Eko Prasetyo
Department Of Buddhist Education, Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha Smaratungga

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Kacchapa Jātaka audiovisual media: effect on children’s interest in participating in the Buddhist Sunday School Mujiyanto Mujiyanto; Sukisno Sukisno; Eko Prasetyo
SMARATUNGGA: JURNAL OF EDUCATION AND BUDDHIST STUDIES Vol. 2 No. 1 (2022)
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP) Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha Smaratungga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53417/sjebs.v2i1.66

Abstract

Buddhist Sunday School is one non-formal Buddhist religious education program held in most vihāras. The Buddhist Sunday School is considered necessary for improving children's understanding of the Buddha’s teaching. Various media for learning is needed to attract their interest in participating in Buddhist Sunday School. This research aims to determine how Kacchapa Jātaka audiovisual media affects the children’s interest in participating in the Buddhist Sunday School. This study observes interest, attention, motivation source, and enthusiasm towards Buddhist Sunday School material about the Kacchapa Jātaka story in the form of audiovisual media. This is quantitative research. The population of this research is children (9-14 years old) of Buddhist Sunday School Metta Dhamma in Samirono, Getasan, Semarang. This research uses a saturation sampling technique because of the small population: less than 30 children (aged 9-14 years). Based on the result of data analysis using simple linear regression formula, the magnitude of R Square is 0.744. It means that 74.4% of children’s interest in participating in Metta Dhamma Buddhist Sunday School activity is influenced by Kacchapa Jātaka audiovisual media. The results offer insightful information for Buddhist Sunday School teachers and stakeholders to enhance the efficacy of the teaching and learning process by developing engaging learning media. Instructional implications and research suggestions are provided based on the study's results.
PERTAUTAN SIKAP YUDHISTIRA PADA LAKON WAHYU DARMA DENGAN AGAMA BUDDHA (SEBUAH ANALISIS HERMENEUTIKA) Eko Prasetyo; Kabri Kabri; Sukisno Sukisno; Winja Kumari
Jurnal Pendidikan Buddha dan Isu Sosial Kontemporer (JPBISK) Vol 4 No 2 (2022): Desember
Publisher : STAB Bodhi Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Objek penelitan ini adalah pertunjukan wayang Lakon Wahyu Darma sajian Ki Manteb Soedarsono yang diunggah pada tanggal 25 Desember 2016 di channel youtube ANDHIKA MULTIMEDIA new. Lakon Wahyu Darma dipilih karena memiliki keunikan. Meskipun lakon ini bersumber dari wiracarita Mahabharata, sikap Yudhistira dalam lakon Wahyu Darma yang telah diolah oleh dalang memiliki pesan-pesan ajaran Buddha sehingga menarik untuk diungkap maknanya. Penelitian ini dipaparkan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Permasalah yang telah dirumuskan dalam penelitian ini akan dijawab dengan bantuan perangkat analisis hermeneutika Paul Ricoeur. Tujuan penelitian ini adalah 1) mengungkapkan sikap dan tindakan tokoh Yudhistira dalam lakon Wahyu Darma; 2) mengungkapkan makna yang terkandung dalam sikap dan tindakan Yudhistira. Dapat disimpulkan bahwa sikap dan tindakan tokoh Yudhistira dalam lakon Wahyu Darma memiliki kemiripan tema dengan dengan Vyāghrī-Jātakam yang reliefnya terpahat di Borobudur yaitu digambarkan memiliki sifat seperti bodhisattva yang karena belas kasih tak terbatasnya, mempersembahkan tubuhnya sebagai makanan bagi induk harimau betina yang sedang mempertahankan hidup dan menolong Kijang yang berjuang menghidupi anak-anaknya dari ancaman Harimau kelaparan. Sikap dan tindakan Yudhistira yang kedua adalah memaafkan Duryudana serta membebaskannya meskipun sudah berulang kali Duryudana dan para Korawa berusaha membunuh dan membuat Pandhawa menderita. Sikap seperti ini memiliki sinergitas dengan pandangan Agama Buddha seperti yang terdapat pada penggalan syair Karaniya Metta Sutta yaitu memancarkan pikiran kasih sayang tanpa batas. Kasih sayangnya terhadap segenap isi alam semesta tanpa benci dan permusuhan bagaikan seorang ibu yang mempertaruhkan jiwanya demi kebahagiaan anaknya yang tunggal.
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER KEPEMIMPINAN DALAM LAKON WAHYU MAKUTHARAMA GAYA MANGKUNEGARAN (ANALISIS STRUKTURALISME LÉVI STRAUSS) Eko Prasetyo
Jurnal Binagogik Vol. 9 No. 1 (2022): JURNAL BINAGOGIK
Publisher : LPPM STKIP Bina Bangsa Meulaboh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (338.663 KB) | DOI: 10.61290/pgsd.v9i1.475

Abstract

Artikel ini membahas tentang nilai-nilai Pendidikan karakter kepemimpinan dalam lakon wayang Wahyu Makutharama gaya Mangkunegaran. Lakon Wahyu Makutharama mengisahkan perjalanan Arjuna dengan laku tertentu yang dijalankannya, akhirnya mendapatkan anugerah berupa ajaran Hasthabrata. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkungkap struktur lakon Wahyu Makutharama. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis Strukturalisme Lévi-Strauss. Hasil penelitian ini menunjukkan dalam lakon lakon Wahyu Makutharama terdapat dua nilai pendidikan. Pertama; lakon wayang Wahyu Makutharama menggambarkan adanya pertentangan dua pihak yang bersifat oposisi biner. Pertentangan oposisi biner tersebut tergambar pada tokoh yang berusaha mencari Wahyu Makutharama yaitu Arjuna dan Duryudana. Arjuna berusaha sendiri dengan cara melakukan laku prihatin, bertapa, dan berbuat kebaikan. Duryudana berusaha dengan cara mengutus bawahannya dengan cara kekerasan. Hasilnya, Arjuna yang berhasil mendapatkan Wahyu Makutharama. Kedua; inti dari lakon lakon Wahyu Makutharama adalah ajaran Hasthabrata. Hastha artinya delapan, brata artinya laku. Laku delapan yang hendaknya dijalankan oleh seorang pemimpin adalah meneladani karakter matahari yang menepati janji, bulan yang menerangi dan menyejukkan, bintang yang menjadi penunjuk arah, mendung yang memberikan pengharapan, bumi yang selalu memberi, samudra yang mampu menampung apa saja, api yang adil, dan angin yang dapat menjangkau seluruh rakyatnya.
Ngurisan Tradition in the View of Buddhism Munisah Munisah; Eko Prasetyo
Subhasita: Journal of Buddhist and Religious Studies Vol. 1 No. 1 (2023)
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP) Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha Smaratungga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.052 KB) | DOI: 10.53417/jsb.96

Abstract

The Ngurisan tradition is an ancestral heritage that is hereditary. The purpose of the Buddhist community carrying out the Ngurisan tradition is as a form of gratitude, thanks to parents for being blessed with a child and to pray for and cleanse the child from unwanted things. The problem to be studied is the implementation of the Buddhist Ngurisan tradition. The purpose of this research is to find out the process and meaning of Ngurisan tradition of Buddhist community in Mareje village, Lembar sub-district, West Lombok regency. This research was conducted on the Buddhist community in Mareje Village, Lembar District, West Lombok Regency. This research uses a qualitative approach, namely ethnographic study with data collection techniques including interviews, observation, and documentation. Ngurisan tradition is a celebration event in the form of a haircut tradition ceremony intended for children. The procession of the Ngurisan tradition includes activities (1) Family-level consensus (2) Bau Tomplak (taking materials) (3) Bait Jelo (determining a good day) (4) Jelo Gaur (The third day before the peak day of Ngurisan) (5) Jelo Naikan (the second day before the peak day). (6) Jelo gawe (peak day) and (7) Metun baok (activities after the event is over). The Ngurisan devotional ceremony uses offerings in the form of candles, incense, water, flowers, fruit, and food in the form of rice. The Ngurisan tradition means that children who have been drained can be given health, welfare, and in the future can live a life full of happiness. As for custom, it is an obedience or respect for the ancestors. A child has an obligation to be devoted to parents, maintain family honor and traditions, keep the inheritance well and pray for them when they have died. Religiously, it can be a way to deepen and increase faith (Saddha) for Buddhists. Buddhism also defines the Ngurisan tradition as a form of merit offering (patidana).
Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Android Pada Materi Buddha Parinibbana Kelas 9 Sekolah Menengah Pertama Aleks Effendi; Partono Nyanasuryanadi; Eko Prasetyo
Journal on Education Vol 5 No 4 (2023): Journal on Education: Volume 5 Nomor 4 Mei-Agustus 2023
Publisher : Departement of Mathematics Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/joe.v5i4.4173

Abstract

The object of this research is the development of android-based interactive learning media in the subjects of Buddhist Religion and Moral Education. Especially on Buddha Parinibbana material. Learning in the subjects of Buddhist Religion and Moral Education at SMPN 1 Cluwak still uses conventional methods, namely lectures which are considered ineffective. This research seeks to solve these problems. This research is research development or research and development (R&D). The method used in this research is a 10-step method developed by Borg and Gall (1889). This research only took four stages due to limited ability, time and cost. The results of this study are in the form of learning media products in the form of applications using the Android operating program. The material in the application is Buddha Parinibbana in grade 9 of junior high school.
PENGARUH TEMAN SEBAYA TERHADAP PREDISPOSISI MENGIKUTI PEMBELAJARAN AGAMA BUDDHA SISWA KELAS XII SMA NEGERI 1 DONOROJO, KECAMATAN DONOROJO, KABUPATEN JEPARA Didik Siswanto; Partono Nyanasuryanadi; Eko Prasetyo
Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran (JRPP) Vol. 6 No. 3 (2023): Volume 6 No. 3 2023
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jrpp.v6i3.19308

Abstract

Objek penelitian ini merupakan siswa beragama Buddha kelas XII SMA0Negeri 1 Donorojo, Kec. Donorojo, Kab. Jepara. Siswa sejumlah 22 orang. Observasi menunjukkan bahwa banyak siswa yang kurang tertib mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar mata0pelajaran Agama Buddha. Penelitian ini bermaksud untuk mencari tahu secara teliti seberapajauh peran teman sebaya dalam memberikan pengaruh terhadap kecenderungan atau predisposisi belajar siswa beragama Buddha terhadap mata pelajaran agama Buddha di SMA0Negeri 1 Donorojo, Kec. Donorojo, Kabupaten Jepara. Penelitian0ini menerapkan metode0penelitian0kuantitatif, yang didasarkan pada0paradigma struktural fungsional. Metode analisis yang diterapkan adalah analisis parametrik, digunakan untuk menguji parameter populasi dengan memanfaatkan data sampel dengan tipe data interval atau rasio, serta memiliki distribusi yang normal. Temuan dari analisis data menggunakan persamaan regresi0linier sederhana menunjukkan bahwa nilai R square 0,850. Ini mengindikasikan bahwa sekitar 85,0% dari predisposisi terhadap pembelajaran agama Buddha di SMA Negeri 1 Donorojo dapat dijelaskan oleh pengaruh dari teman sebaya. Sementara itu, sisanya 15% dipengaruhi variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi tersebut.