Djon Wongkar
Bagian Anatomi-Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

Published : 34 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search
Journal : JURNAL BIOMEDIK

PREVALENSI OBESITAS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI ANGKATAN 2011 Eka, _; Ticoalu, S. H.R; Wongkar, Djon
Jurnal Biomedik : JBM Vol 4, No 3 (2012): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.4.3.2012.1218

Abstract

Abstract: Obesity is a condition where there are a large number of fat bodies due to some influencing factors. Recently, there has been a rising prevalency of overweight and obesity througout the world. According to the national survey in Indonesia, 8.1 % of men and 13.5% of women suffered from obesity. This study aimed to find out the prevalency of obesity in medical students of Sam Ratulangi University Manado 2011. The study used a simple descriptive method to get data from body weight, body height and both calculated to BMI. Waist circumference for males is ≥90 cm and for females is ≥80 cm. The results showed that of the 307 samples, 13.7% were underweight, 54.1% normal, 28% pre-obese, 3.9% obese-1, and 0.3% obese-2. Waist circumference data showed 13.5% with central obesity in males, and 4.1% with central obesity in females. Conclusion: Among the medical students of Sam Ratulangi University Manado 2011, overweight students based on their BMI were more frequently found than those who had central obesity based on their waist circumference. However, there were some students with underweight. Keywords: obesity, overweight, BMI, waist circumference. Abstrak: Obesitas adalah peningkatan lemak tubuh yang dapat terjadi oleh beberapa faktor. Beberapa tahun terkhir ini, terjadi peningkatan prevalensi kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas diseluruh dunia. Berdasarkan survei nasional di Indonesia, 8,1% laki-laki di indonesia menderita obesitas dan 13,5% perempuan. Tujuan penelitian untuk mengetahui prevalensi obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado angkatan 2011. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dimana diperoleh data melalui pengukuran berat badan, tinggi badan yang akan dihitung dengan menggunakan rumus IMT dan lingkar perut dengan kriteria laki-laki ≥ 90cm dan perempuan ≥ 80cm pada 307 populasi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Angkatan 2011. Hasil penelitian memperlihatkan 13,7% underweight, 54,1% normal, 28% pre-obes, 3,9% obes 1, dan 0,3% obes 2. Penelitian yang dilakukan melalui pengukuran lingkar perut diperoleh 13,5% laki-laki dengan obesitas sentral dan 4,1% perempuan dengan obesitas sentral. Simpulan: Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Angkatan 2011 dengan kelebihan berat badan (overweight) melalui perhitungan IMT lebih sering ditemukan daripada yang dengan obesitas sentral melalui pengukuran lingkar perut; walaupun demikian, mahasiswa/i dengan underweight juga ditemukan. Kata kunci: obesitas, overweight, IMT, lingkar perut.
GAMBARAN POSISI TUBEROSITAS TIBIAE TERHADAP GARIS MEDIOLATERAL SENDI LUTUT PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT ANGKATAN 2010 Maryauw, Irene; Ticoalu, Shane H R; Wongkar, Djon
Jurnal Biomedik : JBM Vol 4, No 3 (2012): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.4.3.2012.799

Abstract

Abstract: Anterior knee pain is a common musculoskeletal disorder found in children, adolescents and adults. A cause for the anterior knee pain is patella displacement. The researcher found that patella displacement can be influenced by the structure of the lower extremity. Previous study demonstrated that the tibial tuberosity was in a significant lateral position in the patellofemoral osteoarthritis and anterior knee pain patients. This study aimed to determine the profile of the mediolateral placement of the tibial tuberosity among the 2010 female students in Medical Faculty of Sam Ratulangi University according to categories of age, body weight, body height, body mass index, and ethnicity. This was a descriptive study, using 140 samples. All measurements were performed in a supine position, and the toe was pointing directly upwards. The legs were extended at the knee joint with the quadriceps muscle relaxed. The results showed that from 280 knees (140 subjects) there were 31 knees (11.1%) with TT in the medial position, while 19 knees (6.8%) had TT on the center of the mediolateral line of the knee joint; and 230 knees (82.1%) had TT in a lateral position. Conclusion: most of the female students of the Medical Faculty of Sam Ratulangi University showed a lateral position of the TT.Keyword: tibial tuberosity, anterior knee pain, patellofemoral osteoarthritisAbstrak: Nyeri lutut anterior merupakan gangguan muskuloskeletal yang sering ditemukan pada anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Salah satu penyebab nyeri lutut anterior ialah dislokasi patela. Para peneliti telah menemukan bahwa terjadinya dislokasi patela ini dapat juga dipengaruhi oleh struktur ekstremitas bawah seseorang. Penderita osteoartritis patelofemoral dan nyeri lutut anterior memiliki posisi tuberositas tibiae (TT) lebih ke arah lateral. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran posisi TT terhadap garis mediolateral sendi lutut mahasiswi Fakultas Kedokteran Unsrat angkatan 2010 dan mengelompokkannya dalam kelompok usia, berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh, dan suku. Metode penelitian deskriptif dengan 140 sampel. Pengukuran dilakukan pada posisi tidur terlentang dan ujung jari-jari kaki menghadap ke atas, sendi lutut diekstensikan dan otot kuadriseps dilemaskan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 280 lutut subyek (140 subyek) diperoleh 31 lutut (11,1%) dengan posisi TT cenderung ke arah medial, 19 lutut (6,8%) dengan posisi TT di tengah garis mediolateral sendi lutut dan 230 lutut (82,1%) dengan dengan posisi TT cenderung ke arah lateral. Simpulan: mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi angkatan 2010, memiliki posisi TT yang cenderung ke arah lateral dalam hampir semua kelompok usia, berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh, dan suku.Kata Kunci: tuberositas tibiae, nyeri lutut anterior, osteoartritis patelofemoral
UKURAN LEBAR PANGGUL MAHASISWI KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI DENGAN TINGGI BADAN DIBAWAH 150 CM Simin, Nindi A.; Kalangi, Sonny J.R.; Wongkar, Djon
JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 4, No 3 (2012): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.4.3.2012.1221

Abstract

Abstract: The female hip has a wider lower part which plays an important role in pregnancy and labour. The WHO (1999) reported that there were 180-200 million pregnancies per year with 585,000 deaths of pregnant women due to complications, inter alia a narrow hip. Females with heights of less than 150 cm have to be suspect of having narrow hips. This study aimed to find out whether female students in the Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi Manado with heights of less than 150 cm were suspected of having narrow hips. This was a descriptive study. Samples were 60 female students with distantia spinosum less than 24-26 cm and distantia tuberosum less than 10.5 cm. The results showed that there were 25 students with heights of 147.0-148.9 cm. The smallest distantia spinosum was 15.3 cm while the smallest distantia tuberosum was 8.3 cm. Conclusion: All female students with heights of less than 150 cm had distantia spinosum less than normal, but most of them still had normal distantia tuberosum. Keywords: female students, height, distantia spinosum, distantia tuberosum.  Abstrak: Bentuk panggul wanita mempunyai bagian bawah yang lebih luas untuk keperluan kehamilan dan persalinan. Dari data WHO 1999 terdapat 180-200 juta kehamilan setiap tahunnya dan 585 ribu kematian wanita hamil berkaitan dengan komplikasi salah satunya ialah panggul sempit. Wanita dengan tinggi badan kurang dari 150 cm dapat dicurigai adanya kesempitan panggul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado dengan tinggi badan kurang dari 150 cm dapat dicurigai adanya kesempitan panggul. Penelitian ini merupakan studi deskriptif. Sampel didapatkan dari 60 subjek yang memenuhi kriteria dengan tinggi badan yang kurang dari 150 cm, ukuran distansia spinarum kurang dari 24-26 cm dan distansia tuberum kurang dari 10,5 cm. Penelitian ini menunjukkan bahwa tinggi badan terbanyak yaitu 147,0-148,9 cm berjumlah 25 subjek, ukuran distansia spinarum terkecil 15,3 cm dan distansia tuberum terkecil yaitu 8,3 cm. Simpulan: Karakteristik distansia spinarum 100% wanita dengan tinggi badan kurang dari 150 cm mempunyai ukuran panggul yang kurang dari normal dan distansia tuberum didapatkan sebagian besar wanita dengan tinggi badan kurang dari 150 cm mempunyai ukuran distansia tuberum yang normal. Kata kunci: mahasiswi, tinggi badan, distansia spinarum, distansia tuberum.
KORELASI PANJANG RADIUS DENGAN TINGGI BADAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT ANGKATAN 2010 Simatupang, Raja M.; Ticoalu, Shane H. R.; Wongkar, Djon
Jurnal Biomedik : JBM Vol 4, No 3 (2012): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.4.3.2012.1208

Abstract

Abstract: There has been an increase in cases of post-mortem mutilated victims in recent years. Therefore, investigators have to use some methods to identify the mutilated victims. Measuring the length of a body when it is still intact is not difficult, but the challenge will arise when the body has undergone severe damage or is not intact anymore. This study aimed to determine the correlation of the length of the radius to height. This was a descriptive study. Samples were 140 students (males and females) of the Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi Manado. The results showed that by using the regression coefficient in males: height = 84 + 3.2 x average radial length, the regression coefficient 3.2 means that a male’s height increases 3.2 cm for each 1 cm increase of radial length. However, the regression coefficient for females: height = 56 + 4.1 x average radial length, the regression coefficient 4.1 means that height increases 4.1 cm for each 1 cm increase of radial length. Conclusion: Height can be determined by the avereage radial length by using the regression coefficients for males 4.1 and for females 3.2. Keywords: gender, radial length, height.   Abstrak: Terjadinya peningkatan kasus-kasus korban mutilasi pada akhir-akhir ini membuat penulis berpikir bahwa proses identifikasi sangat dibutuhkan oleh penyidik untuk mengungkap identitas korban mutilasi tersebut. mengukur panjang badan jenazah bila masih utuh bukanlah merupakan suatu pekerjaan yang sulit, namun kesulitan akan muncul bila jenazah mengalami kerusakan yang sangat hebat atau tidak lagi utuh. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai korelasi panjang radius dengan tinggi badan pada mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Penelitian ini bersifat deskriptif. Sampel terdiri dari 140 mahasiswa/i. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pada laki-laki tinggi badan (TB) = 84 + 3,2 x panjang rata-rata radius. Nilai koefisien regresi 3,2 berarti tinggi badan pada laki-laki akan bertambah sebesar 3,2 cm bila panjang rata-rata tulang radius bertambah 1 cm. Pada perempuan TB= 56 + 4,1 x panjang rata-rata radius. Nilai koefisien regresi 4,1 berarti tinggi badan pada perempuan akan bertambah sebesar 4,1 cm bila panjang rata-rata tulang radius bertambah 1 cm. Simpulan: Tinggi badan dapat ditentukan dengan menggunakan panjang rata-rata radius dan koefisien regresi yaitu untuk laki-laki 4,1 dan untuk perempuan 3,2. Kata kunci: jenis kelamin, panjang radius, tinggi badan.
PENGARUH SENAM AEROBIK INTENSITAS SEDANG DAN TINGGI TERHADAP TEKANAN INTRAOKULER WANITA DEWASA NON GLAUKOMA Rumampuk, Jimmy F; Supit, Wenny; Wongkar, Djon
Jurnal Biomedik : JBM Vol 4, No 2 (2012): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.4.2.2012.760

Abstract

Abstract: The influence of aerobic fitness to certain physiologic changes of the body, in this case a decrease of intraocular pressure (IOP), has not been elucidated yet. This study aimed to examplify the influence of medium and high intensity aerobic fitness to the IOPs of non-glaucomatous adult females by involving 30 subjects (n=30) in accordance with the inclusion criteria. Prior to doing the aerobic fitness, body weight (BW), height (H), body mass index (BMI), and the arterial pulse were measured. The IOPs were measured by using a Schiotz Tonometer. Aerobic fitness was conducted under the supervision of a fitness instructor. Subjects in the treatment group carried out aerobic fitness on a regular basis. A mild intensity aerobic fitness was carried out for 30 minutes and a high intensity one for 15 minutes. There was a significant difference between the IOP values of post-aerobic fitness in the mild intensity group and the high intensity group (P < 0.05). This is shown by the average IOP value of post-aerobic fitness in the mild intensity group 15.37±1.261 mmHg, and the average IOP value of post-aerobic fitness in the high intensity group decreasing to 12.92±1.111 mmHg. Conclusion: aerobic fitness can decrease the IOP.Keywords: intra-ocular, aerobic fitness, female, non-glaucomatousAbstrak: Pengaruh senam aerobik dalam mengakibatkan perubahan fisiologik tubuh berupa penurunan tekanan intraokuler (TIO) belum jelas diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam aerobik intensitas sedang dan tinggi terhadap TIO wanita dewasa non-glaukoma dengan mengikutsertakan 30 subyek (n=30) yang sesuai dengan kriteria inklusi. Sebelum melakukan senam aerobik, dilakukan pengukuran berat badan (BB), tinggi badan (TB), Indeks Massa Tubuh (IMT), serta denyut nadi. TIO diukur dengan menggunakan Tonometer Schiotz. Kegiatan senam aerobik dibimbing oleh seorang instruktur senam. Kelompok perlakuan melaksanakan aktifitas senam aerobik secara berkesinambungan. Senam aerobik intensitas sedang dilakukan selama 30 menit dan senam aerobik intensitas tinggi dilakukan selama 15 menit. Terdapat perbedaan nilai TIO yang bermakna sesudah senam aerobik intensitas sedang dengan sesudah senam aerobik intensitas tinggi (P < 0,05). Hal ini terlihat pada hasil rerata TIO pada kelompok perlakukan sesudah senam aerobik intensitas sedang sebesar 15,37±1,261 mmHg dan sesudah senam aerobik intensitas tinggi menurun menjadi 12,92±1,111. Simpulan: senam aerobik dapat menurunkan TIO.Kata kunci: intraokuler, senam aerobik, wanita, non-glaukoma
PENGARUH VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP KADAR KOLESTEROL HDL DARAH Bolang, Sammy L; Wongkar, Djon; Ottay, Ronald I
JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 4, No 2 (2012): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.4.2.2012.758

Abstract

Abstract: High Density Lipoprotein Cholesterol (HDL-C) has some protective roles in minimizing cardiovascular diseases. The risks of cardiovascular diseases decrease 2-3% by increasing 1 mg/dL of HDL-C. Although the blood levels of triglyceride, total cholesterol, and low density lipoprotein (LDL) are low, these risks are still high if the HDL-C is low. The purpose of this study was to find out whether the consumption of virgin coconut oil (VCO) could increase the HDL-C level. This study used pre and post tests in a randomized control group design. Samples consisted of 39 male students at the ages of 19 ± 1.6 years. Nineteen students who were administered VCO 20 ml twice daily (pre-breakfast and pre-dinner) for two weeks belonged to the VCO group, while the others belonged to the control group. The result showed that the mean HDL-C level of the VCO group at day 15 was significantly higher (P < 0.05) than at day 1 before VCO administration, with an increase of 10.45%. The mean HDL-C increase of the VCO group at day 15 was also significantly higher (P < 0.05) than the difference of the HDL-C level at day 1 and day 15 of the control group. Conclusion: two-week administration of VCO twice daily could increase HDL-C levels.Keywords: virgin coconut oil, High Density LipoproteinAbstrak: Kolesterol high density lipoprotein (HDL-C) berperan protektif terhadap penyakit kardiovaskular. Setiap peningkatan kadar HDL-C 1 mg/dL, terjadi penurunan 2-3% risiko terkena penyakit kardiovaskular. Walaupun kadar trigliserida, kolesterol total, kolesterol low density lipoprotein (LDL-C) rendah, risiko penyakit kardiovaskular tetap tinggi bila kadar kolesterol HDL juga rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan apakah konsumsi virgin coconut oil (VCO) dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL darah. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu randomized control group pre-test and post-test. Sampel penelitian sebanyak 39 orang mahasiswa laki-laki dengan usia rata-rata 19 ± 1,6 tahun. Sembilan belas mahasiswa mengonsumsi VCO 20 mL dua kali sehari sebelum makan pagi dan malam selama dua minggu; sampel lainnya menjadi kelompok kontrol. Rerata kadar kolesterol HDL darah setelah mengonsumsi VCO (hari ke-15) lebih tinggi secara bermakna (P < 0,05) dibandingkan dengan rerata kadar HDL-C darah sebelum mengonsumsi VCO (hari ke-1), dengan peningkatan sebesar 10,45%. Rerata kenaikan kadar HDL-C darah hari ke-15 setelah mengonsumsi VCO (p < 0,05) lebih tinggi secara bermakna (P < 0,05) dibandingkan selisih antara kadar kolesterol HDL darah hari ke-1 dan ke-15 kelompok kontrol. Simpulan: konsumsi VCO selama dua minggu dapat meningkatkan kadar HDL-C.Kata kunci: virgin coconut oil, High Density Lipoprotein
Hubungan Tinggi Badan dengan Panjang Radius pada Etnis Minahasa di Kelurahan Kakaskasen 3 Kecamatan Tomohon Utara Kota Tomohon Marthing, Selvira E.; Wongkar, Djon; Kaseke, Martha M.
Jurnal Biomedik : JBM Vol 12, No 1 (2020): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.12.1.2020.26931

Abstract

Abstract: Height is one of the most important physical identities of a person which is useful for forensic identification in case of only parts of body was found in an accident or mutilation case. One way of determining height is by using the length of long bones, such as radius. This study was aimed to determine the relationship between height and radius length in Minahassan ethnic group. This study was conducted in October 2019 at Desa Kakaskasen 3. This was an analytical and descriptive study with a cross-sectional design. Sampling was obtained by using the purposive sampling method. Data were analyzed by using the Pearson’s correlation test and simple linear regression test. The results of the Pearsom’s test showed that the coefficient correlation between height and right radius length was r= 0.836 and between height and left radius length was r=0.834. Moreover, the result of the simple linear regression test obtained a formula, as follows: height = 80.7 + 1.86 (right radius length) + 1.57 (left radius length). In conclusion, there was a very strong correlation between height and radius length among males of Minahasan ethnic group; therefore, height could be determined by using radius length.Keywords: forensic identification, height, radial length, Minahassan ethnic group Abstrak: Tinggi badan merupakan salah satu identitas fisik terpenting pada seseorang dan berguna untuk proses identifikasi forensik ketika hanya sebagian tubuh yang ditemukan pada kasus-kasus kecelakaan atau mutilasi. Salah satu cara menentukan tinggi badan adalah dengan menggunakan panjang dari tulang panjang seperti tulang radius. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tinggi badan dengan panjang tulang radius pada etnis Minahasa. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2019 di Kelurahan Kakaskasen 3. Jenis penelitan ialah deskriptif analitik dengan desain potong lintang. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan uji korelasi Pearson dan uji regresi linier sederhana. Hasil penelitian mendapatkan hubungan kuat antara tinggi badan dengan panjang radius kanan (r=0,836) dan dengan panjang radius kiri (r=0,834). Hasil analisis regresi linier sederhana mendapatkan formula: tinggi badan = 80,7 + 1,86 (panjang radius kanan) + 1,57 (panjang radius kiri). Simpulan penelitian ini ialah terdapat hubungan sangat kuat antara tinggi badan dengan panjang radius pada laki-laki etnis Minahasa sehingga tinggi badan dapat ditentukan berdasarkan panjang radius.Kata kunci: identifikasi forensik, tinggi badan, panjang radius, etnis Minahasa
GAMBARAN HISTOLOGIK GASTER TIKUS WISTAR YANG DIBERI EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI SETELAH DIINDUKSI CUKA TRADISIONAL (SAGUER) Allo, Silva O. L.; Kaseke, Martha M.; Wongkar, Djon
JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 12, No 1 (2020): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.12.1.2020.26932

Abstract

Abstract: Guava leaves contain flavonoids and anthocyanins that function as anti-inflammatory and antioxidant. Traditional vinegar (saguer) in Minahasa has acidic property due to the fermentation process. Exessive consumption of saguer can increase gastric acid production. This study was aimed to obtain the effect of guava leaf extract to micrcoscopic feature of Wistar rat gaster induced by saguer. This was an experimental laboratory study. Samples were 20 male Wistar rats divided into 4 groups: negative control group; group II induced by saguer for 14 days; group III induced by saguer and given guava leaf extract simultaneously for 14 days; and group IV induced by saguer for 14 days and continued with guava leaf extract for 14 days. The microscopic features were, as follows: The negative control group showed normal gastric feature; the group II showed a lot of inflammatory cells and some erosion of epithelial cells; group III showed reduced inflammatory cells and some erosion of epithelial cells; and group IV showed reduced inflammatory cells without erosion of epithelial cells. In conclusion, Wistar rats given additional guava leaf extract showed microscopic gastric feature without or less erosion of epithelial cells and inflammatory reaction compared to those induced by traditional vinegar (saguer).Keywords: guava leaf extract, traditional vinegar (saguer), inflammatory cells Abstrak: Daun jambu biji mengandung senyawa flavonoid dan antosianin sebagai antiinflamasi dan antioksidan. Cuka tradisional (Minahasa: saguer) memiliki sifat asam karena proses fermentasi yang bila dikonsumsi berlebihan dapat.menyebabkan iritasi mukosa gaster Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun jambu biji terhadap gambaran histologik gaster tikus Wistar yang diinduksi saguer Jenis penelitian ialah eksperimental laboratorium. Hewan uji yang digunakan ialah tikus putih jantan galur Wistar sebanyak 20 ekor, dibagi atas 4 kelompok yaitu kelompok I (kontrol negatif); kelompok II diinduksi saguer 14 hari; kelompok III diinduksi saguer dan diberi ekstrak daun jambu biji bersamaan 14 hari; dan kelompok IV diinduksi saguer 14 hari dan dilanjutkan pemberian ekstrak daun jambu biji 14 hari. Hasil penelitian mendapatkan gambaran histologik gaster tikus Wistar sebagai berikut: kelompok I menunjukkan gambaran gaster normal; kelompok II terdapat banyak sel radang dan erosi sebagian sel epitel; kelompok III sel radang berkurang dan erosi sebagian sel epitel; dan kelompok IV sel radang berkurang dan tidak ditemukan erosi sel epitel. Simpulan penelitian ini ialah tikus Wistar yang diberikan tambahan ekstrak daun jambu biji memperlihatkan gambaran histologik gaster tanpa atau lebih sedikit erosi dan reaksi inflamasi dibandingkan tikus Wistar yang hanya diinduksi saguer.Kata kunci: ekstrak daun jambu biji, cuka tradisional (saguer), sel-sel radang
Pengaruh Paparan Nikotin Terhadap Penyembuhan Fraktur Esau, Sharen E.; Angmalisang, Elvin C.; Wongkar, Djon
JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 12, No 3 (2020): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.12.3.2020.31991

Abstract

Abstract: Bone fracture healing process begins with an inflammatory stage, which leads to callus formation and tissue differentiation within the callus and is completed by callus resorption and bone remodeling. Previous studies have shown that nicotine users are more likely to experience prolonged wound healing, higher risk of wound infection, higher incidence of fractures, higher incidence of fracture nonunion, higher risk of malunion, longer time to fuse fractures, and increased risk of osteomyelitis after fracture. The purpose of this study is to determine the effect of nicotine exposure on fracture healing. This study took the form of a literature review with data searches using two databases, namely PubMed and ClinicalKey. The keywords used are nicotine and fracture healing. After being selected based on inclusion and exclusion criteria, 12 literature was obtained which will be reviewed. Research from 12 literature reviewed found that nicotine gave varying results on fracture healing, some of which were attributed to differences in nicotine doses or differences in the experimental animal species studied. In conclusion, nicotine has an effect on fracture healing.Key words: nicotine, fracture healing  Abstrak: Proses penyembuhan patah tulang dimulai dengan tahap peradangan, yang mengarah pada pembentukan kalus dan diferensiasi jaringan di dalam kalus dan diselesaikan dengan resorpsi kalus dan remodeling tulang. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa pengguna nikotin lebih cenderung mengalami penyembuhan luka yang lama, risiko infeksi luka yang lebih tinggi, insiden patah tulang yang lebih tinggi, insiden fraktur nonunion yang lebih tinggi, risiko malunion yang lebih tinggi, waktu yang lama untuk penyatuan patah tulang, dan peningkatan risiko osteomielitis setelah fraktur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh paparan nikotin terhadap penyembuhan fraktur. Penelitian ini berbentuk literature review dengan pencarian data menggunakan dua database yaitu PubMed dan ClinicalKey. Kata kunci yang digunakan yaitu nikotin and penyembuhan fraktur. Setelah diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi, didapatkan 12 literatur yang akan direview. Penelitian dari 12 literatur yang direview didapatkan bahwa nikotin memberikan hasil yang bervariasi terhadap penyembuhan patah tulang, beberapa diantaranya dianggap berasal dari perbedaan dosis nikotin atau perbedaan spesies hewan percobaan yang diteliti. Sebagai simpulan, nikotin mempunyai pengaruh terhadap penyembuhan fraktur.Kata kunci: nikotin, penyembuhan fraktur