Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

MAKNA RAGAM HIAS PADA FASAD BANGUNAN (STUDI KASUS : KELENTENG BAN HING KIONG, MANADO) Wulanningrum, Sintia Dewi
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 2, No 2 (2018): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v2i2.1654

Abstract

Ban Hing Kiong Temple was founded in 1819 and is the oldest temple in North Sulawesi. The advantages of Ban Hing Kiong Temple are; strategically located at the center of the city that is reachable by public transportation and is the center of China Town where temples, houses, shrines and markets belonging to the Chinese ethnic can be found, as well as two cannons belonging to VOC, therefore, it is a religious center as much as it is a historical tourist destination. In addition, this temple possesses a unique design with Classical Chinese architectural style decorated with a variety of motifs. Motifs found in this Temple is one of many attractions for visitors. Motif is a basic form of decoration that will usually become a repeated pattern in a craft or art work (Purnomo, 2013). Every motif in Ban Hing Kiong Temple has different type and meaning. This research aims to identify the types and meanings of motifs on the exterior of Ban Hing Kiong Temple. The method used is descriptive qualitative by identifying the types of motifs and the meanings of motifs through literature studies and field survey. This study found that there are three types of motifs on the building exterior, including; flora motif, fauna motif, geometric and motif about legends. The most common motif found on the exterior is fauna motif in the form of dragon and tiger ornaments found in the building column, on building roofs, walls, and incense burners. Kelenteng Ban Hing Kiong berdiri sejak tahun 1819 dan merupakan Kelenteng tertua di Sulawesi Utara.. Kelebihan Kelenteng Ban Hing Kiong  antara lain; letaknya strategis berada di tengah kota yang dapat ditempuh dengan transportasi umum dan  merupakan  pusat China Town yang terdapat terdapat kuil, rumah-rumah, tempat suci dan pasar milik etnis Cina, terdapat dua buah meriam peninggalan VOC, sehingga selain sebagai pusat religi juga sebagai tujuan wisata sejarah. Selain itu, Klenteng ini memiliki desain yang unik dengan gaya arsitektur Cina Klasik yang  dihiasi dengan ragam ragam hias. Ragam hias yang ada di Kelenteng merupakan salah satu daya tarik bagi pengunjung. Ragam hias adalah bentuk dasar hiasan yang biasanya akan menjadi pola yang diulang-ulang dalam suatu karya kerajinan atau seni (Purnomo, 2013). Setiap ragam hias di Kelenteng Ban Hing Kiong memiliki tipe dan makna yang berbeda-beda. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi jenis dan makna ragam hias pada fasad Kelenteng Ban Hing Kiong. Metode Penelitian adalah deskriptif kualitatif dengan mengidentifikasi jenis ragam hias serta makna ragam hias melalui studi pustaka dan survey lapangan. Hasil penelitian yaitu terdapat tiga jenis ragam hias pada fasad bangunan antara lain; ragam hias flora, ragam hias fauna, geometris dan ragam hias legenda. Ragam hias yang paling banyak ditemukan pada fasad yaitu ragam hias fauna berupa ornamen naga dan macan yang berada pada kolom bangunan, atap bangunan, dinding  serta tempat pembakaran hio. 
Elemen-elemen Pembentuk Kota yang Berpengaruh terhadap Citra Kota (Studi Kasus: Kota Lama Semarang) Wulanningrum, Sintia Dewi
JURNAL PEMBANGUNAN WILAYAH & KOTA Vol 10, No 2 (2014): JPWK Vol 10 No 2 June 2014
Publisher : Magister Pembangunan Wilayah dan Kota,Undip

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (840.076 KB) | DOI: 10.14710/pwk.v10i2.7650

Abstract

Kota Lama Semarang is an area where the Dutch colonial where there are buildings constructed since the Dutch era . The old city is often referred to as Little Netherland , with the city -like landscape in Europe and the canals that surround the Old City like making miniature Dutch in Semarang . However, as the development of the times , the image of the Old City of Semarang increasingly undermined by the influence of modernization . This study aims to determine the forming elements which affect the image of the city in the Old Town neighborhood , so it can be used as a reference in enhancing the image in the old town area of Semarang . The research method is qualitative and quantitative . From the analysis , it was found that the elements most influence on the image of the Old Town area is in Zone Lt. Soeprapto as the most prominent landmarks is the Church Blenduk , the district has a specific activity and mass system , where there are activities such as worship , trade and services as well as office . In addition , the most prominent path is on track Lt. Soeprapto which can be seen through the presence of a typical row of buildings on the right side or the left lane.
AREA HIJAU EDUKATIF DI SD-SMK PERTI, TANJUNG GEDONG, GROGOL, JAKARTA BARAT Solikhah, Nafiah; Mustaram, Agnatasya Listianti; Wulanningrum, Sintia Dewi; Sabstalistia, Yunita Ardianti
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 1, No 1 (2018): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2052.556 KB) | DOI: 10.24912/jbmi.v1i1.1904

Abstract

Educative green space in downtown educational facilities with limited land is an important requirement. Children who study in schools with more green space show better brain development than children in schools with little green space. Perti Vocational School in Grogol, West Jakarta as a partner is located in an area with a high level of pollution and suboptimal green space. The purpose of this PKM is to improve greening in SD-SMK Perti so that it can optimize the greening function with the concept of an educative green space as an educational area for students and to be able to supply clean air (oxygen), filter out dust, improve environmental beauty, add rainwater catchment areas, and prevent flood. PKM activities are divided into 3 stages, namely: Stage 1: Planning, Stage 2: Implementation, Stage 3: Socialization, where each stage contributes to the next stage. Based on the results of this PKM, it can be concluded that Hydroponics-Aquaponics is a system that has the simplest, effective, efficient and easy work process in its management. Plant nutrition is obtained naturally by utilizing metabolism from fish (from fish droppings in the pond below). The Hydroponic-Aquaponic System has a disadvantage in terms of time. It takes longer to prepare a pond until it is ready to be filled with fish, and it takes time for the fish to adjust to the pond before the hydroponic installation. Hydroponic-aquaponic can be applied using simpler mediaABSTRAK: Ruang terbuka hijau edukatif pada fasilitas pendidikan yang berada di kawasan pusat kota dengan lahan terbatas merupakan salah satu kebutuhan yang penting. Anak-anak yang lebih banyak belajar di sekolah dengan banyak ruang hijau memiliki perkembangan otak lebih baik daripada anak-anak di sekolah yang memiliki sedikit ruang hijau. SD-SMK Perti di Grogol, Jakarta Barat sebagai mitra berada di dalam kawasan dengan tingkat polusi cukup tinggi dan kurang optimalnya area penghijauan. Tujuan dari PKM adalah memperbaiki penghijauan di SD-SMK Perti agar dapat mengoptimalkan fungsi penghijauan dengan konsep area hijau edukatif sebagai area edukasi bagi siswa serta agar dapat mensuplai udara segar (oksigen), menyaring debu, menambah keasrian lingkungan, menambah area resapan air hujan, dan mencegah banjir. Kegiatan PKM terbagi menjadi 3 tahap, yaitu: Tahap 1: Perencanaan, Tahap 2: Pelaksanaan, Tahap 3: Sosialisasi, dimana masing-masing tahap memiliki luaran yang berkesinambungan untuk kegiatan tahap berikutnya. Berdasarkan hasil kegiatan PKM dapat disimpulkan bahwa Hidroponik-Akuaponik merupakan sistem yang memiliki proses kerja paling sederhana, efektif, efisien dan mudah dalam pengelolaannya. Nutrisi tanaman diperoleh secara alami dengan memanfaatkan metabolisme dari ikan (dari kotoran ikan yang berada di kolam bawah). Sistem Hidroponik-Akuaponik memiliki kelemahan dari sisi waktu. Dimana diperlukan waktu yang lebih lama dalam mempersiapkan kolam sampai siap untuk diisi ikan, serta dibutuhkan waktu untuk ikan dapat menyesuaikan diri dengan kolam sebelum instalasi hidroponik. Penerapan hidroponik-akuaponik dapat diterapkan dengan menggunakan media yang lebih sederhana.
KAJIAN KENYAMANAN JALUR PEJALAN KAKI DI JALAN TAMAN MINI 1 DAN JALAN RAYA PONDOK GEDE, JAKARTA TIMUR Wulanningrum, Sintia Dewi
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v5i1.9391

Abstract

Convenient pedestrian path is an important aspect to supporting Transit Oriented Development or TOD. TOD is a city development approach that adopts mixed spatial planning and optimizes the use of mass transportation,  such as;  the Trans Jakarta, Mass Rapid Transit (MRT), Light Rapid Transit (LRT), and  equipped with a pedestrian or bicycle network. One of the pedestrian paths that is near the Trans Jakarta stop and LRT stations is the pedestrian route on Jalan Taman Mini 1 and Jalan Raya Pondok Gede, Kelurahan Pinang Ranti, East Jakarta. However, the existing pedestrian paths on Jalan Taman Mini 1 and Jalan Pondok Gede are still less comfortable, such as; the condition of the perforated pedestrian paths, no markers for disabilities, the ditch directly adjacent to the deepest and open pedestrian path, the lack of trash bins, the absence of a pedestrian bridge and a zebra crossing from the Garuda Tamini Trans Jakarta shelter to exit the shelter, making it very dangerous for pedestrians who will be crossing. The research objectives are to identify pedestrian paths on Taman Mini  and  Raya Pondok Gede Street, and  safety planning and comfortable walking paths to support TOD in the Taman Mini area. The results showed that the pedestrian path was still not comfortable, there were paving blocks with holes, lack of street furniture such as; absence of guide beams, stepping stones, park benches, less bins and signs.Keywords: convenience, pedestrian path, TODAbstrakJalur pejalan kaki yang nyaman merupakan aspek penting dalam mendukung Transit Oriented Development atau TOD. TOD merupakan salah satu pendekatan pengembangan kota yang mengadopsi tata ruang campuran dan mengoptimalkan penggunaan angkutan massal seperti Trans Jakarta, Mass Rapid Transit  (MRT), Light Rapid Transit (LRT), serta dilengkapi jaringan pejalan kaki  atau jalur sepeda. Salah satu jalur pejalan kaki yang berada di dekat halte Trans Jakarta serta stasiun LRT adalah Jalur pejalan kaki di Jalan Taman Mini 1 dan Jalan Raya Pondok Gede, Kelurahan Pinang Ranti, Jakarta Timur. Akan tetapi, eksisting  jalur pejalan kaki di Jalan Taman Mini 1 dan di Jalan Pondok Gede masih kurang nyaman, seperti; kondisi jalur pejalan kaki yang berlubang, tidak adanya penanda bagi disabilitas, selokan yang berbatasan langsung dengan jalur pejalan kaki sangat dalam dan terbuka, kurangnya tempat sampah, tidak adanya jembatan penyebrangan serta zebra cross dari shelter Trans Jakarta Garuda Tamini menuju keluar shelter, sehingga sangat berbahaya bagi pejalan kaki yang akan menyebrang. Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif. Tujuan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi  jalur pejalan kaki  di Jalan Taman Mini  dan Jalan Raya Pondok Gede, serta merencanakan konsep jalur pejalan kaki yang aman dan nyaman untuk mendukung TOD di kawasan Taman Mini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jalur pejalan kaki masih kurang nyaman, terdapat paving blok yang berlubang, kurangnya street furniture seperti; tidak adanya guiding block,stepping stone, bangku taman, kurangnya tempat sampah dan signages.
PERANCANGAN SUSTAINABLE STREETSCAPE UNTUK MEMPERKUAT CITRA VISUAL KOTA SINTIA DEWI WULANNINGRUM
Pawon: Jurnal Arsitektur Vol 7 No 1 (2023): PAWON: Jurnal Arsitektur
Publisher : Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36040/pawon.v7i1.4474

Abstract

Sustainable streetscape merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan kualitas suatu kota, hal ini sesuai dengan tujuan SDGS (Sustainable Development Goals) point ke 11 yaitu mewujudkan kota dan komunitas berkelanjutan. Salah satu perwujudan streetscape yang memiliki potensi visual yang menarik yaitu koridor Jalan Pemuda, dimana terdapat bangunan-bangunan lama dengan arsitektur Kolonial dan Cina. Namun pada eksisting koridor Jalan Pemuda masih kurang memiliki karakteristik , seperti kurangnya street furniture (tempat sampah, bangku taman , public art, curbs, ruang kafe, kurangnya dan guiding blok) yang mampu merepresentasikan citra visual kawasannya. Tujuan penelitian yaitu untuk merencanakan konsep perancangan streetscape yang berkelanjutan sehingga mampu merepresentasikan citra visual koridor serta membuat rancangan desain sustainable streetscape melalui perancangan koridor kawasan yang menciptakan ruang publik yang nyaman, sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungannya. Metode penelitian yaitu kualitatif deskriptif, untuk menganalisis streetscape di koridor Jalan Pemuda Blora berdasarkan kajian literatur, sehingga diperoleh konsep sustainable streetscape. Hasil dari penelitian yaitu perancangan sustainable streetscape dengan mempertahankan karakteristik atau identitas kawasan yang telah ada, melalui perancangan streetscape antara lain; perancangan public art; perancangan streetscape yang meliputi: signages (perancangan tata tanda pada toko dan nama jalan); perancangan ruang kafe outdoor; side walks, cross walk; street furniture (bangku taman, lampu , tempat sampah) ; fasilitas sepeda dan penataan vegetasi.
STUDI KELAYAKAN RUANG TERBUKA HIJAU SEBAGAI FUNGSI INTRINSIK DAN EKSTRINSIK SINTIA DEWI WULANNINGRUM
Pawon: Jurnal Arsitektur Vol 7 No 2 (2023): PAWON: Jurnal Arsitektur
Publisher : Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36040/pawon.v7i2.5062

Abstract

RTH Grojogan Blora merupakan salah satu RTH yang berada di sempadan sungai. Dahulunya pada RTH terdapat kanal yang berfungsi untuk mencegah banjir, serta sebagai sarana transportasi air, serta memiliki fungsi ekologis sebagai pencegah longsor dan sebagai habitat flora dan fauna. Akan tetapi semakin berkembangnya zaman, fungsi RTH Grojogan juga mengalami perubahan terutama pada fungsi sosial dan ekonomi, seperti : adanya Pedagang Kaki Lima (PKL), terdapat area komunal dan terdapat spot memancing ikan. Kondisi pada RTH dan area komunal yang berada di tepian kanal, kurang nyaman , dimana kurangnya tempat sampah, penerangan dan akses masuk menuju area komunal terbatas, selain itu kursi taman serta area komunal yang kurang tertata. Sebagai salah satu RTH yang letaknya cukup strategis di pusat kota Blora, harusnya RTH Grojogan dapat menjadi magnet bagi masyarakat sekitar sebagai area rekreatif , dimana terdapat banjir kanal sebagai daya tarik visual. Oleh sebab itu, diperlukan studi Kelayakan RTH Grojogan terkait fungsi intrisnik dan ekstrinsik sehingga dapat memaksimalkan fungsi RTH , serta mengembalikan RTH Grojogan sebagai salah satu destinasi rekreatif di Kota Blora. Tujuan penelitian yaitu untuk menganalisa kelayakan RTH Grojogan berdasarkan fungsi intrinsik (ekologis), fungsi ekstrinsik (ekonomi, sosial dan budaya, serta estetika). Metode penelitian menggunakan kualitatif deskriptif dan kuantitatif . Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan fungsi intrinsik (ekologi) RTH Grojogan telah mengalami penurunan fungsi ; sedangkan berdasarkan fungsi ekstrinsik secara sosial masih terdapat aktivitas masyarakat sekitar seperti memancing dan berinteraksi di sekitar RTH, secara budaya kurang terlihat dan secara ekonomi terdapat beberapa warung makanan yang berada di sepanjang RTH.
REVITALISASI COMMUNAL SPACE DI RTH GROJOGAN Sintia Dewi Wulanningrum
Pawon: Jurnal Arsitektur Vol 8 No 1 (2024): PAWON: Jurnal Arsitektur
Publisher : Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36040/pawon.v8i1.6588

Abstract

Ruang Terbuka Hijau (RTH) Grojogan merupakan RTH yang berada di sempadan sungai dan berada strategis di tengah Kota Blora. RTH Grojogan sebagai salah satu RTH di Blora yang memiliki banyak fungsi seperti; fungsi ekologi (menghasilkan oksigen, pengatur iklim mikro disekitar, mengurangi polutan, sebagai peneduh, area resapan air dan mencegah banjir); fungsi sosial budaya yaitu sebagai sarana berinteraksi masyarakat sekitar. Pada eksisting RTH Grojogan terbagi menjadi area pepohonan pada sisi selatan dan timur, serta area kuliner dan komunal pada sisi barat. Pada area komunal yang berada di tepi sungai (sisi barat) yang terdapat bekas potongan kayu yang digunakan sebagai tempat duduk dan meja, akan tetapi kondisi area komunal serta prasarana penunjang masih kurang layak, seperti : kurangnya lampu disekitar area komunal, kurangnya tempat sampah, bangku taman yang kurang layak, serta toilet umum yang kurang terawat. Dulunya, communal space di RTH Grojogan digunakan sebagai tempat berkumpul dan berinteraksi masyarakat sekitar, serta digunakan sebagai area rekreasi masyarakat untuk menikmati suasana alam yaitu pepohonan dan perairan pada RTH Grojogan. Oleh sebab itu diperlukan revitalisasi untuk mengembalikan serta memaksimalkan fungsi RTH Grojogan sebagai Ruang Publik melalui perancangan Communal space . Metode yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif melalui pengumpulan data primer dan sekunder, serta analisa untuk menentukan perancangan desain yang tepat berdasarkan permasalahan serta analisa. Tujuan penelitian untuk merevitalisasi Communal space sebagai sarana interaksi dan rekreasi warga sekitar. Bedasarkan hasil Analisa, konsep yang dipilih untuk menyelesaikan permasalahan yaitu sustainable architecture dengan memperhatikan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.
KAJIAN POLA TATANAN KEHIDUPAN DI KABUYUTAN TRUSMI, CIREBON Sintia Dewi Wulanningrum
Jurnal Koridor Vol. 9 No. 2 (2018): Jurnal Koridor
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (629.801 KB) | DOI: 10.32734/koridor.v9i2.1374

Abstract

Seiring berkembangnya peradaban manusia yang ditandai dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, pola kehidupan manusia mengalir mengikuti zamannya. Akan tetapi perkembangan ini, tidak mempengaruhi pola kehidupan di Kabuyutan Trusmi, yang tetap mempertahankan ajaran leluhurnya. Pola kehidupan dan aktivitas Kabuyutan Trusmi merupakan perwujudan dari kearifan lokal masyarakat Jawa Barat. Kearifan lokal ini dapat dilihat seperti pada bentuk bangunan yang ramah lingkungan, pola kehidupan sehari-hari yang menghargai alam dan penggunaan peralatan rumah tangga yang masih orisinil. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pola tatanan kehidupan Kabuyutan Trusmi yang mencerminkan kearifan lokal daerah setempat. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif mengenai tatanan kehidupan Kabuyutan Trusmi. Hasil temuan penelitian adalah pola tatanan kehidupan Kabuyutan Trusmi yang masih menjaga tradisi nenek moyang, seperti bentuk bangunan yang masih tradisional, penggunaan material ramah lingkungan, pola kehidupan yang menjaga tradisi, dan penggunaan alat-alat memasak yang masih tradisional.
DESAIN PERPUSTAKAAN MULTIFUNGSI SEBAGAI SARANA LITERASI DAN BERMAIN ANAK WULANNINGRUM, SINTIA DEWI
Pawon: Jurnal Arsitektur Vol 8 No 02 (2024): Pawon: Jurnal Arsitektur
Publisher : Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36040/pawon.v8i02.9242

Abstract

Membaca menjadi salah satu parameter kemajuan suatu bangsa. Bangsa yang maju memiliki tingkat budaya membaca yang lebih tinggi. Akan tetapi, minat baca di Indonesia masih sangat kurang. Berdasarkan data UNESCO (2018) tentang minat baca di Indonesia berada diurutan kedua terendah yaitu dari 1.000 masyarakat Indonesia hanya satu orang yang rajin membaca buku. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya membaca, diperlukan kebiasaan membaca dimulai sejak dini. Kegiatan membaca dapat dilakukan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, atau fasilitas membaca yang disediakan. Tempat membaca yang atraktif diharapkan mampu mendorong anak untuk menyukai aktivitas membaca. Oleh sebab itu diperlukan tempat membaca yang bisa digunakan anak, sebagai ruang membaca sekaligus bermain, supaya kegiatan membaca menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Perpustakaan multifungsi merupakan solusi untuk meningkatkan minat baca, khususnya pada anak, karena dapat menambah edukasi dan sebagai tempat bermain anak. Tujuan penelitian yaitu merancang perpustakaan multifungsi di jalan alun-alun Utara Blora sebagai sarana literasi dan bermain anak, serta untuk meningkatkan aspek kognitif, psikomotorik dan afektik pada anak. Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif untuk merumuskan konsep perpustakaan multifungsi yang mampu mewadahi aspek psikomotorik, kognitif dan afektif pada anak.
DESAIN GAPURA DI PINTU MASUK PERMUKIMAN PINGGIRAN SUNGAI Sabtalistia, Yunita Ardianti; Sintia Dewi Wulanningrum; Grisella; Chelsy Vania
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol. 7 No. 3 (2024): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jbmi.v7i3.30312

Abstract

The gate has a function as a boundary marker for an area and describes the identity of a place and adds aesthetics if it has an attractive design. Currently, the RT 17 settlement already has a gate made of bamboo. However, unfortunately the gate still does not depict the identity of the RT. Based on these problems, this PKM aims to produce a gate design at the entrance to the RT 17 settlement that is able to depict the identity of the settlement. The implementation method is carried out in 3 stages over 6 months. The first stage is to conduct a field survey and coordinate with the Chair of RW 08 Kemanggisan regarding the concept of the gate and green area that will be developed. The second stage is the design process. The third stage is submitting the design to PKM partners. The silhouette of the mangosteen fruit filling is used as an ornament on the gate to depict the gate in the Kemanggisan sub-district. The relief on the gate wall has a Betawi batik pattern which also provides an identity that the RT 17 settlement is in Jakarta which is strong in Betawi culture. The honey pergola near the gate is still maintained, only 2 horizontal bamboo poles need to be added to make it safer. The seating area is an angled concrete bench. Pots of ornamental plants around the gate seating area can also be added to add to the beauty around the gate. The results of the gate design have been submitted to PKM partners and it is hoped that the residents of RT 17 Kemanggisan will be able to build a gate based on the gate design as a reference ABSTRAK Gapura mempunyai fungsi sebagai tanda batas suatu wilayah dan menggambarkan identitas suatu tempat dan menambah estetika jika mempunyai desain yang menarik. Saat ini permukiman RT 17 sudah mempunyai gapura dari bahan bambu. Namun, sayangnya gapura tersebut masih belum menggambarkan identitas dari RT tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut maka PKM ini bertujuan menghasilkan desain gapura di pintu masuk pemukiman RT 17 yang mampu menggambarkan identitas dari pemukiman tersebut. Metode pelaksanaan dilakukan dalam 3 tahap selama 6 bulan. Tahap pertama adalah melakukan survei lapangan dan berkoordinasi dengan Ketua RW 08 Kemanggisan mengenai konsep gapura yang akan dikembangkan. Tahap kedua adalah proses desain. Tahap ketiga adalah penyerahan desain kepada mitra PKM. Siluet dari isi buah manggis dijadikan ornamen pada gapura untuk menggambarkan gapura berada di kelurahan Kemanggisan. Relief dinding gapura mempunyai pola batik betawi yang juga memberikan identitas bahwa permukiman RT 17 berada di Jakarta yang kental dengan budaya Betawi. Pergola madu yang ada di dekat gapura tetap dipertahankan, hanya saja perlu ditambahkan 2 batang bambu horisontal agar lebih aman. Area duduk di belakang gapura sebelumnya menggunakan bangku besi diganti menjadi bangku beton model siku sehingga interaksi warga bisa saling berhadapan. Pot-pot tanaman hias di sekitar area duduk gapura juga bisa ditambahkan untuk menambah keasrian sekitar gapura. Hasil desain gapura telah diserahkan ke mitra PKM dan selanjutkan diharapkan warga RT 17 Kemanggisan dapat membangun gapura dengan acuan desain gapura tersebut