Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : MDJ (Makassar Dental Journal)

Serostomia karena obat pada orang tua Zohra Nazaruddin; Erni Marlina
Makassar Dental Journal Vol. 1 No. 5 (2012): Vol 1 No 5, Oktober 2012
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.712 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v1i5.77

Abstract

Serostomia adalah terjadinya penurunan fungsi kelenjar saliva sehingga penderita mengeluh kesulitan menelan, bicara, rasa yang tidak nyaman dan sering terjadi infeksi dalam rongga mulut. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai faktor dengan banyak manifestasi di rongga mulut. Dokter gigi sebagai orang pertama yang mengetahui adanya perubahan dalam rongga mulut, diharapkan dapat mengetahui berbagai manifestasi serostomia tersebut sehingga diharapkan dapat membantu mengidentifikasi, apakah kelainan tersebut merupakan akibat penuaan atau hal yang patologis, atau karena penggunaan obat-obatan.
Analisis kadar limfosit CD4 pada penderita HIV/AIDS dengan infeksi Candida albicans rongga mulut Harlina .; Hafsah Katu; Erni Marlina
Makassar Dental Journal Vol. 2 No. 4 (2013): Vol 2 No 4 Agustus 2013
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (166.16 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v2i4.136

Abstract

Kandidiasis oral merupakan indikator penting untuk terjadinya penyakit sistemik, termasuk infeksi HIV. Kondisi oral juga dapat memprediksi perkembangan penyakit HIV menjadi AIDS yang merupakan bentuk yang lebih parah. Indikator keparahan sering dikaitkan dengan jumlah CD4. Tujuan penelitian adalah mengetahui jumlah limfosit CD4 pada penderita HIV dengan infeksi Candida albicans rongga mulut dan hubungan antara jumlah limfosit CD4 dengan jumlah koloni Candida albicans, serta hubungan antara jumlah limfosit CD4 dengan keparahan infeksi Candida albicans. Dilakukan pemeriksaan pada 24 pasien rawat inap di RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar, terdiri dari 12 pasien dengan riwayat HIV dan 12 non HIV. Setelah mendapat persetujuan lisan, tiap pasien diambil hapusan lidah untuk mendeteksi adanya infeksi Candida albicans rongga mulut, dan diambil darah vena untuk mendeteksi jumlah limfosit CD4. Hasilnya, pada pasien HIV, rata-rata jumlah CD4 77,583 sel/mm 3 , dengan 55,55% (8 dari 12 sampel) dengan jumlah CD4 < 200 sel/mm3 dan 0% dengan jumlah >500 sel/mm3. Pada pasien non HIV, rata-rata jumlah CD4 513,750 sel/mm3. Dengan 16,66% (2 dari 12 sampel) dengan jumlah CD4 <200 sel/mm3. Dan 33,33 (4 dari 12 sampel) dengan jumlah CD4 200-500 sel/mm dan 41,66 (5 dari 12 sampel) dengan jumlah CD4 > 500 sel/mm3. Jumlah koloni Candida albicans rata-rata 222,833 cfu dijumpai pada 16,66% (2 dari 12 sampel) dengan jumlah koloni > 20 cfu yang disertai ulkus, 50% (6 dari 12 sampel) jumlah koloni > 20 cfu tanpa ulkus dan 33,33% (4 dari 12 sampel) dengan jumlah koloni < 20 cfu. Pada pasien non HIV, rata-rata jumlah koloni Candida albicans 93,833 cfu terdapat pada 16,66% (2 dari 12 sampel) dengan jumlah koloni yang > 20 cfu disertai ulkus 33,33% (4 dari 12 sample) dan jumlah koloni > 20 cfu tanpa ulkus dan 50% (6 dari 12 sampel) dengan jumlah koloni < 20 cfu. Dari analisis uji korelasi spearman rank dan uji t independent pada level signifikan 0,005 tidak didapatkan hubungan bermakna antara jumlah CD4 pada pasien HIV dengan jumlah CD4 pasien non HIV. Disimpulkan secara statistik tidak ada hubungan bermakna antara jumlah CD4 dengan jumlah koloni Candida albicans, tidak ada perbedaan bermakna antara CD4 pada pasien HIV dan non-HIV, serta tidak ada hubungan bermakna antara CD4 dengan keparahan infeksi Candida albicans rongga mulut.
Efikasi terapi angular cheilitis di Bagian Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin berdasarkan prinsip kausatif Ali Yusran; Zohra Nazaruddin; Erni Marlina
Makassar Dental Journal Vol. 2 No. 6 (2013): Vol 2 No 6 Desember 2013
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (162.988 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v2i6.150

Abstract

Angular cheilitis merupakan suatu lesi, terkadang disertai inflamasi pada commisura labial baik yang terjadi unilateral maupun bilateral, dengan nyeri atau tanpa adanya gejala. Terapi utamanya adalah anti jamur yang didasarkan pada prinsip kausatif. Namun, akhir-akhir terjadi kecenderungan perubahan mikroorganisme khususnya spesies jamur Candida. Jika sebelumnya spesies Candida albicans paling banyak diisolasi sebagai jamur patogen di rongga mulut, namun jumlah spesies Candida lain selain Candida albicans juga semakin meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mikroorganisme penyebab jamur sebagai dasar untuk terapi yang diberikan. Metode yang diterapkan adalah observasional deskriptif. Hasilnya Staphylococcus aureus menjadi mikroorganisme yang paling banyak dijumpai dengan 33,3%, selanjutnya adalah Staphylococcus epidermidis (26,6%), Stahylococcus saproforicus (16,6%), Streptococcus sp (10%), basil negatif (10%), dan Candida tropicalis (3,3%) lesi angular cheilitis dengan Candida tropicalis. Jelas bahwa terapi yang selama ini diberikan berupa anti jamur berdasarkan hasil penelitian ini tidaklah tepat. Akan lebih sesuai jika diberikan anti bakteri, misalnya chlorhexidine gluconate.