Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Analisis tentang Relevansi Ibadah Gereja Pascapandemi Covid-19 Irfan Feriando Simanjuntak; Ramses Simanjuntak; Agiana Her Visnhu Ditakristi
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika Vol 3, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53547/diegesis.v3i1.63

Abstract

Covid-19 pandemic has caused churches to change their worship patterns from those implemented in church buildings to virtual worship at home. This decision relates to the government's call for social distancing and physical distancing in order to break the chain of transmission of the virus which is very easy to move especially through interactions between people in the crowd. In connection with this new worship phenomenon, this research aims to analyze and explore the theological principles of Christian worship, especially with regard to the question of the relevance of worship together in church buildings after the Covid-19 pandemic ends. The method used is descriptive qualitative through research on various literatures to produce a theologically based writing. Based on this study, it is concluded that joint worship in the church building remains relevant because it has an accountable basis. This is certainly important in the education and maturity of the people so that they continue to view worship in the church building is something that is important to carry out even after the phenomenon of the Covid-19 pandemic passed. AbstrakPandemi Covid-19 telah menyebabkan gereja-gereja harus mengubah pola ibadahnya dari yang dilaksanakan di gedung gereja kepada pola ibadah virtual di rumah. Hal ini berkaitan dengan imbauan pemerintah untuk melakukan social distancing dan physical distancing demi memutus mata rantai penularan virus tersebut yang sangat mudah berpindah terutama melalui interaksi antar manusia di dalam kerumunan. Berkaitan dengan fenomena ibadah yang baru ini, penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan menggali prinsip teologis ibadah Kristiani, khususnya berkaitan dengan pertanyaan masih relevankah beribadah bersama di gedung gereja setelah pandemi Covid-19 berakhir. Metode yang digunakan bersifat kualitatif deskriptif melalui penelitian terhadap berbagai literatur sehingga diharapkan menghasilkan tulisan yang bersifat teologis. Berdasarkan penelitian ini, disimpulkan ibadah bersama di gereja tetap relevan dilaksanakan karena memiliki landasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini tentunya penting dalam pendidikan dan pendewasaan umat sehingga tetap memandang beribadah di gereja adalah sesuatu hal yang penting dilaksanakan bahkan setelah fenomena pandemi Covid-19 berlalu. 
Penerapan Metode Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam Meningkatkan Literasi Dan Spiritual Anak Untuk Mendukung Keterbatasan Keluarga Di Pulau Teluk Nipah Talizaro Tafonao; Rismag Dalena F.M Br Manurung; Jenri Prada Sibarani; Agiana Her Visnhu Ditakristi; Manahan Uji Simanjuntak; Solideo Gloriana Bole; Wilson Zalogo
TRIDARMA: Pengabdian Kepada Masyarakat (PkM) Vol. 5 No. 1 (2022): TRIDARMA: Pengabdian Kepada Masyarakat (PkM)
Publisher : Institute of Computer Science (IOCS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35335/abdimas.v5i1.2102

Abstract

Meningkatkan literasi dan spiritual kepada anak-anak merupakan tanggung jawab bersama terutama keluarga dan gereja melalui pengajaran pendidikan agama Kristen. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi saat ini orang tua harus berupaya memberi layanan pendidikan kepada setiap anak. Dengan kata lain orang tua harus bertanggung jawab mengajar dan menyekolahkan anak-anaknya sampai kepada ke jenjang yang lebih tinggi. Tetapi dalam kenyataannya masih ada anak-anak yang belum menikmati layanan pendidikan sebagaimana mestinya, seperti anak-anak sekolah minggu yang ada di Pulau Teluk Nipah – Batam. Anak-anak yang ada di Pulau tersebut sebagian besar tidak bersekolah karena keterbatasan ekonomi kelurga serta jarak sekolah yang ditempuh cukup jauh dari rumah. Sasaran dalam program pengabdian ini adalah meningkatkan literasi dan spiritual anak-anak sekolah minggu di Pulau Teluk Nipah – Batam melalui penerapan metode pengajaran pendidikan Agama Kristen, sehingga anak-anak memiliki semangat dalam meningkatkan prestasi belajar untuk meraih masa depan yang lebih baik. Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi terlihat anak-anak sekolah minggu dalam mengikuti kegiatan ini sangat antusias. Peningkatan literasi dan spiritual ini dilaksanakan selama 1 hari yaitu pada tanggal 22 Desember 2021 dengan jumlah peserta yang di rencanakan sebanyak 20 anak sekolah minggu. Setelah mengikuti kegiatan ini, anak-anak sekolah minggu dan orang tua memiliki pemahaman bahwa belajar dan sekolah itu sangat penting untuk masa depan anak.
Filosofi Boraspati dalam Menerapkan Kekristenan di Tengah Masyarakat Majemuk Tri Murni Situmeang; Agiana Her Visnhu Ditakristi
Pietas: Jurnal Studi Agama dan Lintas Budaya Vol. 1 No. 1 (2023): Desember
Publisher : Lembaga Penelitian dan Publikasi Ilmiah, Yayasan Yuta Pendidikan Cerdas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62282/pj.v1i1.15-28

Abstract

Filosofi merupakan pola berfikir manusia, prinsip hidup, ataupun cara berfikir manusia. Pada dasarnya orang Batak terkenal dengan kekayaan filosofi hidup seperti itu. Bahkan dalam beradaptasi dalam pergaulan, orang Batak selalu dilatarbelakangi oleh filososfi. Salah satu simbol dalam filosofi Batak yang melatarbelakangi hubungan bermasyarakat dilambangkan dengan gambar sepasang cicak yang di sebut Boraspati. Tujuan penulisan artikel ini adalah mendeskripsikan tentang budaya bermasyarakat Batak Toba melalui filososfi Boraspati dalam menerapkan kehidupan kekristenan di tengah masyarakat majemuk. Artinya kehidupan orang Batak dapat beradaptasi kepada siapapun dan budaya apapun. Peneliti menggunakan metode peneliti deskriptip kualitatif dengan kajian studi pustaka yang didasarkan pada buku-buku, artikel jurnal dan media yang lain terpercaya. Hasil dalam artikel ini adalah menekankan bahwa pemahan tentang filosofi Boraspati sebagai sistem kekerabatan di suku batak merupakan kunci dalam menerapakan kehidupan Kekristenan di dalam kehidupan bermasyarakat majemuk, baik dalam berorganisasi, bermasyarakat dan berbudaya sosial dengan yang lainnya.
Guru sebagai Garda Terdepan: Membentuk Generasi Moderat dalam Pendidikan Agama Kristen David Folind Zega; Talizaro Tafonao; Agiana Her Visnhu Ditakristi; Rita Evimalinda; Daniel Agustin
Educatum: Jurnal Dunia Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2024): Juni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Publikasi Ilmiah (LPPI), Yayasan Yuta Pendidikan Cerdas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62282/je.v1i2.139-156

Abstract

Indonesia menjadi suatu bangsa yang terdiri dari ribuan pulau, berbagai macam ras, etnis, bahasa, suku, dan budaya yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman. Ancaman akan terjadinya konflik menjadi lebih besar. Terdapat tindakan-tindakan yang mengarah pada radikalisme, ekstremisme, kebencian terhadap pihak tertentu, kekerasan, dan vandalisme dapat menjadi faktor penghancur persatuan. Kurangnya kesadaran menghargai keberagaman akan mengarah pada sikap yang menganggap kelompoknya paling benar, sehingga berpotensi terjadinya gejolak serta fenomena-fenomena yang memunculkan kurangnya keharmonisan dalam bermasyarakat. Uraian dalam penelitian ini tentu memperlihatkan bahwa peranan guru Pendidikan Agama Kristen sangat menentukan terciptanya peserta didik yang dewasa dalam bermasyarakat. Guru Pendidikan Agama Kristen harus menanamkan niali-nilai moderasi berdasarkan dari kisah-kisah Alkitab yang seperti Yesus ajarkan. Guru pendidikan agama Kristen merupakan agen keteladanan harus mampu memberikan contoh melalui sikap perbuatan maupun tutur katanya. Selain itu guru Pendidikan Agama Kristen melaksanakan inovasi atau mengembangkam kurikulum pembelajaran dengan mencantumkan nilai-nilai moderasi. Artikel ini akan membahas mengenai peran guru sebagai Garda terdepan dalam upaya membentuk moderasi beragama di sekolah.