Yekti Wirawanni
Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Published : 21 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

PENGARUH PEMBERIAN JUS MENTIMUN DAN TOMAT TERHADAP TEKANAN DARAH PEREMPUAN OVERWEIGHT DAN OBESITAS Ilma, Alina Dzulchilda; Wirawanni, Yekti
Journal of Nutrition College Vol 4, No 3 (2015): Juli 2015
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.101 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v4i3.10094

Abstract

Latar Belakang : Overweight dan obesitas merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi pada semua usia. Modifikasi asupan dengan bahan makanan tinggi kalium dan  magnesium menjadi terapi untuk menurunkan tekanan darah, seperti mentimun dan tomat. Penelitian ini bertujuan membuktikan pengaruh jus mentimun dan tomat terhadap tekanan darah perempuan overweight dan obesitas.Metode : Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan rancangan control group pre-post test. Subjek sebanyak 38 orang terdiri dari mahasiswi Ilmu Gizi Universitas Diponegoro dengan tekanan darah sistolik ≥120 mmHg dan diastolik ≥80 mmHg. Subyek dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan perlakuan. Kelompok perlakuan mendapat jus mentimun dan tomat yang terbuat dari masing-masing 100 gram sebanyak 200 ml/hari selama 7 hari. Uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk dan analisis statisitik menggunakan uji Mann-Whitney, independent t-test, dependent t-test dan Wilcoxon.Hasil : Kelompok perlakuan mengalami penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik sebesar 17,84±9,09 mmHg (p=0,000) dan 11,34±4,02 mmHg (p=0,000), dibandingkan pada kelompok kontrol  yang tidak terdapat penurunan tekanan darah sistolik maupun diastolik secara signifikan.Kesimpulan : Konsumsi 200 ml jus mentimun dan tomat selama 7 hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada perempuan overweight dan obesitas secara signifikan.
PENGARUH PEMBERIAN BROKOLI KUKUS (BRASSICA OLERACEA) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA WANITA PREDIABETES Wulandari, Nirmaya Esthi; Wirawanni, Yekti
Journal of Nutrition College Vol 3, No 4 (2014): Oktober 2014
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (409.043 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v3i4.6849

Abstract

LatarBelakang : Prediabetes merupakan kondisi dimana kadar glukosa darah seseorang berada di antara kadar normal dan diabetes. Cara pencegahan untuk menurunkan risiko diabetes melitus adalah melalui pengaturan diet. Brokoli merupakan salah satu sayuran yang dihubungkan dengan penurunan kadar glukosa darah. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh pemberian brokoli kukus terhadap kadar glukosa darah pada wanita prediabetes.      Metode : Jenis penelitian adalah pra eksperimen dengan rancangan one group pre test-post test design. Subjek adalah 11 wanita prediabetes dengan status gizi overweight dan obesitas serta kadar glukosa darah puasa antara 100-125 mg/dl. Tiap sampel diberi brokoli kukus sebanyak 140 gr selama 4 minggu. Kadar glukosa darah puasa diukur satu hari sebelum dan satu hari sesudah intervensi melalui hasil pemeriksaan laboratorium. Selama intervensi, asupan makan subjek diukur dengan metode recall 3x24 jam. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Shapiro Wilk dan paired t-test.Hasil : Setelah intervensi selama 4 minggu terjadi penurunan kadar glukosa darah puasa yang signifikan (p=0,001) yaitu sebanyak 11,73 mg/dl (10,88%).Kesimpulan : Pemberian brokoli kukus selama 4 minggu dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa secara signifikan.
HUBUNGAN LINGKAR LEHER DAN LINGKAR PINGGANG DENGAN KADAR TRIGLISERIDA ORANG DEWASA (STUDI KASUS DI SMA NEGERI 2 SEMARANG DAN SMP NEGERI 9 SEMARANG) Amelinda, Rahma Teta; Wirawanni, Yekti
Journal of Nutrition College Vol 3, No 4 (2014): Oktober 2014
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.184 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v3i4.6864

Abstract

Latar Belakang : Hipertrigliseridemia menjadi salah satu faktor risiko terjadinya sindrom metabolik dan penyakit kardiovaskuler. Oleh karena itu, pencegahan dini sangat diperlukan. Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara skrining. Metode skrining yang mudah dan murah serta tidak invasif adalah metode antropometri. Pengukuran antropometri tersebut antara lain lingkar leher dan lingkar pinggang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lingkar leher dan lingkar pinggang dengan kadar trigliserida orang dewasa.Metode : Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian ini sebanyak 51 orang yang terdiri dari 33 wanita dan 18 pria pegawai sekolah SMA Negeri 2 Semarang dan SMP Negeri 9 Semarang yang berusia ≥45 tahun. Pengambilan data karakteristik subjek dilakukan dengan wawancara sedangkan lingkar leher dan lingkar pinggang menggunakan metline. Selain itu, dilakukan pengambilan sampel darah untuk pengukuran kadar trigliserida. Hasil : Penelitian ini terdapat 25,5% subjek mempunyai lingkar leher besar, 31,4% mempunyai lingkar pinggang besar, dan 33,3% mempunyai kadar trigliserida tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkar leher memiliki hubungan yang positif dengan kadar trigliserida (r=0,540, p=0,000). Korelasi yang positif juga terlihat pada lingkar leher dengan kadar trigliserida (r=0,367, p=0,008). Keduanya menujukkan korelasi yang bermakna dengan kadar trigliserida (p<0,05). Simpulan : Terdapat hubungan yang bermakna antara lingkar leher dan lingkar pinggang dengan kadar trigliserida. Semakin besar lingkar leher dan lingkar pinggang maka semakin tinggi kadar trigliserida.
HUBUNGAN LINGKAR LEHER DAN LINGKAR PINGGANG DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA ORANG DEWASA : Studi Kasus di SMA Negeri 2 Semarang dan SMP Negeri 9 Semarang Mayasari, Nurlina; Wirawanni, Yekti
Journal of Nutrition College Vol 3, No 4 (2014): Oktober 2014
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (370.425 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v3i4.6829

Abstract

Latar Belakang : Pencegahan penyakit DM tipe 2 dapat dilakukan dengan metode antropometri, diantaranya pengukuran lingkar pinggang dan lingkar leher. Lingkar pinggang merupakan metode antropometri obesitas abdominal atau obesitas sentral yang berhubungan dengan diabetes melitus tipe 2. Selain itu, lingkar leher merupakan metode antropometri lain yang telah dikaji dan direkomendasikan sebagai metodeyang mudah digunakan, lebih inovatif, menghemat waktu, serta berhubungan dengan risiko DM tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara lingkar leher dan lingkar pinggang dengan kadar glukosa darah puasa orang dewasa.Metode : Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan consecutive sampling dan didapatkan sampel 51 subjek dengan usia ≥ 45 tahun. Semua subjek mengisi informed concent. Pengukuran lingkar leher dan lingkar pinggang dengan pita ukur, dilakukan tiga kali, dan diambil rata-ratanya. Data tinggi badan dan berat badan menggunakan mikrotoa dan timbangan digital. Subjek berpuasa selama 8-12 jam sebelum pengambilan sampel darah untuk pengukuran kadar glukosa darah puasa. Analisis data dilakukan dengan SPSS versi 17.Hasil : Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 76,5% subjek obesitas berdasarkan IMT. Subjek yang memiliki kadar glukosa darah puasa tinggi (≥ 100mg/dl) sebesar 21,4%. Lingkar leher  ≥ 38,2 cm pada laki-laki dan ≥ 35 cm pada perempuan memiliki risiko kadar glukosa darah puasa yang tinggi. Lingkar pinggang ≥ 100 cm pada laki-laki dan ≥ 106 cm pada perempuan juga memiliki risiko kadar glukosa darah puasa yang tinggi. Terdapat hubungan antara lingkar leher dengan kadar glukosa darah puasa (r = 0,342 ; p = 0,014) dan ada  hubungan antara lingkar pinggang dengan kadar glukosa darah puasa (r = 0,375 ; p =  0,007).Simpulan: Semakin besar lingkar leher dan lingkar pinggang, maka semakin tinggi kadar glukosa darah puasa
PENGARUH PEMBERIAN JUS MENTIMUN DAN TOMAT TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH POSTPRANDIAL PEREMPUAN OVERWEIGHT DAN OBESITAS Rejeki, Martha Sri Wulaning; Wirawanni, Yekti
Journal of Nutrition College Vol 4, No 3 (2015): Juli 2015
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.232 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v4i3.10086

Abstract

Latar Belakang : Overweight dan obesitas berisiko tinggi mengalami diabetes melitus tipe 2 yang diawali dengan resistensi insulin. Mentimun dan tomat merupakan salah satu pangan rendah indeks glikemik dan tinggi magnesium. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh pemberian jus mentimun dan tomat terhadap kadar glukosa darah postprandial pada perempuan overweight dan obesitas. Metode : Jenis penelitian adalah true experimental dengan pre-post group design. Subjek penelitian adalah mahasiswi Ilmu Gizi Universitas Diponegoro Semarang yang diambil secara consecutive sampling sebanyak 38 orang dan dibagi menjadi 2 kelompok secara simple random sampling. Kelompok perlakuan diberikan jus mentimun dan tomat 200 ml selama 7 hari, sedangkan kelompok kontrol diberikan sirup 0 kalori. Pengukuran kadar glukosa postprandial dilakukan sebelum dan sesudah intervensi dengan metode spektrofotometri. Asupan makan subjek diperoleh dengan metode food recall 7x24 jam selama intevensi. Uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk. Analisis statistik menggunakan Independent Sample t-Test, Mann-Whitney, Paired t-Test dan Wilcoxon.Hasil : Kelompok perlakuan mengalami penurunan kadar glukosa darah postprandial yang bermakna (p=0,000) sebesar 3,32±1,97 mg/dl. Secara statistik terdapat perbedaan perubahan kadar glukosa darah postprandial antara kelompok perlakuan dan kontrol yang bermakna (p=0,000).Kesimpulan : Terdapat penurunan kadar glukosa darah postprandial yang bermakna setelah pemberian 200 ml jus mentimun dan tomat selama 7 hari.
PERBEDAAN POLA PEMBERIAN ASI ANTARA IBU YANG MELAKUKAN DAN TIDAK MELAKUKAN INISIASI MENYUSU DINI (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Margorejo Kabupaten Pati) Sari, Cindy Martha; Wirawanni, Yekti
Journal of Nutrition College Vol 1, No 1 (2012): Oktober 2012
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.583 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v1i1.681

Abstract

Latar Belakang: Program inisiasi menyusu dini (IMD) merupakan salah satu cara menurunkan angka mortalitas bayi dan terbukti meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif. Penolong persalinan dan promosi susu formula merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pelaksanaan IMD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pola pemberian ASI antara ibu yang melakukan dan tidak melakukan IMD serta mengkaji faktor yang mempengaruhi kegagalan IMD ditinjau dari faktor penolong persalinan (bidan) dan promosi susu formula.Metode: Suatu penelitian deskriptif analitik yang bersifat observasional dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Jumlah sampel pada penelitian kuantitatif sebanyak 54 ibu yang memiliki bayi berusia 6 bulan, sedangkan penelitian kualitatif terdiri dari 5 informan. Pemilihan subjek penelitian kuantitatif dengan total sampling.Hasil: Proporsi ibu IMD hanya sebesar 14,81%. Pada ibu IMD, pemberian kolostrum 100%, makanan/minuman pralakteal 100%, ASI eksklusif 0%, rata-rata frekuensi dan lama pemberian ASI adalah 8,75±3,54 kali/hari dan 25±22,04 menit. Pada ibu tidak IMD, pemberian kolostrum 89,1%, makanan/minuman pralakteal 84,8%, ASI eksklusif 4,3%, rata-rata frekuensi dan lama pemberian ASI adalah 10,19±4,3 kali/hari dan 16,74±13,1 menit.Simpulan: Pola pemberian ASI pada ibu IMD, semuanya memberikan kolostrum, makanan/ minuman pralakteal tetapi tidak memberikan ASI eksklusif. Pola pemberian ASI pada ibu tidak IMD, terdapat 10,9% ibu tidak memberikan kolostrum, 15,2% ibu tidak memberikan pralakteal dan 4,3% ibu memberikan ASI eksklusif. Namun, secara statistik, tidak terdapat perbedaan pola pemberian ASI (pemberian kolostrum, pemberian pralakteal, pemberian ASI eksklusif, frekuensi dan lama pemberian ASI) antara ibu IMD dan tidak IMD
PERBEDAAN KADAR SENG (ZN) RAMBUT BERDASARKAN DERAJAT STUNTING PADA ANAK USIA 6-9 TAHUN Rahmawati, Arindha; Wirawanni, Yekti
Journal of Nutrition College Vol 1, No 1 (2012): Oktober 2012
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (275.866 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v1i1.421

Abstract

Background: Stunting is a linear growth disorders are caused by chronic malnutrition especially zinc deficiency. Hair zinc concentrations can describe zinc status in the long term. The aim of this study is to investigate difference hair zinc concentrations based on degree of stunting in 6-9 years old children.Method: This cross sectional study was carried out on 57 school children aged 6-9 years. The subjects were chosen by stratified random sampling. Assessment degree of stunting are expressed by Height for Age Z-score (HAZ). Hair zinc concentrations was measured by Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) methods, the hair zinc concentrations less than 70 ppm was considered as chronic zinc deficiency. Bivariate analysis was using Kruskal Wallis, Mann-Whitney and Rank Spearman.Results: The prevalence of nonstunting (-1≤HAZ<2 SD), mild stunting  (-2≤HAZ<-1 SD), moderate stunting (-3≤HAZ<-2 SD), and severe stunting (HAZ<-3SD) was 38,6%, 33,3%, 22,8%, and 5,3%, respectively. The median value hair zinc concentrations were 579,13 ppm. Out of 57 subjects, 26,3% had normal hair zinc concentrations, 73,7% had excess hair zinc concentrations, and no subject that experience of zinc deficiency. There is a significant difference on hair zinc concentrations based on degree of stunting (p=0,010) and positive correlation between hair zinc concentrations with Height for Age Z-score (HAZ) (r=0,303 ; p=0,022).Conclusion : There is a significant difference between hair zinc concentrations based on degree of stunting and significant correlation between hair zinc concentrations with Height for Age Z-score (HAZ). Hair zinc concentrations increased with increasing Height for Age Z-score (HAZ).Keywords : Degree of stunting, Height for Age Z-score (HAZ), Hair zinc concentrations, malnutrition, children 
GAMBARAN KEBIASAAN KONSUMSI MIE INSTAN PADA ANAK USIA 7-12 TAHUN Studi di Sekolah Dasar Kanisius Tlogosari Kulon Semarang Ratnasari, Dewi Kristina; Wirawanni, Yekti
Journal of Nutrition College Vol 1, No 1 (2012): Oktober 2012
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.371 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v1i1.682

Abstract

Latar Belakang: Mie instan disukai berbagai kalangan karena praktis, harga terjangkau dan rasanya yang enak. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kebiasaan mengkonsumsi mie instan pada anak.Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Subyek ini adalah siswa kelas 1-6 di SDN Kanisius Tlogosari Kulon. Pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling. Jumlah sampel sebanyak 80 siswa. Pengambilan data menggunakan kuesioner dan tabel food recall selama 3 hari.Hasil: jumlah mie instan yang dikonsumsi selama 3 hari recall sebanyak 25,0% subyek mengkonsumsi mie instan <3 bungkus, terdapat 10,0 subyek memiliki frekuensi kebiasaan mengkonsumsi mie instan >4xseminggu. 62,5% subyek memiliki kebiasaan mengkonsumsi mie instan tanpa menambahakan bahan makanan lain. Sebanyak 46,3% subyek memiliki kontribusi asupan energi <20% dari asupan energi total, 50,0% subyek memiliki kontribusi asupan protein mie instan <15% dari asupan protein total, 47,5 subyek memiliki kontribusi asupan natrium mie instan sebanyak >70% dari asupan natrium total.Simpulan: Siswa-siswi di SD Kanisius Tlogosari Kulon Semarang ini sering mengkonsumsi mie instan sebagai makanan jajanan maupun sebagai makanan pokok. Masih banyak siswa –siswi yang mengkonsumsi mie instan tanpa menambahkan bahan makanan lain sebagai pelengkap kebutuhan gizinya dan kontribusi asupan natrium mie instan masih cukup tinggi.
PERBEDAAN SINDROM METABOLIK PADA WANITA VEGETARIAN TIPE VEGAN DAN NON VEGAN Setiyani, Diah Ari; Wirawanni, Yekti
Journal of Nutrition College Vol 1, No 1 (2012): Oktober 2012
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.255 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v1i1.683

Abstract

Latar Belakang: Sindrom metabolik adalah kumpulan kelainan metabolik yang dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Diet vegetarian terutama vegan dapat berperan dalam penurunan risiko sindrom metabolik, tetapi masih didapatkan penelitian yang menyatakan bahwa vegan berisiko sindrom metabolik bahkan lebih tinggi daripada non vegan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sindrom metabolik pada wanita vegetarian vegan dan non vegan. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional. Subjek penelitian terdiri dari 18 vegan dan 18 non vegan yang dipilih secara consecutive sampling. Pengumpulan data karakteristik subjek, aktivitas fisik, dan asupan zat gizi dengan wawancara. Data lingkar pinggang menggunakan pita ukur, sedangkan tekanan darah menggunakan sphygmomanometer. Pengambilan darah dilakukan untuk pengukuran kadar kolesterol HDL, kadar trigliserida, dan kadar glukosa darah puasa. Hasil: Pada penelitian ini terdapat 11,1% subjek baik pada vegan maupun non vegan yang mengalami sindrom metabolik. Rerata lingkar pinggang, kadar trigliserida, tekanan darah, dan kadar glukosa darah puasa vegan lebih rendah serta kadar kolesterol HDL lebih tinggi dibanding non vegan. Tidak terdapat perbedaan kejadian sindrom metabolik antara wanita vegetarian vegan dan non vegan. Simpulan: Tidak terdapat perbedaan sindrom metabolik antara wanita vegetarian tipe vegan dan non vegan. Namun, semua komponen sindrom metabolik pada vegan lebih rendah dibanding non vegan, kecuali kadar kolesterol HDL.
PENGARUH PEMBERIAN SUSU KEDELAI TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA WANITA PREDIABETES Sinaga, Evi; Wirawanni, Yekti
Journal of Nutrition College Vol 1, No 1 (2012): Oktober 2012
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (302.758 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v1i1.719

Abstract

Latar Belakang : Prediabetes ditandai dengan kadar glukosa darah puasa (GDP) antara 100 - 125 mg/dl. Manajemen diabetes efektif dilakukan pada tahap prediabetes. Susu kedelai merupakan produk olahan kedelai yang dihubungkan dengan penurunan kadar glukosa darah. Penelitian ini bertujuan membuktikan pengaruh pemberian susu kedelai terhadap kadar GDP pada wanita prediabetes. Metode : Jenis penelitian ini quasi eksperiment dengan pre test-post test design. Subjek penelitian adalah warga Kelurahan Tlogosari Kulon Semarang, diambil secara purposive sampling sebanyak 30 orang, dibagi secara acak dalam 2 kelompok. Kelompok perlakuan diberi susu kedelai sebanyak 280 ml/hari selama 14 hari, sedangkan kelompok kontrol tidak. Kadar GDP diukur sebelum dan setelah intervensi menggunakan metode spektrofotometri. Asupan makan kedua kelompok selama intervensi diperoleh dengan metode food record 14×24 jam dan food recall 3×24 jam. Analisis statistik menggunakan Independent sample t-test, Mann-Whitney test, Wilcoxon test, analisis bivariat dan regresi linear. Hasil : Kelompok perlakuan mengalami penurunan kadar GDP yang bermakna (p=0.001) sebesar 26.31±11.38 mg/dl sedangkan kelompok kontrol mengalami peningkatan sebesar 0.07±10.81 mg/dl. Uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan perubahan kadar GDP yang bermakna antara kelompok perlakuan dan kontrol. Terdapat korelasi antara aktifitas fisik, perubahan IMT dan perubahan asupan serat secara bersamaan dengan perubahan GDP sebesar 0.561. Simpulan : Terdapat penurunan kadar GDP yang bermakna setelah pemberian 280 ml susu kedelai selama 14 hari. Variabel aktifitas fisik, perubahan IMT dan perubahan asupan serat ikut berkontribusi terhadap penurunan GDP.