Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

POLITENESS STRATEGY AND MAXIM IN LIAR LIAR (1997): A PRAGMATIC STUDY Yusup, Heri
Makna: Jurnal Kajian Komunikasi, Bahasa, dan Budaya Vol 1 No 1 (2010): MAKNA : Jurnal Kajian Komunikasi, Bahasa dan Budaya
Publisher : Fakultas Komunikasi, Sastra, dan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.598 KB) | DOI: 10.33558/makna.v1i1.755

Abstract

Penelitian ini membahas ungkapan-ungkapan kebahasaan (linguistic expressions) yang sengaja dipilih ketika manusia saling berinteraksi dalam komunitasnya. Pilihan ungkapan tersebut dipergunakan bukan hanya untuk mempererat ikatan sosial tetapi juga untuk menunjukkan eksistensi di mata komunitas sehingga bisa menjadi anggota yang bisa diterima dan disukai oleh orang lain. Dengan demikian, strategi-strategi dalam berbahasa yang menujukkan sikap santun, yang dikenal dengan istilah strategi kesantunan (politeness strategy), menjadi pilihan yang cenderung digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam kajian ini dibahas contoh-contoh strategi kesantunan berdasarkan teori Brown and Levinson (1987) dan teori Leech (1983) mengenai maksim kesantunan, yang kemudian dihubungkan dengan teori Prinsip Kerjasama Grice (1975). Adapun yang menjadi objek penelitiannya adalah beberapa percakapan yang muncul dalam film Liar Liar (1997). Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif melalui pendekatan pragmatik dengan tujuan untuk mengetahui strategi dan maksim kesantunan apa saja yang digunakan oleh tokoh utama dalam interaksi sehar-hari dengan anggota komunitas lain di kantornya. Sebagai hasilnya, strategi kesantunan yang dominan muncul adalah kesantunan positif dengan maksim kesantunan tact, approbation dan agreement.
THE FACEBOOK PARADOX: THE CREATION AND DESTRUCTION OF CYBER-HAPPINESS Yusup, Heri
Makna: Jurnal Kajian Komunikasi, Bahasa, dan Budaya Vol 2 No 1 (2017): MAKNA : Jurnal Kajian Komunikasi, Bahasa dan Budaya
Publisher : Fakultas Komunikasi, Sastra, dan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (463.932 KB) | DOI: 10.33558/makna.v2i1.784

Abstract

Social media based communication is one of milestones of dramatic changing in contemporary society. Many people obtain benefits of this rapid change of internet. For an example, social media is believed to be a way to improve the quantity and quality of social networks. However, social media still has its paradoxical sides; creating and destructing. This research aimed to analyze positive and negative sides of Facebook, one of the most used social media platforms. The present research applied theoretical framework of affordances and constraints of two contradictory sides of technology from Mc Luhan (Jones and Hafner, 2012). The findings show that Facebook has two innate paradoxical sides that have potentials to not only provide happiness to its users but also take it.
TUTURAN PENGAJAR BAHASA INGGRIS DALAM KELAS DI LEMBAGA KURSUS LIA HARAPAN INDAH : SUATU KAJIAN ANALISIS WACANA KRITIS Sashi, Dea Gemilang; Yusup, Heri
Makna: Jurnal Kajian Komunikasi, Bahasa, dan Budaya Vol 5 No 2 (2015): MAKNA : Jurnal Kajian Komunikasi, Bahasa dan Budaya
Publisher : Fakultas Komunikasi, Sastra, dan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (773.549 KB) | DOI: 10.33558/makna.v5i2.867

Abstract

Utterance is product of verbal act which is formed in a sentence, composed by words and phrases and delivered orally from speaker to hearer in a situational context. Every utterance is an act that manifests power of the speaker. By doing a research in LIA Harapan Indah, I propose to have research to analyze power?s manifestation of a teacher through his/her utterances in classroom. By using three dimensions theory of Critical Discourse Analysis by Norman Fairclough, the data results show that in Elementary classes, teachers show overt power. On the other hand, in Intermediate, High Intermediate and Conversation classes, teachers show covert power
MODIFICATIONS OF CONVENTIONAL CONCEPTUAL METAPHORS IN THREE INSURANCE ADVERTISEMENTS Yusup, Heri
Makna: Jurnal Kajian Komunikasi, Bahasa, dan Budaya Vol 5 No 1 (2014): MAKNA : Jurnal Kajian Komunikasi, Bahasa dan Budaya
Publisher : Fakultas Komunikasi, Sastra, dan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (613.95 KB) | DOI: 10.33558/makna.v5i1.874

Abstract

Makalah ini membahas bagaimana metafora konseptual yang bersifat konvensional dimodifikasi dalam tiga iklan asuransi. Pendekatan yang digunakan yaitu kajian linguistik kognitif berdasarkan teori Lakoff dan Johnson (1980) dan Kövecses (2010). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap tujuan komunikatif dalam suatu periklanan yang menggunakan gaya bahasa tertentu, dalam hal ini metafora konseptual.  Selanjutnya, studi ini akan menunjukkan sampai sejauh mana keefektifan dan keefesienan metafora konseptual yang dimodifikasi tersebut. Hasil dari kajian ini memperlihatkan bahwa tiga iklan asuransi yang menjadi objek penelitian menggunakan versi modifikasi dari metafora konseptual yang konvensional melalui cara ?extending? ?elaboration? dan/atau ?combining?.Dengan cara-cara tersebut, iklan-iklan asuransi ini sepertinya memiliki tujuan untuk menanamkan ide dramatis dalam benak pembaca sehingga mereka menjadi tertarik untuk membeli produknya
KODE NARASI DALAM NOVEL ‘KING SOLOMON’S MINES’ Yusup, Heri
Makna: Jurnal Kajian Komunikasi, Bahasa, dan Budaya Vol 1 No 2 (2010): MAKNA : Jurnal Kajian Komunikasi, Bahasa dan Budaya
Publisher : Fakultas Komunikasi, Sastra, dan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (661.701 KB) | DOI: 10.33558/makna.v1i2.1059

Abstract

This paper discusses the narrative technique of ?King Solomon?s Mines?, an adventure story novel written by Rider Haggard. This thesis aims to show that technique of the narration is the narrator?s effort to attract curiosity and to bring out imaginative fantasy. The technique is analyzed through the textual signifiers used in describing the characters and presenting the details. The method of analysis is based on Roland Barthes?s Textual Analysis that reveals what is known as narrative code. The research finding shows that the narrative codes which the novel has serve as ?the appetizer? to attract reader?s curiosity and as facilitator to bring out the imaginative fantasy
THE FOCALIZER AND THE NARRATOR IN FILM AND FICTION Yusup, Heri
Makna: Jurnal Kajian Komunikasi, Bahasa, dan Budaya Vol 4 No 1 (2013): MAKNA : Jurnal Kajian Komunikasi, Bahasa dan Budaya
Publisher : Fakultas Komunikasi, Sastra, dan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (609.611 KB) | DOI: 10.33558/makna.v4i1.1127

Abstract

Tulisan ini membahas tentang signifikan sinarator dalam penceritaan suatut eksnarasi dan mendiskusikan persamaan dan perbedaan peran narrator yang ada dalam narasi fiksi dan film. Tujuan utamanya untuk mengetahui se-berapa penting peran narrator dalam suatu narasi dan apa saja efek-efek yang bias mucul dari keunikan masing-masing cara penceritaannya. Teori-teori yang digunakan sebagai landasan termasuk di dalamnya adalah teori tentang narasi dan fokalisasi menurut Gennette (1980), Toolan (2001) dan Jahn (2007), serta teori analisis fiksi dan film menurut Chatman (1980), Bordwel (1985) dan Kroeber (2006). Hasilnya menunjukkan bahwa narrator adalah bagian tak terpisahkan dari suatu teks narasi karena tanpa adanya narrator maka tidak mungkin ada cerita. Namun, narrator dapat dikatakan tidak ada dalam narasi film. Yang ada dalam narasi film bukanlah narator, melainkan sejumlah omniscient dan omnipresent focalizers yang berperan sebagai ?invis-ible observers? dan tidak bercerita. Narator dalam fiksi lebih menekankan pa-da property linguistik yang mampu merangsang kebebasan berfantasi secara imajinatif, sedangkan focalizer dalam film pada representasi audio-visual yang menyuguhkan gambarannya tadi depan mata.
ENGLISH IN INDONESIA: THE LANGUAGE OF GLOBALLY-SHARED POPULAR CULTURE (GSPC) yusup, heri
Makna: Jurnal Kajian Komunikasi, Bahasa, dan Budaya Vol 5 No 2 (2019): MAKNA: Jurnal Kajian Komunikasi, Bahasa, dan Budaya
Publisher : Fakultas Komunikasi, Sastra, dan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33558/makna.v5i2.1755

Abstract

In Indonesia, English lexis often appears on a number of written media displayed for public consumption.  Despite the fact that those media contain English lexis, they may not be necessarily aimed at foreign audience. It seems that English lexis is seen as a more representative medium of expression when it comes to announcing particular information to the public. This paper attempts to illustrate that the occurrence of English lexis in the media used by Indonesian people forms a relatively consistent pattern. The data are taken from fashion blogs written by Indonesian teenagers on a female magazine, flyers about upcoming music events performed by Indonesian bands, banners for anti-drugs campaign, and advertisements for marketing children fashion. The study uses Textually-Oriented Discourse Analysis (TODA) suggested by Fairclough (1992). As for the main focus of the discussion, it will be related to the discourse of globalisation (McGrew, 1996; Bathia and Ritchie, 2004; Kuppens, 2010). The result shows that English lexis is very likely to occur when the information in the Indonesian media is related to globally-shared popular culture (GSPC), e.g. fashion, pop music, and anti-drugs campaign. In conclusion, such use of English lexis reflects the presence of a typical mindset among Indonesian, which suggests that English is an ?ideal? language to represent popular culture.
ENGLISH IN INDONESIA Yusup, Heri
Makna: Jurnal Kajian Komunikasi, Bahasa, dan Budaya Vol 5 No 2 (2019): MAKNA: Jurnal Kajian Komunikasi, Bahasa, dan Budaya
Publisher : Fakultas Komunikasi, Sastra, dan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1199.637 KB) | DOI: 10.33558/makna.v5i2.1809

Abstract

In Indonesia, English lexis often appears on a number of written media displayed for public consumption. Despite the fact that those media contain English lexis, they may not be necessarily aimed at foreign audience. It seems that English lexis is seen as a more representative medium of expression when it comes to announcing particular information to the public. This paper attempts to illustrate that the occurrence of English lexis in the media used by Indonesian people forms a relatively consistent pattern. Data is taken from fashion blogs written by Indonesian teenagers on a female magazine, flyers about upcoming music events performed by Indonesian bands, banners for anti-drugs campaign, and advertisements for marketing children fashion. The study uses Textually-Oriented Discourse Analysis (TODA) suggested by Fairclough (1992). As for the main focus of the discussion, it will be related to the discourse of globalisation (McGrew, 1996; Bathia & Ritchie, 2004; Kuppens, 2010). The result shows that English lexis is very likely to occur when the information in the Indonesian media is related to globally-shared popular culture (GSPC), e.g. fashion, pop music, and anti-drugs campaign. In conclusion, such use of English lexis reflects the presence of a typical mindset among Indonesian, which suggests that English is an ?ideal? language to represent popular culture.
TOTAL PHYSICAL RESPONSE DAN AUDIO LINGUAL METHOD DALAM BIMBINGAN BELAJAR BAHASA INGGRIS Vika, Aina Diah; Yusup, Heri
DEVOSI Vol 1 No 2 (2020): Devosi Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : LPPM Universitas Islam 45 Bekasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33558/devosi.v1i2.2505

Abstract

In this era of globalization, more and more developments are taking place in this country. More and more foreign companies are established in Indonesia, so English is an important language that must be learned. The implementation of the activity is teaching English using the Total Physical Response and Audio Lingual Method at SD Islam Plus Al-Marzukiyah. Which in learning activities uses learning media such as audio and flash cards. Then given practice questions related to the material that has been taught. By using the Total Physical Response and Audio Lingual methods in learning English, SDI Plus Al-Marzukiyah students are more active and enthusiastic in learning English in class. They are also more enthusiastic about learning and prefer English lessons even though some of them are still in the process of getting used to learning English.
POLITENESS STRATEGY AND MAXIM IN LIAR LIAR (1997): A PRAGMATIC STUDY Heri Yusup
Makna: Jurnal Kajian Komunikasi, Bahasa, dan Budaya Vol 1 No 1 (2010): MAKNA : Jurnal Kajian Komunikasi, Bahasa dan Budaya
Publisher : Fakultas Komunikasi, Sastra, dan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33558/makna.v1i1.755

Abstract

Penelitian ini membahas ungkapan-ungkapan kebahasaan (linguistic expressions) yang sengaja dipilih ketika manusia saling berinteraksi dalam komunitasnya. Pilihan ungkapan tersebut dipergunakan bukan hanya untuk mempererat ikatan sosial tetapi juga untuk menunjukkan eksistensi di mata komunitas sehingga bisa menjadi anggota yang bisa diterima dan disukai oleh orang lain. Dengan demikian, strategi-strategi dalam berbahasa yang menujukkan sikap santun, yang dikenal dengan istilah strategi kesantunan (politeness strategy), menjadi pilihan yang cenderung digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam kajian ini dibahas contoh-contoh strategi kesantunan berdasarkan teori Brown and Levinson (1987) dan teori Leech (1983) mengenai maksim kesantunan, yang kemudian dihubungkan dengan teori Prinsip Kerjasama Grice (1975). Adapun yang menjadi objek penelitiannya adalah beberapa percakapan yang muncul dalam film Liar Liar (1997). Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif melalui pendekatan pragmatik dengan tujuan untuk mengetahui strategi dan maksim kesantunan apa saja yang digunakan oleh tokoh utama dalam interaksi sehar-hari dengan anggota komunitas lain di kantornya. Sebagai hasilnya, strategi kesantunan yang dominan muncul adalah kesantunan positif dengan maksim kesantunan tact, approbation dan agreement.