Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Conditions and Sustainability Status of Mangrove Island Karimun Big Jaki Mochtar; Bambang Widigdo; Fery Kurniawan
Budapest International Research and Critics Institute-Journal (BIRCI-Journal) Vol 5, No 3 (2022): Budapest International Research and Critics Institute August
Publisher : Budapest International Research and Critics University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33258/birci.v5i3.6436

Abstract

The types of mangrove vegetation found on Karimun Besar Island consisted of A. lanalata, R. mangle, Xylocarpus sp., Nypa fruticans, Bruguiera sp., Lumnitzera racemosa. This species is spread unevenly on Karimun Besar Island. The highest INP was Xylocarpus species at station 3, West Meral District, which was 191.42%. The highest INP at station 1 type A. lanalata was 155.80%. The highest INP at station 2 type R. mangle was 155.44%. The highest INP at station 4 types of R. mangle is 150.93%. The highest INP at station 5 species A. lanalata was 162.91%. The highest INP at station 6 species of Xylocarpus was 198.82%. The highest INP at station 7 Bruguiera species is 137.51%. The highest INP at station 8 types of Lumnitzera racemosa is 175.35%. To manage the mangrove ecosystem on Karimun Besar Island, an integrated and sustainable management is needed. For this reason, an analysis of the sustainability status was carried out with 20 attributes and 4 dimensions, namely: the ecological dimension, the economic dimension, the social dimension and the legal and institutional dimension. The results of the analysis show that the multidimensional sustainability index is 41.44. Mangrove ecosystem management in a sustainable and integrated manner by prioritizing the management of the use of coastal areas, the availability of landfill waste, management of groundwater utilization, utilization of processed products from mangroves and mangrove rehabilitation.
Mangrove ecosystem suitability for conservation in buffer zone TPK Kendawangan, West Kalimantan: Kajian studi kesesuaian ekosistem mangrove untuk konservasi di wilayah penyangga TPK Kendawangan Kalimantan barat Endang Sriwahyuni; Fredinan Yulianda; Bambang Widigdo
Journal of Tropical Fisheries Management Vol 6 No 1 (2022): Journal of Tropical Fisheries Management
Publisher : Departement of Aquatic Resources Management, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jppt.v6i1.39267

Abstract

Ekosistem mangrove sebagai salah satu ekosistem penting di wilayah pesisir memiliki peran yang sangat besar mulai dari sebagai penyeimbang ekosistem pesisir, penyerap karbon terbesar, sumber unsur hara, area siklus hidup komunitas perikanan hingga sebagai tempat wisata. Peran serta fungsi ekosistem mangrove yang sangat penting ini menuntut kita untuk memiliki suatu bentuk pengelolaan agar tercipta kondisi ekosistem mangrove yang lestari dan berkelanjutan. Salah satu bentuk pengelolaan ekosistem mangrove adalah pengelolaan berbasis kawasan konservasi. Konservasi dapat menjadi suatu alat pengelolaan melalui suatu bentuk pengalokasian wilayah sesuai dengan peran dan kondisi ekosistem, baik di area kawasan yang dilindungi maupun area penyangga. Ketepatan pada pengalokasian pada zonasi kawasan konservasi menjadi penting agar terjadi harmonisasi serta penyelarasan berbagai kondisi ekologi ekonomi dan sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi kesesuaian ekosistem mangrove di wilayah penyangga TPK Kendawangan sebagai kawasan konservasi perairan untuk pengalokasian wilayah yang dilindungi secara tepat dan berkelanjutan. Pulau Cempedak, Pulau Bawal dan Selat Bilik sebagai wilayah penyangga menunjukkan status kesesuaian yang berbeda. Pulau Cempedak dan Pulau Bawal menunjukkan kondisi tidak sesuai dengan Selat Bilik menunjukkan kondisi sesuai untuk dijadikan kawasan konservasi ekosistem mangrove. Hal ini menunjukkan bahwa batas alokasi yang tidak dijadikan kawasan konservasi ditetapkan pada wilayah perairan kendawangan sudah tepat.
KONDISI LINGKUNGAN PERAIRAN LOKASI BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU SEMUJUR, KABUPATEN BANGKA TENGAH Imam Soehadi; Sulistiono Sulistiono; Bambang Widigdo
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 12 No 2 (2021): NOVEMBER 2021
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3051.557 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.12.205-219

Abstract

Aquaculture activities of grouper (Epinephenus spp) using floating cages net are mostly carried out by the community in the waters of Semujur Island, Central Bangka Regency (Bangka Belitung Islands Province). This study was conducted during February-April 2014, aims to evaluate condition of several aquatic environment parameters including water transparency, depth, current velocity, temperature, salinity, pH, and DO in the waters of Semujur Island. These parameters were given a value and weight to determine the level of feasibility. The results shows that the depth, transparency, current velocity, temperature, salinity, pH, and DO in the Semujur Island waters were 7.5-12.2 m, 2.9-5.9 m (secchi disk), 0.11-0.27 m/sec, 29.7-31.2°C, 31.0-32.0 %o, 7.2-7.6, 5.5-7.8 ppm, respectively. Based on these water conditions, it can be stated that the aquatic environment in the aquaculture location meets the requirements for the life of the grouper, and based on the assessment, it is classified as quite feasible-feasible.
Kajian potensi kawasan mangrove di kawasan pesisir Teluk Pangpang, Banyuwangi Apriadi Budi Raharja; Bambang Widigdo; Dewayani Sutrisno
Depik Vol 3, No 1 (2014): April 2014
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (672.025 KB) | DOI: 10.13170/depik.3.1.1281

Abstract

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi ekonomi kawasan mangrove serta potensi luas kawasan yang dapat dijadikan sebagai sempadan pantai. Adapun metode analisis yang digunakan yaitu nilai ekonomi mangrove di bagian barat Teluk Pangpang dengan menggunakan metode effect on production (EOP) dan kesesuaian kawasan sempadan pantai. Berdasarkan hasil kajian, diperoleh utilitas konsumen dari kawasan mangrove adalah sebesar Rp.33.187.626,12. Dengan jumlah nelayan mangrove sekitar 350 orang dan luas daerah penangkapan sekitar +489 Ha, maka nilai ekonomi sumberdaya kawasan mangrove dilihat dari fungsi pemanfaatan langsung adalah sebesar Rp.32.189.744,06 per hektar per tahun. Sedangkan untuk potensi kawasan yang dapat dijadikan sebagai kawasan sempadan pantai dari hasil perhitungan tumpang-tindih (overlay) dapat dihasilkan wilayah yang termasuk dalam kategori sangat sesuai yaitu + 127,5 ha, sedangkan sesuai luas + 257 Ha, dan kurang sesuai seluas + 442,1 ha dan tidak sesuai yaitu + 1.910,1 ha.Abstrak dalam bahasa indonesia, tidak lebih dari 250 kata (garamond fond 11)Kata kunci : Teluk Pangpang; Ekonomi mangrove; Sempadan pantai; Rehabilitasi
Kesesuaian budidaya keramba jaring apung (KJA) ikan kerapu di perairan Teluk Sabang Pulau Weh, Aceh T. Faizul Anhar; Bambang Widigdo; Dewayany Sutrisno
Depik Vol 9, No 2 (2020): August 2020
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1202.519 KB) | DOI: 10.13170/depik.9.2.15199

Abstract

Weh Island is one of the coastal region that has high prospect in fisheries, one of it is floating net cage. Unfortunately, the unavailability of the classification zone for fish net culture and the oceanographic conditions of the coastal water become the main issues of the success of the fish net cage (KJA) culture activities.  The aim of this study is analyze suitability of floating net cage culture for grouper in Sabang Bay. The method use in this research is Inverse Distance Weighted (IDW) method. There were 10 water quality variabels measured, such as protection, bathimetry, water transparency, current velocity, temperature, salinity, pH, dissolved oxygen, nitrate and phosphate. Area suitability divided into three suitability criteria, i.e very suitable, suitable and not suitable were used to determine the suitability of floating net cage. The result of the analysis are obtained show that the area for grouper culture Sabang Bay covering 11.3 % or 9.08 Ha of Sabang Bay were classified as very suitable (S1), suitable class (S2) covering an area of 39.8 % or 32.08 Ha of Sabang Bay, and not suitable class (N) covering 49 % or 39.54 Ha of Sabang Bay. Based on this percentage can be concluded that some of the coastal of the Sabang Bay can be utilized as a floating net cage culture of grouper fish activities.Keywords: Grouper culture, GIS, Suitability, Sabang Bay, Aceh Province ABSTRAKPulau Weh merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi perikanan yang cukup besar. Akan tetapi dengan belum tersedianya penentuan lokasi budidaya keramba jaring apung serta data kondisi perairan yang tersedia menjadi kendala utama dalam peningkatan keberhasilan dan pengembangan budidaya keramba jaring apung (KJA). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis luasan kesesuaian perairan budidaya keramba jaring apung ikan kerapu di perairan Teluk Sabang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Inverse Distance Weighted (IDW). Terdapat sepuluh parameter yang diukur, yaitu keterlindungan, kedalaman, kecerahan, kecepatan arus, suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, nitrat dan fosfat. Tingkat kesesuaian perairan dibagi menjadi 3 (tiga) kelas kesesuaian, yaitu sangat sesuai, sesuai dan tidak sesuai. Hasil analisis yang didapat menunjukkan bahwa luasan untuk budidaya ikan kerapu Teluk Sabang sangat sesuai (S1) seluas 9,08 % atau 11,3 Ha dari Teluk Sabang, kelas sesuai (S2) seluas 39,8 % atau 32,08 Ha dari Teluk Sabang, dan kelas tidak sesuai (N) seluas 49 % atau 39,54 Ha dari Teluk Sabang. Berdasarkan persentase tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian perairan Teluk Sabang dapat dimanfaatkan sebagai usaha budidaya keramba jaring apung ikan kerapu.Kata kunci: Budidaya ikan kerapu, SIG, Kesesuaian perairan, Teluk Sabang, Provinsi Aceh
Kesesuaian budidaya keramba jaring apung (KJA) ikan kerapu di perairan Teluk Sabang Pulau Weh, Aceh T. Faizul Anhar; Bambang Widigdo; Dewayany Sutrisno
Depik Vol 9, No 2 (2020): August 2020
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.9.2.15199

Abstract

Weh Island is one of the coastal region that has high prospect in fisheries, one of it is floating net cage. Unfortunately, the unavailability of the classification zone for fish net culture and the oceanographic conditions of the coastal water become the main issues of the success of the fish net cage (KJA) culture activities.  The aim of this study is analyze suitability of floating net cage culture for grouper in Sabang Bay. The method use in this research is Inverse Distance Weighted (IDW) method. There were 10 water quality variabels measured, such as protection, bathimetry, water transparency, current velocity, temperature, salinity, pH, dissolved oxygen, nitrate and phosphate. Area suitability divided into three suitability criteria, i.e very suitable, suitable and not suitable were used to determine the suitability of floating net cage. The result of the analysis are obtained show that the area for grouper culture Sabang Bay covering 11.3 % or 9.08 Ha of Sabang Bay were classified as very suitable (S1), suitable class (S2) covering an area of 39.8 % or 32.08 Ha of Sabang Bay, and not suitable class (N) covering 49 % or 39.54 Ha of Sabang Bay. Based on this percentage can be concluded that some of the coastal of the Sabang Bay can be utilized as a floating net cage culture of grouper fish activities.Keywords: Grouper culture, GIS, Suitability, Sabang Bay, Aceh Province ABSTRAKPulau Weh merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi perikanan yang cukup besar. Akan tetapi dengan belum tersedianya penentuan lokasi budidaya keramba jaring apung serta data kondisi perairan yang tersedia menjadi kendala utama dalam peningkatan keberhasilan dan pengembangan budidaya keramba jaring apung (KJA). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis luasan kesesuaian perairan budidaya keramba jaring apung ikan kerapu di perairan Teluk Sabang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Inverse Distance Weighted (IDW). Terdapat sepuluh parameter yang diukur, yaitu keterlindungan, kedalaman, kecerahan, kecepatan arus, suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, nitrat dan fosfat. Tingkat kesesuaian perairan dibagi menjadi 3 (tiga) kelas kesesuaian, yaitu sangat sesuai, sesuai dan tidak sesuai. Hasil analisis yang didapat menunjukkan bahwa luasan untuk budidaya ikan kerapu Teluk Sabang sangat sesuai (S1) seluas 9,08 % atau 11,3 Ha dari Teluk Sabang, kelas sesuai (S2) seluas 39,8 % atau 32,08 Ha dari Teluk Sabang, dan kelas tidak sesuai (N) seluas 49 % atau 39,54 Ha dari Teluk Sabang. Berdasarkan persentase tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian perairan Teluk Sabang dapat dimanfaatkan sebagai usaha budidaya keramba jaring apung ikan kerapu.Kata kunci: Budidaya ikan kerapu, SIG, Kesesuaian perairan, Teluk Sabang, Provinsi Aceh
Kajian potensi kawasan mangrove di kawasan pesisir Teluk Pangpang, Banyuwangi Apriadi Budi Raharja; Bambang Widigdo; Dewayani Sutrisno
Depik Vol 3, No 1 (2014): April 2014
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.3.1.1281

Abstract

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi ekonomi kawasan mangrove serta potensi luas kawasan yang dapat dijadikan sebagai sempadan pantai. Adapun metode analisis yang digunakan yaitu nilai ekonomi mangrove di bagian barat Teluk Pangpang dengan menggunakan metode effect on production (EOP) dan kesesuaian kawasan sempadan pantai. Berdasarkan hasil kajian, diperoleh utilitas konsumen dari kawasan mangrove adalah sebesar Rp.33.187.626,12. Dengan jumlah nelayan mangrove sekitar 350 orang dan luas daerah penangkapan sekitar +489 Ha, maka nilai ekonomi sumberdaya kawasan mangrove dilihat dari fungsi pemanfaatan langsung adalah sebesar Rp.32.189.744,06 per hektar per tahun. Sedangkan untuk potensi kawasan yang dapat dijadikan sebagai kawasan sempadan pantai dari hasil perhitungan tumpang-tindih (overlay) dapat dihasilkan wilayah yang termasuk dalam kategori sangat sesuai yaitu + 127,5 ha, sedangkan sesuai luas + 257 Ha, dan kurang sesuai seluas + 442,1 ha dan tidak sesuai yaitu + 1.910,1 ha.Abstrak dalam bahasa indonesia, tidak lebih dari 250 kata (garamond fond 11)Kata kunci : Teluk Pangpang; Ekonomi mangrove; Sempadan pantai; Rehabilitasi
EVALUASI KESESUAIAN TAMBAK BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN TINGKAT TEKNOLOGI BERBEDA DI PESISIR KABUPATEN LAMPUNG TIMUR, INDONESIA Darma Utama; Bambang Widigdo; Mohammad Mukhlis Kamal; Taryono Taryono
Jurnal Riset Akuakultur Vol 17, No 4 (2022): (Desember 2022)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.17.4.2022.235-248

Abstract

Pesisir Kabupaten Lampung Timur merupakan sentra budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei). Namun, daerah ini mengalami fluktuasi produksi, di mana produksi periode tahun 2019-2021 mengalami penurunan dari 10.504 ton menjadi 5.903 ton. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi kesesuaian fisik lahan serta kualitas air dan tanah tambak pemeliharaan udang vaname yang diklasifikasikan ke dalam dua tingkat teknologi budidaya: tradisional dan semi-intensif atau intensif. Lokasi penelitian berada di pesisir Kabupaten Lampung Timur. Parameter yang diukur (1) kesesuaian fisik lahan meliputi ketinggian lahan, penggunaan lahan, jarak dari pantai, dan jarak dari sungai; (2) kualitas air terdiri dari suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, alkalinitas, amonia, nitrit, nitrat, serta fosfat; dan (3) kualitas tanah berupa pH dan jenis substrat sedimen. Tingkat kesesuaian fisik lahan dianalisis menggunakan sistem informasi geografis dengan metode tumpang susun (overlay) peta. Kesesuaian kualitas air dan tanah berpedoman pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 75 Tahun 2016. Hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk tambak tradisional menunjukkan 491,45 ha masuk kategori sangat sesuai (S1) dan sesuai (S2) serta 9.662,61 ha sesuai marjinal (S3). Untuk tambak semi-intensif atau intensif seluas 11,61 ha masuk kategori S1 dan S2 serta 10.416,58 ha kategori S3. Nilai hasil uji kualitas air dan tanah bervariasi di tiap titik pengujian, namun umumnya sesuai, hanya salinitas tambak semi-intensif atau intensif tercatat tidak sesuai standar budidaya udang vaname. Hasil penelitian menyimpulkan lokasi tambak di lahan S3 dan ketidaksesuaian salinitas menjadi faktor yang memengaruhi secara langsung keberhasilan budidaya dan stabilitas produksi udang.The coastal area of East Lampung Regency is one of the main centers for whiteleg shrimp (Litopenaeus vannamei) aquaculture in Lampung Province. However, the area’s shrimp production has highly fluctuated. For example, in 2019-2021, the production decreased from 10,504 tons to 5,903 tons. This study aimed to evaluate the land suitability, water and soil quality of shrimp ponds located in the coastal of East Lampung Regency which use two types of farming technology: traditional and semi-intensive or intensive. The measured parameters included: (1) physical suitability parameters: land height from sea level, land use, distance from the beach and river; (2) water quality parameters: temperature, salinity, pH, dissolved oxygen, alkalinity, ammonia, nitrite, nitrate, and phosphate; and (3) soil quality parameters: pH and types of sediment. The level of land suitability was determined using the geographic information system (GIS) approach, in which a weighted overlay method was employed. The suitability classification of water and soil quality was based on the standard in the Decree of the Minister of Marine Affairs and Fisheries Number 75/2016. The results showed that 491.45 ha was categorized as highly suitable (S1) and suitable (S2) and 9,662.61 ha as marginally suitable (S3) for traditional farming. For semi-intensive or intensive farming were located in the S1 and S2 of 11.61 ha and S3 category of 10,416.58 ha. Water and soil quality varied in each research site but generally still met the required standard, only the water salinity of the semi-intensive/intensive did not meet the required standards of whiteleg shrimp farming. The study concludes that the location of the ponds in S3 land and the inappropriate salinity directly affect the success and stable production of shrimp farming in the area.
Kesesuaian budidaya keramba jaring apung (KJA) ikan kerapu di perairan Teluk Sabang Pulau Weh, Aceh T. Faizul Anhar; Bambang Widigdo; Dewayany Sutrisno
Depik Vol 9, No 2 (2020): August 2020
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.9.2.15199

Abstract

Weh Island is one of the coastal region that has high prospect in fisheries, one of it is floating net cage. Unfortunately, the unavailability of the classification zone for fish net culture and the oceanographic conditions of the coastal water become the main issues of the success of the fish net cage (KJA) culture activities.  The aim of this study is analyze suitability of floating net cage culture for grouper in Sabang Bay. The method use in this research is Inverse Distance Weighted (IDW) method. There were 10 water quality variabels measured, such as protection, bathimetry, water transparency, current velocity, temperature, salinity, pH, dissolved oxygen, nitrate and phosphate. Area suitability divided into three suitability criteria, i.e very suitable, suitable and not suitable were used to determine the suitability of floating net cage. The result of the analysis are obtained show that the area for grouper culture Sabang Bay covering 11.3 % or 9.08 Ha of Sabang Bay were classified as very suitable (S1), suitable class (S2) covering an area of 39.8 % or 32.08 Ha of Sabang Bay, and not suitable class (N) covering 49 % or 39.54 Ha of Sabang Bay. Based on this percentage can be concluded that some of the coastal of the Sabang Bay can be utilized as a floating net cage culture of grouper fish activities.Keywords: Grouper culture, GIS, Suitability, Sabang Bay, Aceh Province ABSTRAKPulau Weh merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi perikanan yang cukup besar. Akan tetapi dengan belum tersedianya penentuan lokasi budidaya keramba jaring apung serta data kondisi perairan yang tersedia menjadi kendala utama dalam peningkatan keberhasilan dan pengembangan budidaya keramba jaring apung (KJA). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis luasan kesesuaian perairan budidaya keramba jaring apung ikan kerapu di perairan Teluk Sabang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Inverse Distance Weighted (IDW). Terdapat sepuluh parameter yang diukur, yaitu keterlindungan, kedalaman, kecerahan, kecepatan arus, suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, nitrat dan fosfat. Tingkat kesesuaian perairan dibagi menjadi 3 (tiga) kelas kesesuaian, yaitu sangat sesuai, sesuai dan tidak sesuai. Hasil analisis yang didapat menunjukkan bahwa luasan untuk budidaya ikan kerapu Teluk Sabang sangat sesuai (S1) seluas 9,08 % atau 11,3 Ha dari Teluk Sabang, kelas sesuai (S2) seluas 39,8 % atau 32,08 Ha dari Teluk Sabang, dan kelas tidak sesuai (N) seluas 49 % atau 39,54 Ha dari Teluk Sabang. Berdasarkan persentase tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian perairan Teluk Sabang dapat dimanfaatkan sebagai usaha budidaya keramba jaring apung ikan kerapu.Kata kunci: Budidaya ikan kerapu, SIG, Kesesuaian perairan, Teluk Sabang, Provinsi Aceh
Kajian potensi kawasan mangrove di kawasan pesisir Teluk Pangpang, Banyuwangi Apriadi Budi Raharja; Bambang Widigdo; Dewayani Sutrisno
Depik Vol 3, No 1 (2014): April 2014
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.3.1.1281

Abstract

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi ekonomi kawasan mangrove serta potensi luas kawasan yang dapat dijadikan sebagai sempadan pantai. Adapun metode analisis yang digunakan yaitu nilai ekonomi mangrove di bagian barat Teluk Pangpang dengan menggunakan metode effect on production (EOP) dan kesesuaian kawasan sempadan pantai. Berdasarkan hasil kajian, diperoleh utilitas konsumen dari kawasan mangrove adalah sebesar Rp.33.187.626,12. Dengan jumlah nelayan mangrove sekitar 350 orang dan luas daerah penangkapan sekitar +489 Ha, maka nilai ekonomi sumberdaya kawasan mangrove dilihat dari fungsi pemanfaatan langsung adalah sebesar Rp.32.189.744,06 per hektar per tahun. Sedangkan untuk potensi kawasan yang dapat dijadikan sebagai kawasan sempadan pantai dari hasil perhitungan tumpang-tindih (overlay) dapat dihasilkan wilayah yang termasuk dalam kategori sangat sesuai yaitu + 127,5 ha, sedangkan sesuai luas + 257 Ha, dan kurang sesuai seluas + 442,1 ha dan tidak sesuai yaitu + 1.910,1 ha.Abstrak dalam bahasa indonesia, tidak lebih dari 250 kata (garamond fond 11)Kata kunci : Teluk Pangpang; Ekonomi mangrove; Sempadan pantai; Rehabilitasi