Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Upaya Pencegahan Penyebaran Covid-19 di Lingkungan Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi dengan Pemeriksaan Antibodi SARS-COV-2 Patricia Gita Naully; Perdina Nursidika; Prina Puspa Kania; Firdha Rachmawati
Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 6, No 3 (2022): Agustus
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/aks.v6i3.6781

Abstract

Peningkatan angka kejadian Covid-19 terjadi disebabkan akibat beban populasi yang cukup tinggi di wilayah Jawa Barat. Cluster-cluster baru terdiri dari kasus di pemukiman penduduk, di mana rata-rata saat dilakukan penelusuran bisa menginfeksi anggota keluarga lainnya. Peningkatan cluster di pemukiman penduduk cukup dikhawatirkan karena beberapa penduduk sudah kurang menerapkan protokol kesehatan untuk Covid-19. Penduduk di daerah lingkungan Stikes Jenderal Achmad Yani pun termasuk kurang menerapkan protokol kesehatan, seperti sering terlihat kerumuman warga dan lalai menggunakan masker, sehingga dikhawatirkan menjadi pembawa penyakit untuk keluarga dan menimbulkan cluster baru. Lingkungan Stikes Jenderal Achmad Yani dekat dengan Rumah Sakit Pusat Rujukan Covid-19 di Jawa Barat. Program Studi Teknologi Laboratorium Medis (TLM) D-4 sebagai salah satu program studi yang terlibat dalam diagnosis penyakit, berinisiatif untuk melakukan pemeriksaan skrining Covid-19. Kegiatan ini dilakukan dengan memeriksa antibodi SARS-COV-2 dengan metode imunokromatografi terhadap 50 warga di sekitar kampus. Semua kegiatan pemeriksaan dilakukan sesuai dengan protokol yang diberlakukan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dan World Health Organization. Hasil pemeriksaan menunjukkan 98% sampel non reaktif dan 2% reaktif. Sampel dengan hasil reaktif ditindaklanjuti dengan pemeriksaan lanjut menggunakan teknik Polymerase Chain Reaction. Selain pemeriksaan, sampel diberikan edukasi untuk tetap mengikuti protokol kesehatan dan menjaga lingkungan dari penularan Covid-19.
Identifikasi Jamur Trichophyton sp. Penyebab Tinea Unguium Pada Petani Desa Mekarluyu Kabupaten Garut Firdha Rachmawati; Perdina Nursidika; Putri Fitrianingsih
Jurnal Penelitian Saintek Vol 27, No 2 (2022)
Publisher : Directorate of Research and Community Services, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jps.v2i27.52528

Abstract

Infeksi jamur menyerang lebih dari 6 juta penduduk Indonesia setiap tahunnya. Tinea unguium merupakan infeksi mikosis superfisialis dengan insidensi 30% dan merupakan penyebab 50% kelainan kuku. Desa Mekarluyu Kabupaten Garut merupakan daerah dengan mayoritas penduduk bekerja sebagai petani. Keadaan lingkungan kerja yang basah, lembab dan suhu yang hangat meningkatkan risiko penyakit Tinea unguium pada petani. Tinea unguium disebabkan oleh jamur dermatofita dengan penyebab utama yaitu jamur Trichophyton sp. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Trichophyton sp. penyebab tinea unguium pada kuku kaki petani Desa Mekarluyu Kabupaten Garut. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan responden sebanyak 30 orang yang diketahui menunjukkan gejala Tinea unguium. Sampel kerokan kuku yang telah diambil kemudian ditumbuhkan pada media Saboraud Dextrose agar untuk diamati koloninya. Pengamatan mikroskopis hasil biakan dilakukan dengan pewarnaan Lactophenol Cotton Blue. Hasil penelitian didapatkan sebanyak 23% responden terinfeksi oleh Trichophyton sp. dengan spesies yang ditemukan yaitu Trichophyton rubrum 17% dan Trichophyton mentagrophytes (6%).Identification of fungi causing Tinea Unguium Trichophyton sp. on farmers in Mekarluyu Village Garut RegencyMore than 6 million Indonesian people were infected by fungi every year. Tinea unguium is a superficial mycosis infection with an incidence 30% and 50% main causes of nail disorders. Mekarluyu Village, Garut Regency is an area with the majority of the population working as farmers. Wet, humid and warm temperatures working conditions increase the risk of tinea unguium in farmers. Main aetiology of tinea unguium is Trichophyton sp. Therefore, this study aims to identify Trichophyton sp. the cause of tinea unguium on the toenails of farmers in Mekarluyu Village, Garut Regency. This study used a cross-sectional method with 30 respondents who were known to show symptoms of tinea unguium. The nail scraping samples were grown on Saboraud Dextrose Agar media to observe the colonies. Microscopic observations of the colonies were carried out with Lactophenol Cotton Blue staining. The results showed that 23% of respondents were infected by Trichophyton sp. with the species Trichophyton rubrum 17% and Trichophyton mentagrophytes (6%).
Penerapan Teknologi Fermentasi Cuka Kulit Semangka untuk Mengatasi Permasalahan Limbah dan Kesehatan di Wilayah Pasar Induk Caringin Patricia Gita Naully; Perdina Nursidika; Prina Puspa Kania; Firdha Rachmawati; Taufik Gunawan
Wikrama Parahita : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 7 No. 1 (2023): Mei 2023
Publisher : Universitas Serang Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30656/jpmwp.v7i1.5405

Abstract

Penumpukan limbah kulit semangka di Pasar Caringin memberikan dampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat di Kelurahan Babakan Ciparay. Limbah tersebut sebenarnya dapat diolah menjadi produk yang lebih bermanfaat seperti cuka dengan teknik fermentasi. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat di Kelurahan Babakan Ciparay tentang teknologi fermentasi dan kemampuan untuk mengolah limbah kulit semangka yang ada di Pasar Caringin menjadi cuka. Kegiatan ini dilakukan di aula Kelurahan Babakan Ciparay dan melibatkan 50 orang ibu-ibu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Kegiatan terbagi menjadi dua sesi, yaitu penyuluhan teknik fermentasi dan pelatihan pembuatan cuka kulit semangka. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa peserta dapat memahami materi yang disampaikan. Peserta juga berhasil membuat cuka kulit semangka yang aroma dan rasanya mirip dengan cuka apel. Berdasarkan hasil yang telah dicapai, dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan ibu-ibu PKK di Kelurahan Babakan Ciparay untuk mengolah limbah kulit semangka menjadi cuka. Dengan pengetahuan dan kemampuan tersebut, ibu-ibu PKK dapat membantu mengatasi penumpukan limbah kulit semangka di Pasar Caringin dan menghasilkan produk yang bermanfaat bagi kesehatan serta berpotensi memiliki nilai ekonomis.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PEMBENTUKAN IgG ANTI-SARS-CoV-2 PASCAVAKSINASI CoronaVac PADA MASYARAKAT KOTA CIMAHI Patricia Gita Naully; Firdha Rachmawati; R. Noucie Septriliyana
Majalah Kesehatan Vol. 10 No. 1 (2023): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/majalahkesehatan.2022.010.01.1

Abstract

Pemerintah Indonesia mewajibkan seluruh masyarakat termasuk penduduk kota Cimahi untuk melakukan vaksinasi dalam menurunkan angka kasus COVID-19 yang disebabkan oleh infeksi SARS-CoV-2. Respons imun pascavaksinasi dapat dipengaruhi oleh usia, indeks massa tubuh (IMT), dan riwayat infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh usia, jenis kelamin, pekerjaan, IMT, riwayat infeksi, durasi vaksinasi, kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) dan pola hidup terhadap pembentukan IgG anti-SARS-CoV-2 pascavaksinasi CoronaVac pada masyarakat Kota Cimahi. Sampel yang digunakan adalah 83 orang warga Kota Cimahi yang sudah mendapatkan vaksinasi CoronaVac dosis kedua. Titer IgG anti-SARS-CoV-2 dalam serum diukur menggunakan metode ELISA kuantitatif jenis sandwich. Data dianalisis menggunakan metode regresi linear berganda. Hasil menunjukkan bahwa kenaikan usia sebesar satu tahun menurunkan titer IgG anti-SARS-CoV-2 sebesar 0,08 U/ml. Kenaikan IMT sebesar satu poin menurunkan titer sebesar 0,2 U/ml. Riwayat infeksi meningkatkan titer sebesar 1,96 U/ml. Kenaikan durasi vaksinasi sebesar satu bulan menurunkan titer sebanyak 2,85 U/ml. Rutin berolah raga, mengonsumsi protein, vitamin C, dan D meningkatkan titer sebesar 0,88 U/ml, 0,68 U/ml, 0,17 U/ml, dan 0,34 U/ml. Usia, IMT, riwayat infeksi, durasi vaksinasi, dan pola hidup yang baik memiliki p-value ≤ 0,05. Dapat disimpulkan bahwa usia, IMT, riwayat infeksi, durasi vaksinasi, dan pola hidup yang baik memberikan pengaruh signifikan, sedangkan jenis kelamin, pekerjaan, dan KIPI tidak berpengaruh terhadap pembentukan IgG anti-SARS-CoV-2 pascavaksinasi CoronaVac pada sampel penelitian.
ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF Chaetoceros calcitrans AGAINST PATHOGEN Staphylococcus aureus AND Staphylococcus epidermidis CAUSING SKIN INFECTION Patricia Gita Naully; Firdha Rachmawati; Wahani Sanelik Ogan
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol. 9 No. 2 (2022): December 2022
Publisher : Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.111 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v9i2.5468

Abstract

ABSTRACT The microalgae Chaetoceros calcitrans has potential as a natural antibacterial but is rarely applied to pathogens that cause skin infections such as Staphylococcus aureus and S. epidermidis. The purpose of this study was to determine the optimum concentration of C. calcitrans extract to inhibit the growth of S. aureus and S. epidermidis. The antibacterial activity of C. calcitrans was tested by the Kirby Bauer diffusion method. The results showed that C. calcitrans extract dissolved in DMSO with the concentrations of 5, 10, 15, and 25 mg mL-1 could produce inhibition zones on S. aureus and S. epidermidis. The average diameter of the largest inhibition zone resulted in the concentration of 25 mg mL-1, namely 10.1 ± 0.5 mm in S. aureus and 9.3 ± 0.5 mm in S. epidermidis. It can be concluded that the extract of C. calcitrans has antibacterial activity against bacteria that cause skin infections S. aureus and S. epidermidis with the optimum concentration of 25 mg mL-1.   ABSTRAK Mikroalga Chaetoceros calcitrans berpotensi sebagai antibakteri alami namun masih jarang diaplikasikan pada patogen penyebab infeksi kulit seperti Staphylococcus aureus dan S. epidermidis. Tujuan penelitian ini adalah menentukan konsentrasi ekstrak C. calcitrans yang paling optimum untuk menghambat pertumbuhan S. aureus serta S. epidermidis. Aktivitas antibakteri C. calcitrans diuji dengan metode difusi Kirby Bauer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak C. calcitrans yang dilarutkan pada DMSO dengan konsentrasi 5, 10, 15, dan 25 mg mL-1 dapat menghasilkan zona hambat pada S. aureus dan S. epidermidis. Rata-rata diameter zona hambat terbesar dihasilkan konsentrasi 25 mg mL-1 yaitu 10,1 ± 0,5 mm pada S. aureus dan 9,3 ± 0,5 mm pada S. epidermidis. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak C. calcitrans memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri penyebab infeksi kulit S. aureus dan S. epidermidis dengan konsentrasi optimum sebesar 25 mg mL-1.
POTENSI EKSTRAK AIR ANGGUR LAUT (Caulerpa lentillifera) SEBAGAI BAHAN BAKU SABUN PEMBERSIH KEWANITAAN Perdina Nursidika; Firdha Rachmawati
Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 6 No 3 (2023): Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Produk pembersih kewanitaan dapat mengatasi permasalahan kewanitaan baik vaginosis, keputihan, maupun vaginitis. Selain memiliki efikasi yang baik, produk pembersih kewanitaan harus aman dan tidak memiliki efek samping terhadap penggunanya. Penggunaan produk alam menjadi salah satu alternatif bahan baku untuk pembuatan produk pembersih kewanitaan. Produk alam yang memiliki potensi tinggi yaitu golongan alga termasuk genus Caulerpa. Anggur laut (Caulerpa lentilifera) bersifat prebiotik yang meningkatkan pertumbuhan bakteri asam laktat, antibakteri, dan anti jamur. Penelitian ini bertujuan untuk menguji ekstrak air C. lentillifera untuk meningkatkan pertumbuhan bakteri asam laktat Lactobacillus acidophilus sehingga berpotensi sebagai bahan baku sabun pembersih kewanitaan. Metode penelitian dimulai dari determinasi, ekstraksi, penapisan fitokimia, dan modifikasi koefisien fenol untuk melihat pertumbuhan Lactobacillus acidophilus. Hasil menunjukkan ekstrak air C. lentillifera dapat menumbuhkan bakteri asam laktat hingga lebih dari 100 koloni, pada konsentrasi terkecil yaitu 2%, dan waktu kontak dua menit. Apabila dibandingkan dengan pembersih kewanitaan komersil, produk ini menghambat pertumbuhan bakteri asam laktat, terutama pembersih dengan kode B yang menghambat pada konsentrasi terkecil dan waktu kontak yang lama. Pembersih dengan kode P dapat menumbuhkan bakteri asam laktat pada konsentrasi terkecil 2% dan waktu kontak dua dan empat menit, namun pada konsentrasi tinggi dan paparan yang panjang pertumbuhan bakteri terhambat. Ekstrak air C. lentillifera juga menjaga pH tetap asam sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen dan menjaga keutuhan sel epitel. Pertumbuhan bakteri asam laktat dalam vagina menghambat pertumbuhan bakteri anaerob dan anaerob fakultatif penyebab vaginosis bakteri dan dapat mengurangi risiko inflamasi. Kesimpulannya ekstrak air C. lentillifera berpotensi sebagai bahan baku sabun pembersih kewanitaan. Kata kunci : Caulerpa lentillifera, Lactobacillus acidophilus, pembersih kewanitaanDOI : 10.35990/mk.v6n3.p273-282
Pisang Nangka (Musa paradisiaca) As An Alternative Media For Aspergillus niger Growth Firdha Rachmawati; Budiman; Sisna Imalda; Lilis Puspa Friliansari
Indonesian Journal of Science and Education Vol. 7 No. 2 (2023): Indonesian Journal of Science and Education
Publisher : Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31002/ijose.v7i1.231

Abstract

Nangka banana (Musa paradisiaca) is one of the most popular bananas in Indonesia. Therefore, the production of waste will increase along with the use of bananas. Nangka banana peel and flesh can be used as an alternative media for mushroom growth because of its high carbohydrate content. The purpose of this study was to observe the growth of Aspergillus niger on alternative media made from nangka banana with concentrations of 8%, 9%, 10%, 11% and 12% and to determine the optimum variation and concentration of alernative media. Aspergillus niger was grown on nangka banana flesh media, nangka banana peel media and mix of nangka banana peel and flesh as well as PDA (Potato Dextrose Agar) media as a positive control using the single dot method. Colony diameter and pigmentation were observed for five days. The variation of nangka banana mix media with a concentration of 12% is the optimum variation and concentration to grow Aspergillus niger. Keywords: Alternative media, Aspergillus niger, nangka banana
Pisang Nangka (Musa paradisiaca) As An Alternative Media For Aspergillus niger Growth Firdha Rachmawati; Budiman; Sisna Imalda; Lilis Puspa Friliansari
Indonesian Journal of Science and Education Vol. 7 No. 2 (2023): Indonesian Journal of Science and Education
Publisher : Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31002/ijose.v7i1.231

Abstract

Nangka banana (Musa paradisiaca) is one of the most popular bananas in Indonesia. Therefore, the production of waste will increase along with the use of bananas. Nangka banana peel and flesh can be used as an alternative media for mushroom growth because of its high carbohydrate content. The purpose of this study was to observe the growth of Aspergillus niger on alternative media made from nangka banana with concentrations of 8%, 9%, 10%, 11% and 12% and to determine the optimum variation and concentration of alernative media. Aspergillus niger was grown on nangka banana flesh media, nangka banana peel media and mix of nangka banana peel and flesh as well as PDA (Potato Dextrose Agar) media as a positive control using the single dot method. Colony diameter and pigmentation were observed for five days. The variation of nangka banana mix media with a concentration of 12% is the optimum variation and concentration to grow Aspergillus niger. Keywords: Alternative media, Aspergillus niger, nangka banana