Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT ADAT DALAM KEGIATAN PEMBUKAAN LAHAN DI DESA BALAWAIAN KABUPATEN TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Yuniarti Yuniarti; Asysyifa Asysyifa; Fonny Rianawati
Jurnal Sylva Scienteae Vol 3, No 6 (2020): Jurnal Sylva Scienteae Volume 3 No 6 Edisi Desember 2020
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (690.088 KB) | DOI: 10.20527/jss.v3i6.4732

Abstract

One of the factors causing forest fires is the negligence of the use of fire in land clearing activities in farming. However, the Meratus Dayak community conducts farming activities accompanied by local wisdom with all traditional traditions and rituals so as not to cause fire. The Balawaian Village has the same pattern of land clearing as the pattern commonly carried out by the Meratus Dayak community. This study aims to identify patterns of land clearing activities carried out by the indigenous Balawaian Village based on local wisdom in relation to efforts to prevent forest and land fires. Through in-depth interviews, data processing is done with descriptive qualitative methods, which provide an overview of all the facts obtained in the field. Based on the results of Indigenous Peoples' Local Wisdom Research in Land Opening Activities in Balawaian Village, Tapin Regency, namely the pattern of land clearing carried out by indigenous people in Balawaian Village by slashing and burning or slash and burn followed by rituals and traditional rules such as land for farming (bamimpi), thanksgiving during land clearing (baandak) and burning (manyalukut) where there is local wisdom in efforts to control fire during manyalukut activities such as making reserves, burning in the opposite direction of the wind, and guarding and controlling fire while burning so as not to spread.Salah satu faktor penyebab kebakaran hutan yaitu kelalaian penggunaan api dalam kegiatan pembukaan lahan dalam berladang. Namun masyarakat Dayak Meratus melakukan kegiatan berladang diiringi dengan kearifan lokal dengan segala tradisi dan ritual adat sehingga tidak mengakibatkan kebakaran. Masyarakat Desa Balawaian apakah memiliki pola pembukaan lahan yang sama dengan pola yang umumnya dilakukan oleh masyarakat Dayak Meratus. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola kegiatan pembukaan lahan yang dilakukan oleh masyarakat adat Desa Balawaian berdasarkan kearifan lokal setempat dalam hubungannya dengan upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Melalui wawancara secara mendalam (in depth interview), pengolahan data dilakukan dengan metode kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran tentang semua fakta yang diperoleh di lapangan. Berdasarkan hasil Penelitian Kearifan Lokal Masyarakat Adat Dalam Kegiatan Pembukaan Lahan di Desa Balawaian Kabupaten Tapin yaitu pola pembukaan lahan yang dilakukan oleh masyarakat adat Desa Balawaian dengan dengan cara tebas dan bakar atau slash and burn yang diikuti dengan ritual dan aturan adat seperti penetapan lahan untuk berladang (bamimpi), syukuran saat pembersihan lahan (baandak) dan pembakaran (manyalukut) dimana terdapat kearifan lokal dalam upaya pengendalian kebakaran saat kegiatan manyalukut seperti pembuatan ladangan, membakar dengan cara berlawanan arah angin, serta  melakukan penjagaan dan pengawasan terhadap api saat sedang membakar agar tidak menjalar.
KEARIFAN LOKAL PETANI DALAM UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI DESA ALIMUKIM KECAMATAN PENGARON KEBUPATEN BANJAR Gazali Rahman; Fonny Rianawati; Muhammad Naparin
Jurnal Sylva Scienteae Vol 3, No 6 (2020): Jurnal Sylva Scienteae Volume 3 No 6 Edisi Desember 2020
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (855.916 KB) | DOI: 10.20527/jss.v3i6.4718

Abstract

The purpose of this study is to identify farmers' local wisdom in land preparation and preparation activities in efforts to control and prevent forest and land fires. The data collected consists of primary data and secondary data. Primary data obtained from direct interviews with observations or directly see the activities of farmers in the field who live in Alimukim Village. Secondary data collected was obtained through Alimukim Village profile data. Interviews using a questionnaire were used to collect data about the characteristics of respondents, direct interaction with farmers, respondents 'knowledge and attitudes related to local farmers' wisdom. The results of this study are the manufacture of firebreaks by Alimukim Village farmers with a width of 1 to 2 meters, land management carried out by slash and burn systems, traditional equipment or modified equipment that is often used when preparing land such as hand spayers, machetes , hoes, axes and rakesTujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi kearifan lokal petani pada kegiatan pengolahan dan persiapan lahan dalam upaya pengendalian dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan observasi atau melihat langsung aktifitas petani di lapangan yang bertempat tinggal di Desa Alimukim. Data sekunder yang dikumpulkan diperoleh melalui data profil Desa Alimukim. Wawancara menggunakan kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data tentang informasi karakteristik responden, interaksi langsung dengan petani, pengetahuan dan sikap responden terkait kearifan lokal petani. Hasil dari penelitian ini adalah pembuatan sekat bakar oleh petani Desa Alimukim dengan lebar 1 s.d 2 meter, pengolahan lahan dilakukan dengan cara sistem tebas bakar, peralatan sederahana (tradisonal) atau alat yang sudah dimodifikasi yang sering digunakan pada saat penyiapan lahan seperti hand spayer, parang, cangkul, kapak dan garu
ANALISIS TINGKAT KERAWANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN BERBASIS PENGINDERAAN JAUH DI KECAMATAN KARANG INTAN Patma Fitria; Ahmad Jauhari; Fonny Rianawati
Jurnal Sylva Scienteae Vol 4, No 6 (2021): Jurnal Sylva Scienteae Volume 4 No 6 Edisi Desember 2021
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1577.585 KB) | DOI: 10.20527/jss.v4i6.4614

Abstract

This study aims to analyze the level of forest and land fire risk based on remote sensing in Karang Intan. The parameters used to analyze the levels of fire risk are land surface temperature, humidity, vegetation cover, distance to roads and distance  to settlements. The scale of fire risk is classified into 5 levels of risk, namely: very high, high, medium, low, and very low. The temperature value is obtained by calculating the Land Surface Temperature. The humidity value is obtained from the Normalized Difference Moisture Index (NDMI) calculation, and the vegetation cover value from the Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) calculation. The level of fire risk based on the distance to the road and the distance to the settlement was calculated using the Euclidean Distance method. The method used in this study is a survey method which is supported by the overlay analysis of the parameters that have been mentioned. The results showed that in the research location, there were 6,695.23 hectares of areas with a high level of risk, 14,587.81 hectares with a moderate level of risk, 6,695.23 hectares with a low level of risk, and 60.30 hectares with a very low level of risk. During the study there are no areas with with very high risk found. The study showed that the risk is higher on areas with higher temperature and vegetation coverage, and the smaller the distance between a location to the road, the lower the risk level. The location of the settlement does not significantly affect the level of risk to fire. The results of the analysis showed that the distribution of hotspots in areas with high humidity is caused by human factors, which can be seen from the high level of accessibility in those areas with high humidity valuesPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kerawanan bahaya kebakaran hutan dan lahan berbasis penginderaan jauh di Kecamatan Karang Intan. Parameter yang digunakan untuk menganalisis tingkat kerawanan bahaya kebakaran adalah suhu permukaan tanah, kelembaban, tutupan vegetasi, jarak jalan raya dan jarak ke pemukiman. Skala tingkat kerawanan yang diklasifikasikan dalam 5 tingkat kerawanan, yaitu: tingkat kerawanan sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Nilai suhu diperoleh dengan perhitungan Land Surface Temperature. Nilai kelembaban didapat dari perhitungan Normalized Difference Moisture Index (NDMI), dan nilai tutupan vegetasi dari perhitungan Normalized Difference Vegetation Index (NDVI). Tingkat kerawanan kebakaran berdasarkan jarak terhadap jalan dan jarak terhadap pemukiman dihitung dengan metode Euclidean Distance. Metode yang digunakan adalah metode survey yang didukung analisa tumpang susun dari parameter yang telah disebutkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di lokasi penelitian terdapat 6.695,23 Ha kawasan dengan tingkat kerawanan tinggi, 14.587,81 Ha dengan tingkat kerawanan sedang, 6.695,23 Ha dengan tingkat kerawanan rendah, dan 60,30 Ha dengan tingkat kerawanan sangat rendah. Dari hasil penelitian tidak ada daerah dengan kerawanan sangat tinggi. Penelitian ini menunjukkan semakin tinggi suhu dan tutupan lahan suatu daerah, semakin tinggi tingkat kerawanan kebakaran. Semakin kecil jarak antara suatu lokasi dengan jalan raya, maka semakin rendah resiko terjadinya kebakaran. Lokasi pemukiman tidak secara signifikan mempengaruhi tingkat kerawanan terhadap kebakaran. Hasil analisis penelitian menunjukkan sebaran titik api di wilayah dengan nilai kelembaban tinggi, hal ini disebabkan oleh faktor manusia yang dapat dilihat dari tingginya tingkat aksesibilitas pada daerah dengan nilai kelembaban tinggi tersebut.