Yekti Wirawanni
Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Published : 21 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Journal of Nutrition and Health

HUBUNGAN KONSUMSI KARBOHIDRAT, KONSUMSI TOTAL ENERGI, KONSUMSI SERAT, BEBAN GLIKEMIK DAN LATIHAN JASMANI DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 IMMAWATI, FITRI ROHMATILLAH; WIRAWANNI, YEKTI
JNH (Journal of Nutrition and Health) Vol 2, No 3 (2014): JOURNAL OF NUTRITION AND HEALTH
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.308 KB) | DOI: 10.14710/jnh.2.3.2014.%p

Abstract

Abstrak Latar Belakang : Prevalensi Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 meningkat secara epidemologis di seluruh dunia. Pola makan dan pola hidup santai merupakan faktor resiko Diabetes Mellitus Tipe 2. Tujuan: Menjelaskan hubungan konsumsi karbohidrat, konsumsi total energi, konsumsi serat, beban glikemik, frekuensi latihan jasmani dan durasi latihan jasmani dengan kadar glukosa darah puasa dan kadar glukosa darah 2 jam postprandial. Metode: penelitian belah lintang dengan 46 pasien DM sebagai subyek penelitian. Subyek penelitian ini terdiri atas 17 orang laki ? laki dan 29 orang perempuan. Penelitian ini dilaksanakan di rumah sakit DR. Kariadi Semarang selama bulan Febuari ? Maret 2008. Data konsumsi makanan diperoleh dengan formulir frekuensi makan semi kuantitatif dan recall. Data latihan jasmani diperoleh dengan kuesioner. Data kadar glukosa darah diperoleh dari rekam medik. Analisis data menggunakan korelasi Pearson Product Moment dan  Regresi Linear Berganda. Hasil: Sebagian besar (76,1%) subyek mempunyai kadar glukosa darah puasa termasuk kategori tinggi. Sebagian besar (78,3%) subyek mempunyai kadar glukosa darah 2 jam postprandial termasuk kategori tinggi. Terdapat hubungan bermakna dengan kadar glukosa darah puasa pada konsumsi karbohidrat (r: 0,638, p: 0,000), konsumsi total energi (r: 0,539, p:0,000), konsumsi serat (r: -0,670, p:0,000), beban glikemik (r: 0,345, p:0,019) , frekuensi latihan jasmani (r: -0,561, p:0,000) dan durasi latihan jasmani (r: -0,393, p:0,007). Terdapat hubungan bermakna dengan kadar glukosa darah 2 jam postprandial pada konsumsi total energi (r: 0,673, p:0,000), konsumsi serat (r: -0,638, p:0,000), beban glikemik (r: 0,775, p:0,000) , frekuensi latihan jasmani (r: -0,482, p:0,001) dan durasi latihan jasmani (r: -0,393, p:0,007). Kesimpulan: Konsumsi karbohidrat berhubungan positif dengan kadar glukosa darah puasa. Konsumsi total energi dan beban glikemik berhubungan positif dengan kadar glukosa darah puasa dan kadar glukosa darah 2 jam postprandial. Konsumsi karbohidrat, konsumsi total energi, konsumsi serat, beban glikemik, frekuensi latihan jasmani dan durasi latihan jasmani secara bersama ? sama mempengaruhi 69,7% kadar glukosa darah puasa. Konsumsi total energi, konsumsi serat, beban glikemik, frekuensi latihan jasmani dan durasi latihan jasmani secara bersama ? sama mempengaruhi 71,3% kadar glukosa darah 2 jam postprandial. Kata Kunci: Konsumsi karbohidrat, total energi, serat, beban glikemik, latihan jasmani, kadar glukosa darah, Diabetes Mellitus Tipe 2.
PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN PENAMBAHAN PEMBERIAN MINYAK, SANTAN, IKAN, DAN KACANG KACANGAN UNTUK MENINGKATKAN STATUS GIZI ANAK Wirawanni, Yekti; Puruhita, Niken; Sukmaningtyas, Hermina
JNH (Journal of Nutrition and Health) Vol 1, No 1 (2013): JOURNAL OF NUTRITION AND HEALTH
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.745 KB) | DOI: 10.14710/jnh.1.1.2013.%p

Abstract

ABSTRAKLatar belakang : Status gizi anak ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain makanan pendamping ASI(MPASI) yang mengandung kalori dan protein yang cukup dan diberikan mulai umur 4 bulan. MPASI inisering diberikan dalam jumlah dan kualitas yang kurang, karena ketidaktahuan ibu tentang MPASI yangbergizi.Tujuan : Untuk melihat adanya perbedaan kandungan energi dan protein MPASI serta status gizi bayisebelum dan sesudah penyuluhan. Penyuluhan diberikan kepada ibu-ibu balita untuk meningkatkan kaloridan protein. Makanan pendamping ASI dengan menambahkan minyak, santan, ikan dan kacang-kacanganpada Makanan Pendamping ASI yang diberikan untuk anak.Metode: Rancangan penelitian ini adalah pre- and post-test design dengan sampel sebanyak 20 orang ibukeluarga nelayan yang menpunyai  anak usia 0-2 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancaraberdasarkan kuesioner. Berat badan ditimbang dengan dacin, sedangkan panjang anak diukur denganmeteran pada saat posyandu. Status gizi anak dinilai dengan antropometri dengan menggunakan batasanz-score ? 2 SD dari buku WHO-NCHS. Uji statistik dengan Wilcoxon Signed rank test dengan batasankemaknaan 0,05.Hasil : Kandungan energi  MPASI rata-rata 312,8 kal/hari dan protein 9,69 gram/hari. Anak nelayan diRW I,II,III Kelurahan Bandarhardjo rata-rata berada dalam keadaan gizi yang baik dengan rerata z scoretinggi badan menurut umur, berat badan menurut umur dan berat badan menurut tinggi badan lebih besardari -2SD.Simpulan : Terdapat peningkatan kandungan energi, protein, z score berat badan menurut tinggi badansebelum dan setelah penyuluhan, namun tidak bermakna. Sedangkan z score tinggi badan menurut umurada peningkatan bermakna (p=0,03)Kata kunci : Status gizi, Makanan Pendamping ASI, keluarga nelayan
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DAN LAMA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PENYAKIT INFEKSI DAN STATUS GIZI BAYI USIA 1 – 6 BULAN PERTIWI, ARIES DIAN; WIRAWANNI, YEKTI
JNH (Journal of Nutrition and Health) Vol 2, No 1 (2014): JOURNAL OF NUTRITION AND HEALTH
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jnh.2.1.2014.%p

Abstract

Background :  Exclusive breastfeeding related to infection and nutritional status of infant. Mothers are represent people who care taken of infant as exclusive breastfeeding. The factors which influence mother to breastfeeding are education, knowledge and mother?s occupation. The  aim of this study to know correlation between mother?s characteristic include education, knowledge and mother?s occupation with duration of exclusive breastfeeding, and to know correlation between duration of exclusive breastfeeding with infection and nutritional status 1-6 months old infants, and also to know correlation between infection frequency and duration of infection with nutritional status 1 -6 months old infants.Design :  This study was an observational with cross sectional design. Samples were infant ages 1-6 months at the work area of Bugangan in East Semarang's public health center, for criteria that samples had not exclusive breastfeeding and samples lived together with the respondent. The respondents were the biological mother of the samples. Minimally samples were 40 infants, using simple random sampling. The data of education, knowledge, mother?s occupation , duration of exclusive and infection collected by interview with respondent. The data of nutritional status of infant was refered to t he index of weight by age (W/A) compared to standart of Z-score WHO NCHS. The programe of SPSS version 11,5 was used to analyze of data. Rank Spearman's was used to examine its correlation.Result :  More than a half of mother's education and knoeledge level was good category. Most of mothers (65 %) didn't work. Most of duration of exclusive breastfeeding was relatively short time  (1,6 ± 1,12 months)  , so that the samples inclined for suffering the infection and this would influence the nutritional status.  There were not any correlation between mother's education (r= 0,194 ; p= 0,232), mother's knowledge (r= 0,156 ; p= 0,337) and mother?s occupation (r= 0,077 ; p= 0,635) with duration exclusive breastfeeding. There were any correlation between duration exclusive breastfeeding with infection frequency  (r= -0,376 ; p= 0,017) and duration of infection (r= -0,486 ; p= 0,001). There was correlation between duration exclusive breastfeeding with nutritional status (r= 0,321 ; p= 0,043). There were correlation between infection frequency (r=  -0.413 ; p=0,008) and duration of infection (r= -0,341 ; p=0,031) with nutritional status.Conclution :  Mother's education, knowledge and occupation were not correlation with duration exclusive brestfeeding. The  longer exclusive breastfeeding the lower for a chance of infection occurrence. Infants whose gets longer exclusive breastfeeding have better nutritional status.Recomand :  To increase the knowledge about the exclusive breastfeeding, infection and nutritional status. And also important to do study about the factors which influence exclusive breastfeeding such as mother's psychology, social economy, environment, media information, and also mother's and infants health condition.Keyword : exclusive breastfeeding, nutritional status, infection, mother?s characteristic. AbstrakLatar belakang : Pemberian ASI eksklusif berhubungan dengan penyakit infeksi dan status gizi. Ibu  merupakan orang yang paling berpengaruh dalam pengasuhan anak termasuk pemberian ASI. Faktor yang mempengaruhi pemberia ASI eksklusif antara lain pendidikan, pengetahuan dan pekerjaan ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik ibu meliputi pendidikan, pengetahuan dan pekerjaan ibu dengan lama pemberian ASI eksklusif, mengetahui hubungan lama pemberian ASI eksklusif dengan penyakit infeksi dan status gizi bayi usia 1-6 bulan.0Metode :  Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional.  Sampel adalah bayi usia 1  ?  6 bulan diwilayah kerja Puskesmas Bugangan Semarang Timur, dengan kriteria sampel sudah tidak ASI eksklusif dan sampel tinggal serumah dengan responden.  Responden adalah ibu kandung dari sampel.  Besar minimal sampel adalah 40 bayi, menggunakan  sample random sampling. Pengambilan data karakteristik ibu, lama pemberian ASI dan penyakit infeksi dilakukan dengan wawancara kepada responden. Data status gizi ditentukan dengan indeks BB/U (Z-score WHO_NCHS) dimana berat badan diambil dengan cara penimbangan berat badan pada bayi. Analisis data menggunakan program SPSS versi 11,5. Uji yang digunakan untuk menganalisis hubungan 2 variabel menggunakan Rank Spearman?sHasil :  Lebih dari separuh pendidikan dan pengetahuan ibu sudah cukup baik. Sebagian besar ibu (65 %) tidak bekerja. Rata-rata lama pemberian ASI eksklusif relatif pendek (1,6 ± 1,12 bulan), sehingga sampel cenderung mengalami penyakit infeksi yang akan mempengaruhi status gizi. Tidak ada hubungan  pendidikan ibu (r= 0,194 ; p= 0,232), pengetahuan ibu (r= 0,156 ; p= 0,337) dan pekerjaan ibu (r= 0,077 ; p= 0,635) dengan lama pemberian ASI.  Ada hubungan lama pemberian ASI eksklusif dengan frekuensi kejadian sakit (r=  -0,376 ; p= 0,017) dan lama kejadian sakit (r=  -486 ; p= 0,001). Ada hubungan lama pemberian ASI eksklusif status gizi (r= 0,321 ; p= 0,043). Ada hubungan frekuensi sakit (r= -0,413 ; p= 0,008) dan lama kejadian sakit (r= -0,341; p= 0,031) dengan status gizi.Kesimpulan : Pendidikan, pengetahuan dan pekerjaan ibu tidak berhubungan dengan lama pemberian ASI eksklusif. Semakin lama pemberian ASI eksklusif semakin rendah kemungkinan terjadinya penyakit infeksi. Bayi yang lebih lama diberi ASI eksklusif mempunyai status gizi yang lebih baik.Saran :  Meningkatkan pemahaman ibu tentang pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi dan status gizi serta perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif seperti  faktor psikologi ibu, sosial ekonomi, lingkunan dan media informasi serta keadaan kesehatan ibu dan bayi.Kata kunci : ASI eksklusif, status gizi, penyakit infeksi dan karakteristik ibu.
PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN BERDASARKAN STATUS OBSTETRIKUS IBU WIRAWANNI, YEKTI
JNH (Journal of Nutrition and Health) Vol 2, No 2 (2014): JOURNAL OF NUTRITION AND HEALTH
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (111.141 KB) | DOI: 10.14710/jnh.2.2.2014.%p

Abstract

Abstrak   Latar belakang: Pasangan usia subur merupakan salah satu sasaran dari gerakan keluarga berencana nasional dalam menggapai terwujudnya pembudayaan norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. Selama ini upaya penanggulangan anemia gizi lebih difokuskan pada sasaran ibu hamil, sementara kelompok lain yang termasuk kelompok wanita pasangan usia subur (PUS) belum ditangani. Tujuan: Untuk mengetahui gambaran kadar hemoglobin masa reproduksi/ibu pasangan usia subur (PUS ) berdasarkan status obstetrikusnya. Metode: Penelitian ini bersifat diskriptik dengan pedekatan belah lintang, dan dilakukan pada semua ibu usia subur yang bertempat tinggal di dua desa di Kabupaten Grobogan Jawa Tengah dan Kabupaten Lombok Timur di Nusa Tenggara Barat. Sampel penelitian adalah semua ibu yang anaknya menjadi indeks penelitian tentang hubungan seng dengan pertumbuhan anak. Data primer didapat dari pemeriksaan hemoglobin dengan menggunakan spectophotometer dalam satuan g/dl. Status obstetrikus dilakukan dengan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan komputer PC SPSS. Hasil dan Simpulan: Dua koma tiga persen ibu PUS mempunyai kadar Hb < 8 gr/dl, 37,1% < 11 gr/dl dan 64,6% < 12 gr/dl. Kelompok ibu dengan GPA lebih banyak cenderung mempunyai kadar Hb lebih rendah. Kadar Hb rata-rata ibu hamil lebih rendah dari ibu yang tidak hamil. Kadar ibu dalam keadaan menyusui cenderung lebih tinggi dari yang tidak menyusui. Kadar Hb ibu yang mengikuti keluarga berencana lebih tiggi dari yang tidak ber-keluarga berencana. Kadar Hb ibu pengguna kontrasepsi hormonal lebih tinggi dibandingkan dengan pengguna kontrasepsi non hormonal, namun secara statistik tidak bermakna.Kadar Hb ibu pengguna kontrasepsi hormonal lebih tinggi dibandingkan dengan pengguna kontrasepsi non hormonal, namun secara statistik tidak bermakna. Kata kunci: Kadar hemoglobin, ibu masa repoduksi, status obstetrikus.
PERBEDAAN STATUS GIZI, UREUM DAN KREATININ PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN DIABETES MELITUS DAN NON DIABETES MELITUS DI RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH Chadijah, Siti; Wirawanni, Yekti
JNH (Journal of Nutrition and Health) Vol 1, No 1 (2013): JOURNAL OF NUTRITION AND HEALTH
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.79 KB) | DOI: 10.14710/jnh.1.1.2013.%p

Abstract

ABSTRAKLatar Belakang : Malnutrisi sering terjadi pada pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) dengan Diabetes Melitus (DM) atau Non Diabetes Melitus (DM) yang merupakan bagian dari progresifitasgagal ginjal. Penilaian status gizi pada pasien GGK dianjurkan untuk melihat beberapa parameterdiantaranya adalah biokimiawi (Albumin, hemoglobin dan ureum/kreatinin), pemeriksaan klinis,dan antropometri (LLA).Tujuan : Mengetahui perbedaan status gizi, ureum dan kreatinin pasien GGK dengan DM danNon DM di ruang rawat inap RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.Metode : Merupakan penelitian observasional dengan rancangan Cross Sectional. Dilaksanakanpada bulan Desember 2010 ? Januari 2011 dengan metode purposive sampling. Populasi dalampenelitian ini adalah pasien GGK dengan DM dan Non DM di ruang inap RSUD dr. ZainoelAbidin Banda Aceh dengan jumlah responden sebanyak 12 orang yang diperoleh dengan kriteriainklusi. Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini pita LLA untuk mengukur lingkar lenganatas, dan catatan rekam medik pasien untuk melihat hasil laboratorium Albumin, Hemoglobin,ureum dan kreatinin. Semua data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik. Analisisdeskriptif digunakan untuk menjelaskan gambaran karakteristik variabel.Hasil : Nilai median LLA pasien GGK dengan DM 24,5 dan pasien GGK Non DM 28, nilaiMedian albumin pasien GGK dengan DM 3,1 dan pasien GGK Non DM 3,3, nilai Medianhemoglobin pasien GGK dengan DM 6,7dan pasien GGK Non DM 7,7, nilai Median ureumpasien GGK dengan DM 119 dan pasien GGK Non DM 149,5, nilai Median kreatinin pasien GGKdengan DM 6,0 dan pasien GGK Non DM 8,8Simpulan: Status gizi berdasarkan LLA, albumin, hemoglobin, dilihat dari nilai median lebihrendah/buruk pada pasien GGK dengan DM dibandingkan dengan pasien GGK Non DM, namundari nilai ureum dan kreatinin pasien GGK dengan DM lebih baik/rendah dibandingkan GGK NonDM.Kata kunci : LLA, Albumin, Hemoglobin, ureum/kreatinin, GGK dengan DM dan non DM