Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Tradhisi Kirab Nayaka Praja lan Andum Berkah Bolu Rahayu ing Kabupaten Magetan: Tintingan Folklor Indah Nur Arifah; Indah Nur Arifah; Sukarman Sukarman
JOB (Jurnal Online Baradha) Vol 18 No 1 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.556 KB) | DOI: 10.26740/job.v18n1.p324-343

Abstract

ABSTRAK Tradisi Kirab Nayaka Praja dan Andum Berkah Bolu Rahayu merupakan tradisi yang tumbuh dalam masyarakat di Kabupaten Magetan. Tradisi tersebut dimulai pada tahun 2000. Tradisi tersebut dilaksanakan setiap bulan 1 Sura dengan tujuan untuk sarana hiburan sekaligus berbagi berkah bagi seluruh masyarakat di Magetan. Tradisi tersebut dilakukan juga sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, yang selalu memberikan berkah serta hasil bumi yang melimpah, serta yang utama yaitu roti bolu sebagai sajian makanan khas di Magetan, serta guna untuk menghormati warisan leluhur dan juga untuk menjunjung tinggi solidaritas antar masyarakat. Tradhisi tersebut merupakan wujud dari folklor setengah lisan yang merupakan salah satu upacara adat yang berkembang dalam masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menginterpretasikan bentuk Tradisi Kirab Nayaka Praja dan Andum Berkah Bolu Rahayu di Kabupaten Magetan dengan Tintingan Folklor. Kajian penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian ini dapat menghasilkan data berupa kata-kata tertulis maupun lisan tentang tradisi tersebut. Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif Kualitatif. Untuk mengkaji mengenai tradisi tersebut peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa hasil wawancara dan dokumentasi.Kata Kunci: Tradisi, Tintingan Folklor, Tradisi Kirab Nayaka Praja dan Andum Berkah Bolu Rahayu
Tradisi Koloan di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi (Kajian Semiotik Kultural) Vivin Lutfiatus Soleha; Vivin Lutfiatus Soleha; Sukarman Sukarman
JOB (Jurnal Online Baradha) Vol 18 No 1 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (302.199 KB) | DOI: 10.26740/job.v18n1.p304-323

Abstract

Abstrak Tradhisi Koloan salah satu tradisi yang dimiliki oleh masyarakat Osing Desa Kemiren sebagai cara untuk membuang suatu hal yang buruk yang ada dalam diri dan juga meminta keselamatan kepada Allah Swt dari gangguan makhluk halus. Tradisi Koloan dilakukan sehari sebelum anak akan dikhitan. Tujuan dari penelitian yang akan dibahas yaitu untuk mengetahui: 1) asal mula, 2) prosesi 3) ubarampe dan makna denotasi & konotasi, 4) fungsi, 5) perubahan yang terjadi dalam tradisi. Tradisi Koloan akan diteliti dengan menggunakan tintingan Semiotik Kultural. Karena Tradisi Koloan mengandung makna didalamnya. Penelitian tentang Tradisi Koloan menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan yaitu dari dokumentasi hasil observasi dan wawancara. Hasil dari penelitian Tradisi Koloan yaitu Koloan sebagai sarana untuk menolak balak juga sarana untuk meminta keselamatan kepada Allah Swt., dari gangguan makhluk halus baik setelah dikhitan ataupun sebelum dikhitan. Meminta keselamatan tersebut disimbolkan dengan beberapa sesaji yang sudah disiapkan. Tradisi Koloan mengandung fungsi didalamnya. Fungsi tersebut akan dijelaskan menurut pendapat Bascom, yakni sebagai sistem proyeksi, sebagai pengesah kebudayaan, sebagai sistem pendidikan, sebagai pengatur norma dalam masyarakat. Fungsi lain yang ditemukan adalah fungsi solidaritas; fungsi agama; fungsi gotong yoyong; fungsi ekonomi; dan fungsi pelestarian budaya. Mengenai perubahan budaya yang terjadi yakni terdapat 3 perubahan yaitu saat mandi, saat meneteskan darah ayam, dan saat berziarah di makam. Kata Kunci: Tradisi, Semiotik Kultural, Tradisi Koloan.
Tradisi Menahan Hujan dalam Acara Hajatan di Desa Mulyoagung Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban Titis Nirmala; Sukarman Sukarman
JOB (Jurnal Online Baradha) Vol 18 No 3 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.052 KB) | DOI: 10.26740/job.v18n3.p1095-1114

Abstract

Abstrak Tradisi Menahan Hujan dalam acara hajatan merupakan sebuah tradisi yang ada dalam masyarakat Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban. Tradisi Menahan Hujan dilaksanakan masyarakat Desa Mulyoagung ketika menggelar acara hajatan yang tujuannya untuk mencegah turunnya hujan pada saat hajatan berlangsung. Dalam penelitian ini akan menjelaskan tentang bagaimana awal mulanya tradisi ada ditengah masyarakat, kemudian pelaksanaan tradisi, bahan yang dibutuhkan dan maknanya, fungsi tradisi, dan yang terakhir pandangan masyarakat tentang tradisi. Tujuan dari penelitian ini sebagai deskripsi dari bentuk tradisi tersebut dengan menggunakan Teori Folklor. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu deskriptid kualitatif. Sedangkan sumber data penelitian berupa data primer dan data sekunder. Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yaitu wawancara dan mengumpulkan dokumentasi. Pelaksanaan tradisi ini terdapat tiga urutan pelaksanaan yaitu persiapan, pelaksanaan, dan penutupan. Bahan utama yang digunakan atau ubarampe yang dibutuhkan dalam tradisi yaitu pakaian, sesaji, dan pusaka. Fungsi dari tradhisi ini yaitu 1) fungsi untuk ekonomi, 2) fungsi untuk pendidikan, 3) fungsi untuk sosial, 4) fungsi untuk budaya. Hal yang terakhir dibahas dalam penelitian ini mengenai pandangan masyarakat Desa Mulyoagung yang dibagi menjadi tiga yaitu 1) masyarakat yang menerima, 2) masyarakat yang menolak, 3) masyarakat yang netral. Kata Kunci: Tradisi Menahan Hujan, Folklor, Kualitatif
Tradisi Upacara Adat Karo di Desa Tosari Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan Putri Adeliya Nur Pangestu; Sukarman Sukarman
JOB (Jurnal Online Baradha) Vol 18 No 3 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (470.955 KB) | DOI: 10.26740/job.v18n3.p1157-1176

Abstract

Tradisi upacara Adat Karo yang dilakukan setiap bulan kedua menurut kalender Tengger ini bertujuan untuk mensucikan diri pribadi, atau biasanya disebut dengan satya yoga. Tradisi upacara Adat Karo ini merupakan upacara Adat yang paling besar setelah Yadnya Kasada. Dalam penelitian ini memiliki rumusan masalah yang membahas mengenai (1) asal usul tradisi upacara Adat Karo, (2) prosesi yang terdapat dalam tradhisi upacara Adat Karo, (3) ubarampe dan makna ubarampe yang ada dalam tradisi tersebut, (4) fungsi tradisi upacara Adat Karo, dan yang terakhir ialah. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai tradisi upacara Adat Karo dengan menggunakan teori Folklor. Penelitian ini menggunakan metode penelitian berupa metode deskriptif kualitatif. Sumber data yang ada dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer didapatkan dari kegiatan wawancara dan observasi, sedangkan sumber data sekunder dalam penelitian ini didapatkan dari angket dan buku. Tradisi upacara Adat Karo yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tosari merupakan wujud masyarakat untuk menghormati para leluhurnya. Tata laku dalam tradisi ini dibagi menjadi 3, diantaranya yaitu (1) persiapan, (2) pelaksanaan, (3) kegiatan penutup. Ubarampe yang digunakan dalam tradisi ini disebut dengan Praskayopan.Tradisi ini berfungsi sebagai, (1) sistem proyeksi, (2) sarana pendidikan, (3) sarana pengendali sosial, dan (4) sarana pengesahan budaya. Kata Kunci: Tradisi, Folklor, Upacara Adat Karo
Interactive Media to Explore Local Wisdom in Learning BIPA Distance at the Indonesian Embassy in Bern, Switzerland Octo Dendy Andriyanto; Meilita Hardika; Sukarman Sukarman; Pensri Panich
AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan Vol 15, No 4 (2023): AL-ISHLAH: JURNAL PENDIDIKAN
Publisher : STAI Hubbulwathan Duri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35445/alishlah.v15i4.4614

Abstract

Media selection is needed to teach Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) through distance learning (PJJ) to explore Indonesian local wisdom. BIPA learning problems often arise so that students cannot absorb the material optimally. BIPA learning in PJJ requires special attention because it is carried out online. The ability to apply information technology, especially when choosing learning media, is an important concern in BIPA learning. The focus of the discussion of this article includes 1) the BIPA class learning process at the Indonesian Embassy in Bern, Switzerland, and 2) Interactive media used in BIPA learning at the Indonesian Embassy in Bern, Switzerland. The method for this study uses a qualitative design by observing the distance learning process of BIPA at the Indonesian Embassy in Bern. The results of observations from the BIPA PJJ learning process at the Indonesian Embassy in Bern are that students have different backgrounds and basic abilities, and the use of interactive media is very effective in this learning. The media used include 1) word wall for learning vocabulary and grammar, 2) learning app pages for learning listening, reading, and grammar, and 3) a jam board for learning to write.
The Exploration of Nusantara’s Local Wisdom Through Bahasa Indonesia Untuk Kita (Bikta) for Diaspora Children at the Indonesian Embassy in Doha Qatar Octo Dendy Andriyanto; Meilita Hardika; Darni Darni; Sukarman Sukarman; Yohan Susilo; Pensri Panich
AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan Vol 16, No 2 (2024): AL-ISHLAH: JURNAL PENDIDIKAN
Publisher : STAI Hubbulwathan Duri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35445/alishlah.v16i2.5023

Abstract

This study explores the initial abilities of BIPA (Indonesian Language for Foreign Speakers) students and the BIPA learning process with Nusantara’s local wisdom in the BIKTA program for diaspora children at the Indonesian Embassy in Doha, Qatar. This research has an urgency in exploring Nusantara’s local wisdom through BIPA learning. This is based on the concern that the diaspora of Indonesian children in Qatar has minimal knowledge of Indonesian culture. Through this research, it is hoped that it can contribute to developing Indonesian insights through exploration of Nusantara’s local wisdom through BIPA learning. The method in this study uses qualitative research. Research data collection was carried out by observation, questionnaires, and FGDs for teachers and program administrators. The research results on the initial abilities of BIPA students at the Indonesian Embassy in Doha are quite varied and divided at the BIPA I, BIPA II, and BIPA III levels. The BIPA learning process explores local wisdom including traditional musical instruments, national songs, Indonesian folklore and legends, food, and Indonesian tourism.