A.A. Putra Dwipayana
Universitas Hindu Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

SAKRALISASI PRALINGGA DI PURA DALEM PAKERISAN A.A. Putra Dwipayana; I Wayan Budi Utama
DHARMASMRTI: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol 20 No 2 (2020): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/ds.v20i2.1017

Abstract

Pelaksanaan sakralisasi pralingga di Pura Dalem Pakerisan merupakan salah satu wujud ritual keagamaan Hindu yang dilaksanakan terkait dengan keberadaan pralingga (barong, rangda, dan telek) di Pura Dalem Pakerisan. Prosesi ini berimplikasi terhadap kehidupan sosial dan religius umat Hindu di Desa Pedungan. Implikasi sakralisasi pralingga di Pura Dalem Pakerisan Desa Pedungan, dalam aspek kehidupan sosial terjadinya reproduksi struktur dan praktik sosial, yangditandai dengan pembentukan struktur baru oleh pihak (lembaga) yang memiliki otoritas dalam melegitimasikan pelaksanaan sakralisasi pralingga; keharmonisan pawongan, diamati pada kebijakan yang dibuat sangat dirasakan oleh umat Hindu terutama umat yang bekerja, karena tindakan tersebut dianggap efisien dan efektif sebagai masyarakat kota yang di satu sisi sebagai pekerja di setiap instansi, dan juga sebagai umat beragama yang mempunyai kewajiban berbhakti kepada-Nya, serta kewajiban sebagai masyarakat adat. Dalam kehidupan religius, berimplikasi terhadap tindak koversi internal sehingga sistem-sistem ritual yang dilaksanakan telah beradaptasidengan sistem ritual di daerah lainnya; revitalisasi nilai agama terjadi yang merupakan prosessejalan dengan upaya atas kemajuan dan perkembangan kehidupan masyarakat kota yang mengikutiarus modernisasi.
ADAPTASI KEBIASAAN BARU DALAM AKTIVITAS KEAGAMAAN UMAT HINDU DI KOTA DENPASAR DI TENGAH PANDEMI COVID 19 I Gusti Agung Paramita; A.A. Putra Dwipayana; Gusti Ngurah Teguh Arya Saputra
DHARMASMRTI: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol 21 No 2 (2021): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/ds.v21i2.2135

Abstract

Penelitian ini akan fokus pada bentuk adaptasi kebiasaan baru dalam aktivitas keagamaan umat Hindu di Kota Denpasar dalam menghadapi pandemi Corona Virus Disease (Covid 19) khususnya di dua tempat yakni Desa Pedungan dan Kesiman. Seperti diketahui, sejak Indonesia diserang pandemi Covid 19, khususnya di Bali, ada perubahan pola aktivitas sosial, budaya dan agama. Protokol kesehatan yang mengharuskan menerapkan social distancing, menggunakan masker, dan pembatasan berkumpulnya masyarakat, sangatlah berbanding terbalik dengan ciri khas pelaksanaan aktivitas keagamaan di Bali yang melibatkan banyak orang dan dilaksanakan secara kolektif. Ciri kolektif dari kebudayaan dan pelaksanaan aktivitas keagamaan di Bali dan Kota Denpasar pada khususnya saat ini mesti beradaptasi dengan kebiasaan baru akibat pandemi Covid 19. Salah satu bentuk adaptasi kebiasaan baru yakni melaksanakan aktivitas keagamaan secara ngubeng untuk menghindari konsentrasi jemaat atau pamedek di Pura—tempat suci agama Hindu di Bali. Ngubeng adalah salah satu pelaksanaan upacara umat Hindu yang dilakukan jauh dari lokasi pelaksanaan upacara. Selain ngubeng, bentuk adaptasi yang lain yakni mengatur jumlah peserta upacara agama, dan memanajemen waktu pelaksanaan upacara agama. Pada pelaksanaannya, adaptasi kebiasaan baru belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat, karena di tingkat bawah masih ada dinamika dan ketegangan, seperti yang terjadi di Desa Pedungan Denpasar.
Nginang: Kebiasaan Masyarakat Tradisional Dalam Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut I Gede Sutana; Ni Made Sinarsari; A.A. Putra Dwipayana
Jurnal Yoga dan Kesehatan Vol 4 No 2 (2021): Volume 4 No. 2 Tahun 2021
Publisher : UHN IGB Sugriwa Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (455.346 KB) | DOI: 10.25078/jyk.v4i2.287

Abstract

The expression of the soul of a traditional society in building its cultural existence is based on an action that is carried out intensely in life, one of which is the habit of nginang. This habit is the habit of traditional people in expressing themselves in social and cultural spaces so as to build the characteristics and identity of the territory. Nginang is a traditional community habit that is generally seen in life in Indonesia, Including Bali for generations. The habit of nginang is an ancestral heritage that is very rare ad almost extinct in Bali. This habit has actually received little attention among young people, although in fact, this habit can be understood to have many benefits, one of which is maintaining healthy teeth and mouth. Practically, nginang ingredients consisting of betel leaf, pinah fruit, whiting, gambier and tobacco have extraordinary benefits because they contain several main compounds such as sesquiterpenes, kavikol, eugenol, cineol, flavonoids, tannins, catechins, and alkaloids