Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Dimensi Epistemologis Seloko Adat Melayu Jambi: Relevansinya dalam Pengayaan Mata Kuliah Filsafat Ilmu Al Munir, M. Ied; Habibullah, M.
Media Akademika Vol 27, No 1 (2012)
Publisher : Media Akademika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk menjawab tiga pertanyaan pokok, yakni bagaimana rumusan seloko adat Melayu Jambi, bagaimana epistemologi dalam seloko adat Melayu Jambi, dan bagaimana relevansi epistemologi dalam seloko adat Melayu Jambi dalam pengayaan mata kuliah Filsafat Ilmu. Tulisan ini mendapati bahwa: (1) rumusan seloko adat Melayu Jambi secara eksplisit dapat dijumpai dalam dasar-dasar hukum adat Melayu Jambi. Seloko adat Melayu Jambi juga tersebar dalam pelbagai wadah, seperti dalam pedoman hukum, aturan hidup dan tunjuk ajar dalam pernikahan; (2) Sumber pengetahuan dalam seloko adat melayu Jambi terdiri atas: otoritas, akal, pancaindra, intuisi dan wahyu. Teori kebenaran yang terdapat dalam seloko adat Melayu Jambi adalah teori kebenaran korespondensi, teori kebenaran koherensi, teori kebenaran pragmatis dan teori kebenaran konsensus; dan (3) Sumber-sumber pengetahuan filsafat ilmu dengan warna positif yang cuma dua sumber, yakni akal dan panca indra dapat diperkaya dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya berupa otoritas, intuisi dan wahyu. Sedangkan tolok ukur pengetahuannya yang cenderung cuma mengakui teori kebenaran korespondensi dan teori kebenaran koherensi/konsistensi dapat diperkaya dengan teori kebenaran pragmatis dan konsensus.
Etika Kepemimpinan dalam Seloko Adat Melayu Jambi Al Munir, M Ied
Kontekstualita Vol 28, No 2 (2013)
Publisher : Kontekstualita

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk menjawab tiga pertanyaan utama: apa yang merupakan kepemimpinan etis, bagaimana kepemimpinan dalam budaya Melayu di Jambi bekerja dan bagaimana kepemimpinan etis berdasarkan dari kebiasaan Seloko Jambi dilaksanakan. Hasil yang diperoleh adalah: (1) etika di Jambi Melayu dipahami sebagai moralitas, (2) ada beberapa ciri-ciri, temperamen, atau tindakan bahwa seorang pemimpin seharusnya tidak dalam budaya Melayu Jambi, sebagaimana disebutkan dalam Seloko "Burung Kecil, langit-langit Mato "atau" burung kecil, mata buta "(orang-orang yang bekerja hanya mencari kesalahan orang lain dan memberitahu kalau kemana-mana), dan (3) seorang pemimpin harus memiliki moral yang baik, ditandai dengan sifat-sifat berikut: tulus, lembut, adil, murah hati dan bijaksana. Kata kunci: etika, etika kepemimpinan, Seloko adat Melayu Jambi.Abstract: This article aims to answer three main questions: what constitutes ethical leadership, how leadership in Malay culture in Jambi works and how the ethical leadership based from Seloko Jambi customs implemented. The results obtained are: (1) ethics in Jambi’s Malay is understood as morality, (2) there are few traits, temperament, or action that a leader should not have in Malay Jambi culture, as mentioned in Seloko “Burung Kecik, Ciling Mato” or “small bird, blind eyes" (people who works only find fault with others and tell it when go everywhere), and (3) a leader must have good morals, are characterized by the following properties: sincere, gentle, fair, generous and thoughtful. Keywords: etika, etika kepemimpinan, seloko adat Melayu Jambi.
Tinjauan terhadap Metode Empirisme dan Rasionalisme Al Munir, M. Ied
Jurnal Filsafat "WISDOM" Vol 14, No 3 (2004)
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2969.082 KB) | DOI: 10.22146/jf.31413

Abstract

Rasionalism and empiricism conceptions have so many weakness to use as a method to get knowledge. Therefore, it is a much need another method that can be expected to revise those weakness. This method is a combination between the Rasionalism conceptions and the empiricism conceptions. Afterwards, it is known as scientific method.
Tinjauan terhadap Metode Empirisme dan Rasionalisme M. Ied Al Munir
Jurnal Filsafat "WISDOM" Vol 14, No 3 (2004)
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jf.31413

Abstract

Rasionalism and empiricism conceptions have so many weakness to use as a method to get knowledge. Therefore, it is a much need another method that can be expected to revise those weakness. This method is a combination between the Rasionalism conceptions and the empiricism conceptions. Afterwards, it is known as scientific method.
Hermeneutika sebagai Metode dalam Kajian Kebudayaan M. Ied Al Munir
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 5 No. 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (118.75 KB) | DOI: 10.22437/titian.v5i1.12508

Abstract

Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang posisi hermeneutika sebagai sebuah metode dalam kajian kebudayaan. Sebagaimana terlihat dalam perkembangan dewasa ini, kajian kebudayaan tidak hanya memiliki fokus pada kebudayaan sebagai sebuah tradisi yang diwariskan, namun juga pada kebudayaan sebagai sebuah tradisi yang dinamis dan terus berkembang dalam masyarakat. Oleh karena perkembangan ini maka kajian kebudayaan memerlukan metode yang tepat agar dapat memahami kebudayaan dengan lebih baik. Hermeneutika dalam keterkaitan ini penulis asumsikan sebagai salah satu metode yang tepat bagi kajian kebudayaan karena sifat metode hermeneutika yang dialogis dan dinamis yang bersesuaian dengan arah perkembangan kebudayaan kedepannya. Tulisan ini berusaha menjawab tiga pertanyaan yakni: (1) apa yang dimaksud dengan kebudayaan serta bagaimana pula pengkajian atasnya? (2) apa yang dimaksud dengan hermeneutika dan bagaimana posisinya sebagai metode? dan (3) bagaimana pentingnya metode hermeneutika dalam kajian kebudayaan? Tulisan ini menghasilkan beberapa simpulan. Pertama, kebudayaan tidak hanya bersifat statis tapi juga dinamis sehingga dibutuhkan metode pengkajian yang juga bersifat dinamis. Kedua, hermenetika dapat diaplikasikan sebagai metode dalam kajian kebudayaan karena wujudnya yang berupa pemahaman atau intrepretasi atas tindakan manusia sebagai perwujudan kebudayaan. Ketiga, arti penting metode hermeneutika bagi kajian kebudayaan adalah karena sifatnya yang dialogis dan dinamis sehingga berkesesuaan dengan dinamika kebudayaan. Kata kunci: metode hermeneutika, interpretasi, kajian kebudayaan Abstract This paper aims to provide an overview of the position of hermeneutics as a method in cultural studies. As seen in its current development, cultural studies not only focus on culture as an inherited tradition, but also on culture as a dynamic tradition that continues to develop in society. Because of this development, cultural studies need the right method to better understand culture. The writer assumes hermeneutics in this connection as one of the appropriate method for cultural studies because of the dialogical and dynamic nature of the hermeneutic method which is in accordance with the direction of future cultural development. This paper attempts to answer three questions, namely: (1) what is meant by culture and how is the study of it? (2) what is meant by hermeneutics and what is its position as a method? and (3) how important the hermeneutic method is in cultural studies? This paper produces several conclusions. First, culture is not only static but also dynamic, so a dynamic method of study is needed. Second, hermeneutics can be applied as a method ini cultural studies because its form is an understanding or interpretation of human action as embodiement of culture. Third, the importance of the hermeneutic method for cultural studies is because it is dialogical and dynamic so that it is compatible with the dynamics of culture. Keywords: hermeneutic method, interpretation, cultural studies
Etno-epistemologi Kearifan Lokal Melayu Jambi sebagai Respons terhadap Pandemi Covid-19 M. Ied Al Munir; Zaki Mubarak; Nazar Husain Hadi Pranata Wibawa
Al-Ulum Vol. 22 No. 2 (2022): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30603/au.v22i2.3338

Abstract

This research aims to elaborate on the importance of local wisdom for the Jambi Malay community, both in understanding and responding to the COVID-19 pandemic. This research is a field research that has used qualitative methods where data has been collected through interviews, observation, documentation and FGD. The data that has been collected is sorted through data condensation, data presentation and drawing conclusions. After that, the data has been analyzed with epistemological theory. Research has found that there is a fundamental difference between the epistemology of the government and the epistemology of the Jambi Malay community in the form of ethno-epistemology. This difference has led to differences in understanding and response by government and society. This finding has at the same time answered the research objective that local wisdom is important for the Jambi Malay community in understanding and responding to the COVID-19 pandemic
Corak Paradigma Etika Lingkungan: Antroposentrisme, Biosentrisme dan Ekosentrisme M. Ied Al Munir
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 9, No 1 (2023)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/jy.v9i1.10000

Abstract

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk memahami apa yang dimaksud dengan etika lingkungan dan menjelaskan berbagai paradigma yang berkembang dalam etika lingkungan. Paradigma-paradigma dimaksud adalah antroposentrisme, biosentrisme dan ekosentrisme. Paradigma antroposentrisme dipandang menjadi sebab munculnya berbagai persoalan lingkungan dan  dianggap tidak memadai untuk menyelesaikan persoalan-persoalan lingkungan dimaksud karena paradigma ini hanya berpusat pada kepentingan manusia dan menegasikan kepentingan intrinsik makhluk lain, sehingga diperlukan perubahan paradigma etika lebih lanjut berupa biosentrisme dan ekosentrisme yang memperluas cakupan nilai moral tidak hanya pada manusia, tapi juga makhluk biotis dan non-biotis. Penelitian ini berbentuk kepustakaan kualitatif deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah berbagai referensi yang terkait dengan persoalan etika lingkungan seperti buku, jurnal, dan lain sebagainya. Data yang ada dianalisis dengan metode-metode verstehen, interpretasi, hermeneutika, abstraksi, induktif dan heuristika. Penelitan ini menghasilkan temuan sebagai berikut. Pertama, etika lingkungan adalah salah satu sub-disiplin dalam filsafat yang mengkaji hubungan antara manusia dan makhluk lain, sekaligus juga nilai moralnya. Kedua, paradigma antroposentrisme menjadikan manusia sebagai titik sentral dan menegasikan kepentingan intrinsik makhluk lain. Paradigma biosentrisme adalah kritik sekaligus pengembangan  paradigma antroposentrisme. Paradigma ini memperluas cakupan nilai moral tidak hanya ada pada manusia, tapi juga makhluk biotis lain. Paradigma ekosentrisme merupakan perkembangan lebih lanjut paradigma biosentrisme yang memperluas cakupan nilai moral pada makhluk non-biotis. Setelah penelitian ini, diperlukan pengembangan beragam paradigma etika lingkungan lain, seperti  agama, feminisme, postmodernisme, dan lain sebagainya. Satu hal yang juga tidak kalah pentingnya adalah melakukan segala upaya untuk pengarusutamaan etika lingkungan ke tengah-tengah masyarakat.Kata Kunci: Etika, Etika lingkungan, Antroposentrisme, Biosentrisme, Ekosentrisme. ABSTRACT: This research aims to understand what is meant by environmental ethics and explain the various paradigms that have developed in environmental ethics. The paradigms referred to are anthropocentrism, biocentrism, and eco-centrism. The anthropocentric paradigm is seen as the cause of the emergence of various environmental problems and is considered inadequate to solve the environmental problems in question because this paradigm is only centered on human interests and negates the intrinsic interests of other creatures, so that further ethical paradigm shift is need in the form of biocentrism and eco-centrism which broaden the scope of moral values not only to humans, but also to biotic and non-biotic creatures. This research is in the form of descriptive qualitative literature. The data sources used are various references related to environmental ethical issues such as books, journals, and so on. The existing data were analyzed using verstehen, interpretation, hermeneutics, inductive and heuristic methods. This research produces the following findings. First, environmental ethics is sub-discipline in philosophy that examines the relationship between humans and other creatures, as well as their moral values. Second, anthropocentrism paradigm makes humans as the central point and negates the intrinsic interests of other creatures. The biocentrism paradigm is a critique as well as the development of anthropocentrism paradigm. This paradigm expands the scope of moral values not only in human, but also in other  biotic creatures. The eco-centrism paradigm is a further development of the biocentrism paradigm which broadens the scope of moral values for non-biotic beings. After this research, it is necessary to develop various other paradigms of environmental ethics, such as religion, feminism, postmodernism, and so on. One thing that is equally important is to make every effort to mainstream environmental ethics into the community.Keywords: Ethics, Environmental Ethics, Anthropocentrism, Biocentrism, Eco-centrism.
ETIKA SOSIAL QUR’ANIK BAGI SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS M. Ied Al Munir; Mohd. Arifullah
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 9, No 2 (2023)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/jy.v9i2.14167

Abstract

Sustainable Development Goals belum secara baik dipahami dan diterima oleh masyarakat Indonesia. Kurangnya pemahaman dan penerimaan ini disebabkan oleh berbagai alasan, salah satunya karena Sustainable Development Goals seringkali dipandang sebagai agenda dari luar Indonesia yang belum tentu sejalan dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat Indonesia. Oleh karenanya, diperlukan usaha untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat bahwa Sustainable Development Goals sejalan dengan nilai-nilai yang ada yang dalam penelitian ini adalah nilai-nilai agama Islam yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan latar studi kepustakaan. Data dikumpulkan dari literatur cetak dan online serta dianalisis dengan teori hermeneutika. Penelitian ini menemukan bahwa beragam pilar dalam Sustainable Development Goals, yakni pilar pembangunan sosial, pilar pembangunan ekonomi, pilar pembangunan lingkungan, dan pilar pembangunan hukum memiliki semangat yang sejalan dengan berbagai ayat dalam al-Qur’an. Temuan ini penting bagi usaha untuk menyosialisasikan dan mengimplementasikan Sustainable Development Goals dalam kehidupan keseharian masyarakat Indonesia
Exploring the Dynamics of Understanding in Western Hermeneutics: From Reproducing Meaning to Rejecting Metanarratives Al Munir, M. Ied
Jurnal Pemikiran Islam Vol 4, No 1 (2024): January-June
Publisher : Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/jpi.v4i1.23251

Abstract

This study aims to provide an overview of the dynamics of emerging understanding regarding Western hermeneutics. Two main questions are addressed: (1) What is meant by hermeneutics? and (2) How has thinking about understanding evolved in Western hermeneutics? The research employs historical and verstehen methods. Two key findings emerge. First, hermeneutics represents an effort or approach to comprehend and interpret various objects of study, ranging from sacred texts, historical writings, scientific literature, culture, to human existence itself. Second, Western hermeneutics encompasses diverse perspectives on understanding. Modern hermeneutics, exemplified by figures like Schleiermacher and Dilthey, tends toward reproductive understanding, aligning with the author’s intent. In contrast, contemporary hermeneutics, associated with Heidegger, Gadamer, and Ricoeur, exhibits a productive tendency, generating new insights through reader engagement. Critical hermeneutics, as articulated by Habermas, views interpretation as a liberating endeavor. Deconstructionist hermeneutics, influenced by Derrida, leans toward radical understanding. Finally, postmodern hermeneutics, championed by thinkers such as Lyotard and Vattimo, rejects metanarratives in interpretation.
Epistemologi yang Menghermeneutika Menurut Richard Rorty el-Munir, M. Ied
KALAM Vol 8 No 1 (2014)
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Study, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/klm.v8i1.171

Abstract

Tulisan ini memiliki tujuan untuk memberikan deskripsi atas penolakan Rorty terhadap epistemologi dan kemudian menggantikannya dengan hermeneutika. Penolakan Rorty dimaksud sebenarnya adalah sebuah bentuk kritikan Rorty atas epistemologi fondasional yang berakar pada pemikiran-pemikiran Descartes, Locke, dan Kant. Epistemologi tidak harus dimengerti secara sempit dalam pengertian epistemologi fondasional menurut Rorty. Dan Rorty sendiri sesungguhnya sedang berepistemologi ketika menolak epistemologi fondasional, karena Rosty berkecimpung dalam dunia pengetahuan.