Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search
Journal : Journal of Aquaculture Management and Technology

PENGARUH BERBAGAI JENIS PAKAN SEGAR TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN KEPITING BAKAU (Scylla serrata) CANGKANG LUNAK DENGAN METODE POPEYE Wahyuningsih, Yuni; Pinandoyo, -; Widowati, Lestari Lakhsmi
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (410.479 KB)

Abstract

Pemberian berbagai jenis pakan segar terhadap kepiting bakau cangkang lunak diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan kepiting bakau cangkang lunak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai jenis pakan segar terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan kepiting bakau (Scylla serrata) cangkang lunak, mengetahui jenis pakan segar terbaik serta jenis pakan segar yang dapat mempercepat proses molting. Penelitian dilakukan secara eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 kali ulangan. Perlakuan A (ikan petek), B (keong mas), C (usus ayam). Metode popeye diterapkan pada hewan uji. Bobot awal rata-rata 70,83±0,57 g/ekor. Kepiting dipelihara didalam basket berisi satu ekor kepiting. Pengamatan berakhir ketika kepiting mengalami molting. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian tiga jenis pakan berbeda berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap laju pertumbuhan relatif (RGR), efisiensi pemanfaatan pakan (EPP), protein efisiensi rasio (PER). Tetapi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap tingkat kelulushidupan. Hasil pengukuran menunjukan bahwa kepiting yang diberi pakan B (keong mas) menghasilkan nilai paling tinggi yaitu pada nilai RGR sebesar (3.13±0,18%/hari), EPP sebesar (14,26±1,30%), PER sebesar (0.24±0,02%). Perlakuan A (Ikan petek) dan B (keong mas) lebih cepat mengalami molting, secara umum kepiting molting terjadi pada pukul 21.00–00.00 berjumlah berkisar  2 – 8 ekor/hari. Kualitas air masih dalam nilai kelayakan untuk budidaya kepiting bakau cangkang lunak. Various types of fresh feed to soft shell mud crab is expected to increase a growth of soft shell  crab. The aims of this research was to determine the effect of various types fresh feed to growth and survival of  soft shell crab (Scylla serrata)  to determine the best types of fresh feed, and to determine the best fresh feed to moulting process. The research was done by experimental method used completely randomized design (CRD) with 3 treatments and 4 replications. Treatment A (Leiognathus splendens Cuv), B (snails), C (chicken intestines). Mangrove crab that be used popeye methode was applied in. The early weight is approximately 70.83±0.57g/for each crab. Crabs were cultured in baskets which size of 25 x 16 x 15 cm. The results showed that a giving of various types feed had a significant effect (P<0,05) to relative growth rate (RGR), efficiency of feed utilization (EPP), and protein efficiency ratio (PER), but had no significant effect (P>0,05) to survival rate. The result showed that crab which was given feed B (snail) had the highest value in RGR (3.13±0,18%/day), EPP (14.26±1,30%), and PER (0.24±0,02%). Moulting process a was faster in treatment A. Generaly the moulting time occurred at 21.00-00 o’clock for 2-8 crabs/day. Water quality value was capable for shoft shell mud crab culture.
ANALISA POTENSI PRODUKSI TAMBAK IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI KECAMATAN WEDUNG DENGAN PENERAPAN APLIKASI TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH Widiana, Giacinta Risti; Prayitno, Slamet Budi; Widowati, Lestari Lakhsmi
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (540.111 KB)

Abstract

Ikan bandeng (Chanos chanos) merupakan salah satu ikan air payau yang banyak diminati di Indonesia untuk dikembangkan. Ikan bandeng di Kecamatan Wedung banyak dibudidayakan dalam tambak dengan sistem ekstensif, yaitu sistem budidaya tanpa pemberian pakan tambahan sehingga seluruh hidupnya bergantung pada ketersediaan pakan alami berupa klekap pada tambak tersebut. Kurangnya informasi mengenai karakteristik perairan dan ketersediaan klekap di sekitar lahan budidaya tambak bandeng di Kecamatan Wedung menyebabkan pemanfaatan lahan yang tidak optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa kesesuaian lahan budidaya tambak bandeng serta menganalisa potensi produksi tambak bandeng di Kecamatan Wedung berdasarkan ketersediaan klekap sebagai sumber pakan alami ikan bandeng. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus yang meliputi 2 tahapan, yaitu pengumpulan data dan analisa data. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran langsung ke lapangan sebanyak 7 titik penelitian dan wawancara terhadap petani tambak. Data yang telah didapat kemudian diolah dengan menggunakan ArcGis 10.0. Pengohanan data dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu pembuatan peta dasar, pembuatan peta kontur sebaran spasial dari setiap parameter, overlay, layout dan scoring. Data yang dihasilkan berupa model spasial. Analisa kesesuaian perairan dilakukan dengan pembuatan matriks kesesuaian kemudian pembobotan dan penghitungan skor berdasarkan tingkat pengaruh dari setiap parameter terhadap daerah yang berpotensi untuk budidaya bandeng. Selanjutnya dilakukan analisa potensi produksi berdasarkan ketersediaan klekap. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah luasan tambak Kecamatan Wedung sebesar ± 1.663 ha termasuk dalam kategori cukup sesuai (S2) dan tambak dengan luas ± 1.911 ha masuk dalam kategori sesuai bersyarat (S3). Dilihat dari faktor ketersediaan klekap pada titik I memiliki potensi bandeng 663 kg, titik IV sebanyak 990 kg dan titik VII sebanyak 955 kg. Pertambakan di kecamatan Wedung memiliki potensi untuk dikembangkan karena memiliki total ketersediaan klekap sebesar 120% dari total kebutuhan bandeng.    Milkfish(Chanos chanos) is the one of fishes of brackish water much demanded in Indonesia to be developed. Milkfish in Wedung subdistrict lot of cultivated in ponds with extensively scale, is the system cultivication without additional feed so the entire life  relied on the availability natural feed of klekap on that ponds. Lacking of information regarding the characteristic of the water and availability of klekap around the ponds of milkfish in Wedung subdistrict as led to the utilization of locations became unoptimum. The study was aimed to analysis the suitability of cultivating lands ponds of milkfish and analysis of milkfish ponds potention production in Wedung subdistrict based on availability of klekap as natural feed. The method used is data collection by survey in the field and then analyzed. The data had been collected was done by direct measurement in the field and interviews with fish farmers. The data have been obtained were processed by using ArcGIS 10.0. The steps started with  with base map creation stages, Making contour map of the spatial distribution of each parameter, Overlay, Layout and Scoring which earned spatial model. The analysis was made by making the waters suitability matrix, then weighting and calculating the score based on the degree of each parameter influenced towards the potential areas for cultivation of milkfish. Further analysis based on availability klekap production potential. The results obtained fromt his study is about ± 1.663 ha ponds area in Wedung subdistrict belong to S2 category and ponds with an area ± 1.911 ha belongs to S3 category. Seen from the availability of klekap in station 1 has potential production of bandeng about 663 kg, station IV about 990 kg and station VII about 955 kg. Ponds area in Wedung subdistrict hasthe potential to be developed having total klekap availability about 120% of totalneeds ofmilkfish.
PENGARUH PADAT TEBAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TERABRASI DESA KALIWLINGI KABUPATEN BREBES Faisyal, Yogi; Rejeki, Sri; Widowati, Lestari Lakhsmi
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (448.378 KB)

Abstract

Peningkatan padat penebaran merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi ikan bandeng (C. chanos).  Namun, hal tersebut berpotensi membawa dampak negatif, seperti penurunan kualitas air. Berbagai penerapan sistem budidaya dilakukan untuk meningkatkan kualitas produksi dalam kegiatan budidaya salah satunya memperhatikan padat penebaran yang digunakan dalam budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh padat tebar berbeda terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan ikan bandeng dan mengetahui padat tebar berbeda yang memberikan pertumbuhan dan kelulushidupan tertinggi  ikan bandeng.  Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diujikan adalah padat tebar berbeda dalam pemeliharaan dengan menggunakan keramba jaring apung yaitu perlakuan A (10 ekor/m2),B (20 ekor/m2), dan C (30 ekor/m2). Ikan uji yang digunakan yaitu, ikan bandeng (C. chanos) dengan rerata bobot individu 2,02 ± 0,21 g. Ikan bandeng dipelihara dalam keramba jaring apung (5x3x1) m3 selama 75 hari. Data yang diamati meliputi laju pertumbuhan spesifik, kelulushidupan, kualitas air, dan kelimpahan plankton. Pengukuran kualitas air meliputi suhu, oksigen terlarut, salinitas, arus dan pH yang dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Berdasarkan pada uji ANOVA menunjukkan adanya pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai laju pertumbuhan spesifik, dan kelulushidupan. Perlakuan A memberikan pertumbuhan dan kelulushidupan terbaik dibandingkan perlakuan yang lain, dengan pertumbuhan laju pertumbuhan spesifik (2,63±0,24 %/hari), dan kelulushidupan (84,66 ± 3,28 %). Secara umum, suhu, oksigen terlarut, salinitas, arus dan pH selama penelitian berada pada kisaran yang layak untuk kehidupan ikan bandeng. Increased stocking density was one way to increase the production of milkfish (C. chanos). However, it was could potentially have negative impacts, such as the degradation of water quality. Various application of the cultivation system was conducted to improve the production quality in farming activities, one of them stocking density used in the cultivation. This research was aimed to determine the effect of different stocking density on growth and survival of milkfish and determine the stocking density which gives the highest growth and survival of milkfish. This research using a completely randomized design with 3 treatments and 3 replication. The treatments were different stocking density in maintenance by using floating net cages that treatment A (10 fish/m2), B (20 fish/m2), and C (30 fish/m2). The fish samples using milkfish (C. Chanos) with an individual average weight of 2.02 ± 0.21 g and long 5.86 ± 0.51 cm. Fish reared in floating net cages (5x3x1) m3 for 75 days. Data observed specific growth rate, survival rate, water quality, and the abundance of plankton. Measurements of water quality include temperature, dissolved oxygen, salinity, currents and pH were performed at the beginning and end of the research. Based on the ANOVA showed a highly significant effect (P <0.01) to the value of absolute weight, relative growth rate, specific growth rate, and survival. Treatment A gives the best growth and survival rate compared to other treatments, with specific growth rate (2,63 ± 0, 24 %/day), and survival rate (84,66 ± 3,28 %). In general, temperature, dissolved oxygen, salinity, currents and pH during the research were still in the reasonable range for fish life.
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR DENGAN LAMA PERENDAMAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT (Caulerpa lentillifera) Dewi Nurfebriani Nurfebriani; Sri Rejeki; Lestari Lakhsmi Widowati
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (402.7 KB)

Abstract

Budidaya Caulerpa lentillifera masih terdapat kendala yaitu ketersediaaan bibit yang tidak kontinu.  Hal ini dikarenakan sifatnya yang musiman sehingga mengakibatkan tidak adanya kontuinitas produsi  C. lentillifera setiap waktu. Produksi C. lentillifera dapat ditingkatkan dengan adanya pengembangan teknologi budidaya. Teknologi budidaya yang dilakukan salah satunya dengan penambahan pupuk. Penambahan pupuk pada media pemeliharaan bertujuan untuk mencukupi nutrien yang dibutuhkan untuk rumput laut. Perlu dilakukan penelitian dengan penambahan pupuk organik cair dengan lama perendaman yang berbeda dan lama perendaman yang terbaik untuk pertumbuhan C. lentillifera  guna meningkatkan produksinya. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan yaitu perlakuan A (0jam); B (2 jam); C (4 jam); D (6 jam) dan E (8 jam) dengan dosis pupuk 2,5 mL/L. Data yang didapatkan selama penelitian meliputi laju pertumbuhan spesifik dan parameter kualitas air. Data dianalisis dengan ANOVA dan dilakukan uji Duncan. Hasil menunjukkan pemberian dosis pupuk organik cair dengan lama perendaman yang berbeda berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap l6 laju pertumbuhan spesifik. Uji Duncan memperlihatkan perlakuan D dengan lama perendaman 6 jam memberikan hasil terbaik dari semua perlakuan dengan nilai laju pertumbuhan spesifik (3.27±5.12%/hari). Parameter kualitas air masih dalam kisaran yang tepat untuk pertumbuhan C. lentillifera. Discontinuity of seeds availability becomes an obstacle in Caulerpa lentillifera cultivation. C. lentillifera is a seasonal variety of seaweed, so that makes it has no continuity of production. C. lentillifera production can be increased by development cultivation technology. One of cultivation technologies can be done is by adding the fertilizer. The aim of fertilizer addition on rearing media is to add the nutrient the seaweed require. Thus, there is a need to study on the effect of immertion duration with liquid organic fertilizer. The aims of this investigation is to find out the effect of different time of liquid organic fertilizer immersion on the growth of C. lentillifera  and to find out the proper time of immersion that result in the best growth of C. lentiilifera. This study was done experimentally by applying a Completely Randomized Design with 5 treatments, namely  A (0 hour); B (2 hours); C (4 hours), D (6 hours) and E (8 hours) with fertilizer dose of 2,5mL/L. Each treatment was replicated 4 repititions. The data collected were specific growth rate and water quality parameters. Data parameters was analyzed using ANOVA  followed by Duncan’s test. The result shows that application of liquid organic fertilizer with different immersion duration  shows highly significantly  affect (P<0.01) on specific growth rate. The best growth was found in treatment D (6 hours) with specific growth rate (3.37±0.17%)/day.  The water quality parameters were still in the proper range for  C. lentillifera growth.
PENGARUH SALINITAS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT LATOH (Caulerpa lentillifera) DI LABORATORIUM PENGEMBANGAN WILAYAH PANTAI (LPWP) JEPARA Ana Yuliyana; Sri Rejeki; Lestari Lakhsmi Widowati
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (255.385 KB)

Abstract

Budidaya rumput laut latoh (C. lentillifera) dipengaruhi oleh beberapa parameter seperti salinitas. Salinitas terkait erat dengan tekanan osmotik yang mempengaruhi keseimbangan tubuh organisme akuatik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh salinitas yang berbeda pada tingkat pertumbuhan rumput laut latoh (C.lentillifera) dan untuk menentukan salinitas yang dapat memberikan pertumbuhan terbaik dari rumput laut latoh  (C. lentillifera). Penelitian ini dilakukan dengan Metode yang digunakan  adalah rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan, perlakuan A (20 ppt), B (25 ppt ), C (30 ppt) dan D (35 ppt). Berat awal rumput laut yang digunakan adalah 25 g, penelitian ini dilakukan selama 35 hari. Data yang dikumpulkan adalah laju pertumbuhan spesifik dan parameter kualitas air. Hasil penelitian menujukan salinitas memberikan pengaruh sangat nyata, terhadap pertumbuhan rumput laut latoh (C. lentillifera), laju pertumbuhan spesifik menunjukan rata-rata perlakuan A sebesar (1.42%/hari),  perlakuan B yaitu (1.84%/hari), perlakuan C sebesar (3.53%/hari), sedangkan perlakuan  D yaitu (2.82 %/hari). Berdasarkan dari uji statistik didapat kesimpulan, perbedaan salinitas berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan rumput laut latoh  (C.lentillifera), laju pertumbuhan spesifik terbaik ditunjukkan oleh perlakuan 30 ppt, dengan laju pertumbuhan harian 3.59% / hari. parameter kualitas air masih dalam kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan rumput laut latoh  (C. lentillifera). Seaweed cultivation (C. lentillifera) is influenced by several parameters such as salinity. Salinity is closely related to the osmotic pressure that affects the body's balance of aquatic organisms. This study aims to determine the effect of different salinity on the growth rate (C.lentillifera) and to determine the salinity that can provide the best growth of seaweed (C. lentillifera). This research was conducted with the method used was completely randomized design with 4 treatments and 5 replications, treatment A (20 ppt), B (25 ppt), C (30 ppt) and D (35 ppt). Initial weight of the seaweed used is 25 g, the study was conducted over 35 days. The data collected is specific growth rate and water quality parameters. Results of research addressing salinity effect is very real, on the growth of seaweed (C. lentillifera), specific growth rate showed an average treatment A by (1.42% / day), which treatment B (1.84% / day) , treatment of C of (3.53% / day), whereas treatment D is (2.82% / day). Based on statistical test obtained conclusion, salinity differences very significant effect on the growth of seaweed latoh (C.lentillifera), specific growth rate best demonstrated by the treatment of 30 ppt, with a daily growth rate of 3.59% / day. parameter water quality is still in favorable conditions for the growth of seaweed (C.lentillifera).
PRODUKSI DAN KUALITAS RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DENGAN KEDALAMAN BERBEDA DI PERAIRAN BULU KABUPATEN JEPARA Muhamad Fikri; Sri Rejeki; Lestari Lakhsmi Widowati
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.187 KB)

Abstract

Rumput laut merupakan salah satu komoditas perikanan yang sangat potensial untuk dikembangkan di daerah pesisir. Dalam rangka pengembangan potensi ini diperlukan salah satu teknik budidaya yang dapat mengoptimalkan kolom perairan sehingga hasil produksi maupun kualitas rumput laut Eucheuma cottonii dapat optimal. Kedalaman yang berbeda pada rumput laut E.cottonii dapat menyerap cahaya serta unsur hara yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh kedalaman yang berbeda terhadap produksi dan kualitas rumput laut Eucheuma cottonii, dan mengetahui kedalaman yang memberikan produksi dan kualitas rumput laut E.cottonii terbaik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2014. Tanaman uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumput laut dari jenis Eucheuma cottonii dengan bobot awal 100 gram pada setiap perlakuan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 12 kali ulangan. perlakuan A (kedalaman 30 cm), B (kedalaman 60 cm), dan C (kedalaman 90 cm). Data yang dikumpulkan adalah laju pertumbuhan harian, dan kandungan karaginan rumput laut E. cottonii. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedalaman yang berbeda berpengaruh nyata terhadap produksi dan kualitas rumput laut E. cottonii. Perlakuan A (kedalaman 30 cm)  menunjukkan pertumbuhan relatif (176,67 %), laju pertumbuhan harian (2,26 %/hari), dan kandungan karagenan (87,70%) . Sedangkan pada perlakuan B (kedalaman 60 cm) pertumbuhan relatif (157,50 %), laju pertumbuhan harian (2,10 %/hari), dan kandungan karagenan (71,20 %). Perlakuan C (kedalaman 90 cm) pertumbuhan relatif (111, 25 %), laju pertumbuhan harian (1,66 %/hari), dan kandungan karagenan (70,01 %). Kesimpulan yang didapat ialah kedalaman berbeda berpengaruh terhadap produksi dan kualitas rumput laut E. cottonii dan perlakuan A (kedalaman  30 cm) memberikan produksi serta kualitas rumput laut E.cottonii terbaik dan direkomendasikan untuk dibudidayakan. Seaweed is one of very potential comodity to be developed in coastal areas. In order to increase this potential can required cultivation techniques by optimize in water column production and quality of the seaweed Eucheuma cottonii. Seaweed E. cottonii can absorb light and different nutrient at different depth. The objective of was research were to know the effects of different depths on the production and quality of seaweed Eucheuma cottonii, and the depth that gives the best production and quality seaweed E. cottonii. The research was conducted from July to August 2014. Seaweed used in this study was the seaweed Eucheuma cottonii with initial weight of 100 g in each treatment. The experimental design used was a completely randomized design with 3 treatments and 12 replications. Treatment A (30 cm depth), treatment B (60 cm depth), and treatment C (90 cm depth). Data collected are daily growth rate and the content of carrageenan. The results showed that different depths significantly affect the production and quality of seaweed Eucheuma cottonii. Treatment A (30 cm depth) showed relative growth (176.67 %), daily growth rate (2.26%/day), and carrageenan content (87.70%). Treatment B (60 cm depth) relative growth (157.50%), daily growth rate (2.10%/day), and carrageenan content (71.20%). Treatment C (90 cm depth) relative growth (111, 25%), daily growth rate (1.66% / day), and carrageenan content (70.01%). The conclusion is a different depths significantly affect the production and quality of seaweed E. Cottonii, and treatment A (30 cm depth) provide production and the best quality of seaweed E. cottonii and recommended for cultivated.
Profil Kelulushidupan dan Pertumbuhan Kerang Hijau (Perna viridis) pada Posisi Compound Structure yang Berbeda di Timbulsloko, Sayung, Demak Rahayu, Eka Puji; Hastuti, Sri; Widowati, Lestari Lakhsmi
Journal of Aquaculture Management and Technology Vol 13, No 1 (2024): Journal of Aquaculture Management and Technology
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Compound structure merupakan sabuk pantai buatan dari bambu sebagai pemecah gelombang untuk mencegah abrasi pantai. Compound structure juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat budidaya. Kerang hijau (Perna viridis) merupakan biota lunak (moluska) yang hidup sessil di laut. Budidaya kerang hijau hanya mengandalkan pakan alami. Perbedaan posisi mempengaruhi kelulushidupan dan pertumbuhan kerang hijau. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui profil kelulushidupan dan pertumbuhan kerang hijau pada posisi Compound structure berbeda di Timbulsloko, sayung, Demak. Perlakuan berupa kelulushidupan dan pertumbuhan dengan variabel terikat perbedaan posisi. Sampel uji menggunakan 50 ekor spat/kantong dengan 6 kantong setiap lokasi selama 2 bulan. Pengumpulan data meliputi nilai kelulushidupan, pertumbuhan mutlak, pertumbuhan spesifik (SGR), serta kualitas daging. Hasil kelulushidupan kerang hijau CS A 100±0% lebih baik dibanding CS B dengan 72,33±19,82% akibat perbedaan salinitas dari arus dari muara sungai. SGR bobot dan panjang CS A dan CS B tidak berbeda nyata. SGR bobot CS A 1,53±0,23%/hari, CS B 1,40±0,24%/hari. SGR panjang CS A 0,49±0,13%/hari, CS B 0,36±0,10%/hari. Pertumbuhan tersebut disebabkan oleh klorofil-a yang mencukupi kebutuhan pakan dan C organik untuk pertumbuhan cangkang. Kualitas daging CS A 29,96±1,44% lebih tinggi dibanding CS B dengan 26,41±2,32% karena pengaruh N dan P dari sungai yang berpengaruh pada kandungan klorofil-a sebagai pakan kerang hijau.