Evi Silfia Yusuf
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Uji Efektivitas Bioinsektisida Berbahan Aktif Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin terhadap Kutudaun Macrosiphoniela sanborni pada Krisan Yusuf, Evi Silfia; Sihombing, Donald; Handayati, Wahyu; Nuryani, Waqiah; Saepuloh, -
Jurnal Hortikultura Vol 21, No 3 (2011): SEPTEMBER 2011
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kutudaun Macrosiphoniela sanborni merupakan salah satu hama penting yang menimbulkan kerugian yang cukup serius pada budidaya krisan. Untuk mengendalikannya petani biasa menggunakan pestisida kimia sintetis. Selain itu pengendalian hayati berpotensi dapat menekan hama. Beauveria bassiana merupakan agens pengendali hayati  yang memiliki potensi besar untuk mengendalikan beberapa hama penting tanaman hias. Biorama 1, 2, dan 3 merupakan bioinsektisida berbahan aktif  B. bassiana dengan kepadatan1010 konidia per g bahan pembawa dengan bahan pembawa yang berbeda (tepung jagung, sekam, dan talk) yang dibuat di Laboratorium Biokontrol, Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi). Bioinsektisida tersebut terbukti efektif mengendalikan trips pada tanaman krisan. Penelitian bertujuan mengetahui efektivitas bioinsektisida Biorama 1, 2, dan 3 dalam mengendalikan kutudaun krisan. Penelitian dilaksanakan di Rumah Plastik Balithi Segunung sejak bulan Juli hingga November 2008. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Dendranthema grandiflora kultivar Sakuntala. Perlakuan yang diuji yaitu Biorama 1 (1010 konidia/g tepung jagung), Biorama 2 (1010 konidia/g arang sekam), dan  Biorama 3 (1010 konidia/g talk) masing-masing dengan konsentrasi aplikasi 5 g/l, suspensi B. bassiana dengan kepadatan 1010 konidia/ml, Natural BVR adalah bioinsektisida komersial berbahan aktif B. bassiana (1010 konidia/g bahan pembawa) dengan konsentrasi aplikasi 5 g/l sebagai kontrol positif dan air sebagai kontrol negatif. Penelitian disusun menggunakan rancangan acak kelompok terdiri atas enam perlakuan dan lima ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bioinsektisida Biorama 1, 2, dan 3  efektif mengendalikan kutudaun M. sanborni dan efektivitasnya tidak berbeda nyata dibandingkan dengan Natural BVR dan suspensi  Beauveria. Perlakuan tersebut mampu menekan serangan M. sanborni, masing-masing dengan 68,58,  60,59, dan  54,37 % secara berurutan. Bioinsektisida memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas kutudaun. Biorama 1 dan 2 menunjukkan keefektifan yang paling tinggi  (22,30 dan 24,20%) dalam menekan kerusakan bunga  dibandingkan dengan perlakuan lain dan kontrol. Implikasi dari penelitian ini ialah Biorama memiliki potensi yang besar diaplikasikan sebagai pestisida hayati ramah lingkungan pada budidaya krisan.Macrosiphoniela sanborni is one of the important pests causing serious losses on Chrysanthemum. Beauveria bassiana is a biological control agents, which has great potential to control several important pests on ornamental plants. Biorama 1, 2, and 3 are bioinsecticides containing B. bassiana as an active ingredient and made in Biological Control Laboratory of Indonesian Ornamental Crops Research Institute (IOCRI). The bioinsecticides were successfully tested and gave significant effect on controlling Chrysanthemum thrips. The study was aimed to determine the effectiveness of Biorama 1, 2, and 3 on controlling Chrysanthemum aphids. The experiment was conducted at the Plastichouse of  IOCRI from July to November 2008. Plant material used in this study was Dendranthema grandiflora cv. Sakuntala. The treatments tested were Biorama 1 (1010 conidia/g corn powder), Biorama 2 (1010 conidia/g activated-carchoal), and  Biorama 3 (1010 conidia/g talk) respectively with a concentration of 5 g/l, B. bassiana suspension with a density of 1010 conidia/ml, Natural BVR is a bioinsecticide with active ingredient B. bassiana, which has been commercialized as positive control in concentration 5 g/l and water as negative control. The experiment was arranged by a randomized complete block design consisted of  six treatments and five replications. The results showed that Biorama 1, 2, and 3 were effective to control  M. sanborni and the results did not give significant difference compared to  Natural BVR and Beauveria suspension. They reduced Chrysanthemum aphids up to 68.58, 60.59, and 54,37% respectively. Bioinsecticide provide real impact on the mortality of aphids. The Biorama 1 and 2 indicated the highest effectiveness (22.3 and 24.2% respectively) on lowering to flower damage compared to other treatments and control. This results indicated that Biorama have high potential applied as an environmental friendly biopesticide on Chrysanthemum cultivation.
Pengendalian Layu Fusarium Menggunakan Mikrobe Antagonis dan Tanaman Resisten pada Lili Nuryani, Wakiah; Yusuf, Evi Silfia; Hanudin, -; Djatnika, Ika; Marwoto, Budi
Jurnal Hortikultura Vol 21, No 4 (2011): DESEMBER 2011
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lili merupakan tanaman hias penting dan bernilai ekonomi tinggi. Budidaya lili di Indonesia menghadapi kendala utama yaitu penyakit layu Fusarium. Aplikasi bahan kimia sintetik untuk mengendalikan penyakit ini berdampak negatif terhadap kerusakan lingkungan. Aplikasi organisme antagonis dan kultivar resisten merupakan alternatif pengendalian penyakit ramah lingkungan, berdampak positif terhadap kelestariannya, dan meningkatkan produktivitas lili. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi mikrobe antagonis, mikrobe nonpatogenik, dan klon lili yang dapat menekan penyakit  layu Fusarium. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokontrol dan Rumah Sere, Balai Penelitian Tanaman Hias pada bulan Januari sampai dengan Desember 2007. Tata letak percobaan disusun berdasarkan rancangan acak kelompok pola faktorial denga tiga ulangan. Faktor pertama ialah klon lili yang terdiri dari klon No.1, No 2, No.3 (tahan), dan No.4 (rentan). Faktor kedua ialah perlakuan mikrobe antagonis (1) Gliocladium sp. 107 spora/ml, (2). Trichoderma sp. 107 sel/ml, (3) Fusarium a virulen 107 spora/ml dan, (4) kontrol (tanpa mikrobe antagonis). Hasil percobaan menunjukkan bahwa penggunaan mikrobe antagonis Gliocladium sp. dan klon resisten paling efektif mengendalikan penyakit busuk umbi Fusarium pada lili. Hal ini dibuktikan dari persentase tanaman layu pada perlakuan aplikasi mikrobe dan penggunaan tanaman resistant dibandingkan dengan tanpa perlakuan. Penanaman tanaman resisten diikuti dengan aplikasi Gliocladium paling efektif menekan layu Fusarium dibanding perlakuan lainnya.Lilium is one of  the most important and the heigest economic value of cut flower in Indonesia. Cultivation of Lilium faces major constrain, that is wilt disease caused by Fusarium. Application of synthetic chemicals to control the diseases is not recommended, because its impact is dangerous for environment and human life. Therefore other control measures that are move environmentally friendly and more effective/efficient have to applied. The use of antagonistic microbes and resistance varieties are the most promising control measures to be recommended in the field. The study was aimed to find out of antagonist and nonpathogenic microbes and plant resistant that were effective to control Fusarium bulb rot on lili.  The experiment was conducted at Laboratory and Glasshouse of Indonesian Ornamental Crops Research Institute (1,100 m asl.) on January to December 2007. Factorial experiment was arranged in a randomized block design with three replications. The first factor was Lilium clones i.e. No.1, No. 2, No. 3 (resistant), and No. 4 (susceptible clone as control). The second factor was antagonism microbes i.e. (1) Gliocladium sp. 107 spora/ml, (2). 107 Trichoderma sp. cel/ml, (3) Fusarium nonpathogenic 107 spora/ml, and (4) control (tap water without antagonist microbe). The results indicated that the use of Gliocladium sp. and resistant clone of Lilium i.e. clone No.3 was effective to control Fusarium bulb rot of Lilium. This proven from lower percentage of disease occurance on the treatment of antagonistics microbes and resistance varieties compared both to those of without treatment (control). The use of resistance plant followed by application of Gliocladium was known to be most effective to control fusarial wilt disease compared to the other treatment combinations.   
Uji Efektivitas Bioinsektisida Berbahan Aktif Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin terhadap Kutudaun Macrosiphoniela sanborni pada Krisan Evi Silfia Yusuf; Donald Sihombing; Wahyu Handayati; Waqiah Nuryani; - Saepuloh
Jurnal Hortikultura Vol 21, No 3 (2011): SEPTEMBER 2011
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v21n3.2011.p265-273

Abstract

Kutudaun Macrosiphoniela sanborni merupakan salah satu hama penting yang menimbulkan kerugian yang cukup serius pada budidaya krisan. Untuk mengendalikannya petani biasa menggunakan pestisida kimia sintetis. Selain itu pengendalian hayati berpotensi dapat menekan hama. Beauveria bassiana merupakan agens pengendali hayati  yang memiliki potensi besar untuk mengendalikan beberapa hama penting tanaman hias. Biorama 1, 2, dan 3 merupakan bioinsektisida berbahan aktif  B. bassiana dengan kepadatan1010 konidia per g bahan pembawa dengan bahan pembawa yang berbeda (tepung jagung, sekam, dan talk) yang dibuat di Laboratorium Biokontrol, Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi). Bioinsektisida tersebut terbukti efektif mengendalikan trips pada tanaman krisan. Penelitian bertujuan mengetahui efektivitas bioinsektisida Biorama 1, 2, dan 3 dalam mengendalikan kutudaun krisan. Penelitian dilaksanakan di Rumah Plastik Balithi Segunung sejak bulan Juli hingga November 2008. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Dendranthema grandiflora kultivar Sakuntala. Perlakuan yang diuji yaitu Biorama 1 (1010 konidia/g tepung jagung), Biorama 2 (1010 konidia/g arang sekam), dan  Biorama 3 (1010 konidia/g talk) masing-masing dengan konsentrasi aplikasi 5 g/l, suspensi B. bassiana dengan kepadatan 1010 konidia/ml, Natural BVR adalah bioinsektisida komersial berbahan aktif B. bassiana (1010 konidia/g bahan pembawa) dengan konsentrasi aplikasi 5 g/l sebagai kontrol positif dan air sebagai kontrol negatif. Penelitian disusun menggunakan rancangan acak kelompok terdiri atas enam perlakuan dan lima ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bioinsektisida Biorama 1, 2, dan 3  efektif mengendalikan kutudaun M. sanborni dan efektivitasnya tidak berbeda nyata dibandingkan dengan Natural BVR dan suspensi  Beauveria. Perlakuan tersebut mampu menekan serangan M. sanborni, masing-masing dengan 68,58,  60,59, dan  54,37 % secara berurutan. Bioinsektisida memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas kutudaun. Biorama 1 dan 2 menunjukkan keefektifan yang paling tinggi  (22,30 dan 24,20%) dalam menekan kerusakan bunga  dibandingkan dengan perlakuan lain dan kontrol. Implikasi dari penelitian ini ialah Biorama memiliki potensi yang besar diaplikasikan sebagai pestisida hayati ramah lingkungan pada budidaya krisan.Macrosiphoniela sanborni is one of the important pests causing serious losses on Chrysanthemum. Beauveria bassiana is a biological control agents, which has great potential to control several important pests on ornamental plants. Biorama 1, 2, and 3 are bioinsecticides containing B. bassiana as an active ingredient and made in Biological Control Laboratory of Indonesian Ornamental Crops Research Institute (IOCRI). The bioinsecticides were successfully tested and gave significant effect on controlling Chrysanthemum thrips. The study was aimed to determine the effectiveness of Biorama 1, 2, and 3 on controlling Chrysanthemum aphids. The experiment was conducted at the Plastichouse of  IOCRI from July to November 2008. Plant material used in this study was Dendranthema grandiflora cv. Sakuntala. The treatments tested were Biorama 1 (1010 conidia/g corn powder), Biorama 2 (1010 conidia/g activated-carchoal), and  Biorama 3 (1010 conidia/g talk) respectively with a concentration of 5 g/l, B. bassiana suspension with a density of 1010 conidia/ml, Natural BVR is a bioinsecticide with active ingredient B. bassiana, which has been commercialized as positive control in concentration 5 g/l and water as negative control. The experiment was arranged by a randomized complete block design consisted of  six treatments and five replications. The results showed that Biorama 1, 2, and 3 were effective to control  M. sanborni and the results did not give significant difference compared to  Natural BVR and Beauveria suspension. They reduced Chrysanthemum aphids up to 68.58, 60.59, and 54,37% respectively. Bioinsecticide provide real impact on the mortality of aphids. The Biorama 1 and 2 indicated the highest effectiveness (22.3 and 24.2% respectively) on lowering to flower damage compared to other treatments and control. This results indicated that Biorama have high potential applied as an environmental friendly biopesticide on Chrysanthemum cultivation.
Pengendalian Layu Fusarium Menggunakan Mikrobe Antagonis dan Tanaman Resisten pada Lili Wakiah Nuryani; Evi Silfia Yusuf; - Hanudin; Ika Djatnika; Budi Marwoto
Jurnal Hortikultura Vol 21, No 4 (2011): DESEMBER 2011
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v21n4.2011.p338-343

Abstract

Lili merupakan tanaman hias penting dan bernilai ekonomi tinggi. Budidaya lili di Indonesia menghadapi kendala utama yaitu penyakit layu Fusarium. Aplikasi bahan kimia sintetik untuk mengendalikan penyakit ini berdampak negatif terhadap kerusakan lingkungan. Aplikasi organisme antagonis dan kultivar resisten merupakan alternatif pengendalian penyakit ramah lingkungan, berdampak positif terhadap kelestariannya, dan meningkatkan produktivitas lili. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi mikrobe antagonis, mikrobe nonpatogenik, dan klon lili yang dapat menekan penyakit  layu Fusarium. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokontrol dan Rumah Sere, Balai Penelitian Tanaman Hias pada bulan Januari sampai dengan Desember 2007. Tata letak percobaan disusun berdasarkan rancangan acak kelompok pola faktorial denga tiga ulangan. Faktor pertama ialah klon lili yang terdiri dari klon No.1, No 2, No.3 (tahan), dan No.4 (rentan). Faktor kedua ialah perlakuan mikrobe antagonis (1) Gliocladium sp. 107 spora/ml, (2). Trichoderma sp. 107 sel/ml, (3) Fusarium a virulen 107 spora/ml dan, (4) kontrol (tanpa mikrobe antagonis). Hasil percobaan menunjukkan bahwa penggunaan mikrobe antagonis Gliocladium sp. dan klon resisten paling efektif mengendalikan penyakit busuk umbi Fusarium pada lili. Hal ini dibuktikan dari persentase tanaman layu pada perlakuan aplikasi mikrobe dan penggunaan tanaman resistant dibandingkan dengan tanpa perlakuan. Penanaman tanaman resisten diikuti dengan aplikasi Gliocladium paling efektif menekan layu Fusarium dibanding perlakuan lainnya.Lilium is one of  the most important and the heigest economic value of cut flower in Indonesia. Cultivation of Lilium faces major constrain, that is wilt disease caused by Fusarium. Application of synthetic chemicals to control the diseases is not recommended, because its impact is dangerous for environment and human life. Therefore other control measures that are move environmentally friendly and more effective/efficient have to applied. The use of antagonistic microbes and resistance varieties are the most promising control measures to be recommended in the field. The study was aimed to find out of antagonist and nonpathogenic microbes and plant resistant that were effective to control Fusarium bulb rot on lili.  The experiment was conducted at Laboratory and Glasshouse of Indonesian Ornamental Crops Research Institute (1,100 m asl.) on January to December 2007. Factorial experiment was arranged in a randomized block design with three replications. The first factor was Lilium clones i.e. No.1, No. 2, No. 3 (resistant), and No. 4 (susceptible clone as control). The second factor was antagonism microbes i.e. (1) Gliocladium sp. 107 spora/ml, (2). 107 Trichoderma sp. cel/ml, (3) Fusarium nonpathogenic 107 spora/ml, and (4) control (tap water without antagonist microbe). The results indicated that the use of Gliocladium sp. and resistant clone of Lilium i.e. clone No.3 was effective to control Fusarium bulb rot of Lilium. This proven from lower percentage of disease occurance on the treatment of antagonistics microbes and resistance varieties compared both to those of without treatment (control). The use of resistance plant followed by application of Gliocladium was known to be most effective to control fusarial wilt disease compared to the other treatment combinations.