. However, there is still a gender bias, such as the view of the same potential between women and men in education; religious authority (ulama) towards women is not the same as men; and opportunities for public leadership for women. The implications of the findings of this study will be discussed further.