Novina Novina
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Korelasi Kadar Albumin Serum dengan Persentase Edema pada Anak Penderita Sindrom Nefrotik dalam Serangan Novina, -; Gurnida, Dida Akhmad; Sekarwana, Nanan
Majalah Kedokteran Bandung Vol 47, No 1 (2015)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (552.816 KB)

Abstract

Sindrom nefrotik (SN) merupakan kelainan glomerulus yang ditandai proteinuria masif, hipoalbuminemia, edema, dan hiperlipidemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar albumin serum dan persentase edema pada anak penderita SN dalam serangan. Suatu uji analitik korelasional rancangan cross-sectional dilakukan selama bulan Agustus 2009 sampai Januari 2010. Subjek penelitian adalah anak penderita SN dalam serangan, usia 1–14 tahun, berobat ke poliklinik atau dirawat di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin dan RS Jejaring (RSU Cibabat dan RSU Ujung Berung). Persentase edema dihitung dengan mengurangi total body water (TBW) anak saat sakit dengan TBW ideal, kemudian hasilnya dipersentasekan dengan TBW ideal. Analisis statistik menggunakan Uji korelasi Spearman. Pada penelitian ini didapatkan 29 subjek terdiri atas 26 laki-laki dan 3 perempuan. Kadar albumin serum rata-rata 1,45 g/dL dan persentase edema 21,6%. Hasil Uji korelasi Spearman menunjukkan hubungan yang sangat bermakna (p=0,006) antara kadar albumin serum dan persentase edema (r=-0,501). Simpulan, terdapat hubungan negatif antara kadar albumin serum dan persentase edema pada anak penderita SN dalam serangan. [MKB. 2015;47(1):55–9]Kata kunci: Kadar albumin serum, persentase edema, sindrom nefrotik dalam seranganCorrelation Between Serum Albumin Levels and Percentage of Edema during Nephrotic Stage in Children with Nephrotic Syndrome Nephrotic syndrome (NS) is a glomerular disorder characterized by massive proteinuria, hypoalbuminemia, edema, and hyperlipidemia. The aim of this study was to evaluate the correlation between serum albumin levels and percentage of edema during nephrotic stage in children with NS. Cross-sectional design with correlational analytic was used in this study. The subjects of this study were outpatients and inpatients with NS during nephrotic stage, aged between 1 and 14 years old, admitted to Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung, Cibabat Hospital, and Ujung Berung Hospital from August 2009 to January 2010. Percentage of edema was calculated by substracting total body water (TBW) during illness to ideal TBW, then divided the result by ideal TBW. Subjects were 29 children, consisted of 26 boys and 3 girls. Mean serum albumin levels was 1.45 g/dL and percentage of edema was 21.6%. Analysis using Spearman correlation test showed a highly significant correlation (p=0.006) between serum albumin levels and percentage of edema in children with NS during nephrotic stage (r=-0.501). In conclusion, there is a negative correlation between serum albumin levels and percentage of edema during nephrotic stage in children with NS. [MKB. 2015;47(1):55–9]Key words: Nephrotic syndrome, nephrotic stage, percentage of edema serum albumin levels    DOI: 10.15395/mkb.v47n1.408
Hubungan Awitan Pengobatan Hipotiroid Kongenital dengan Gangguan Perkembangan Anak di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Adhitya Agung Pratama; Alex Chairulfatah; Novina Novina; Faisal Faisal; Eddy Fadlyana
Sari Pediatri Vol 21, No 1 (2019)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp21.1.2019.16-23

Abstract

Latar belakang. Hipotiroid kongenital (HK) adalah kondisi kekurangan hormon tiroid, tiroksin, dan tri-iodotironina sejak lahir yang dapat menyebabkan gangguan organogenesis sistem saraf pusat serta metabolisme tubuh. Penderita HK yang tidak diterapi dapat berlanjut menjadi individu dengan gangguan perkembangan. Data di Indonesia dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sejak tahun 2000-2013, angka kejadian HK pada bayi baru lahir sebanyak 1:2736. Tujuan. Mengetahui hubungan awitan pengobatan dengan gangguan perkembangan pada anak dengan HK.Metode. Penelitian observasional analitik dengan pendekatan potong lintang yang dilakukan periode bulan Agustus–November 2018. Subjek HK datang kontrol ke klinik rawat jalan endokrin dan tumbuh kembang RS. Hasan Sadikin, berusia <36 bulan dan mendapat terapi levotiroksin, dilakukan penilaian perkembangan dengan pemeriksaan Denver dan CAT/ CLAMS (cognitive adaptive test/ clinical linguistic auditory milestone scale). Analisis data menggunakan uji chi-kuadrat dan Mann Whitney (p<0,05). Hasil. Terdapat 92 kasus HK, 12 dieksklusi, subjek terdiri dari 38 laki-laki dan 42 perempuan dengan rerata usia diagnosis 3,0 bulan (0,5–22,0 bulan). Didapatkan adanya hubungan usia saat diagnosis dan awitan pengobatan dengan gangguan perkembangan (p<0,001). Usia saat diagnosis dan awitan pengobatan >3 bulan lebih banyak mengalami gangguan perkembangannya.Kesimpulan. Pasien HK yang terlambat didiagnosis dan diberikan terapi akan mengalami gangguan perkembangan yang lebih banyak. 
Pengaruh Metode Shared Medical Appointments Terhadap Perbaikan Kontrol Metabolik Penderita Diabetes Melitus Tipe-1 pada Anak dan Remaja Faisal Faisal; Novina Andriana
Sari Pediatri Vol 20, No 3 (2018)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (81.181 KB) | DOI: 10.14238/sp20.3.2018.138-45

Abstract

Latar belakang. Metode sharing medical appointment (SMAs) merupakan program intervensi edukasi yang melibatkan peran keluarga, pengalaman sesama pasien, motivasi, dukungan komunikasi dari dokter dan edukator untuk pasien dengan penyakit kronik. Tujuan. Mengetahui keefektifan metode SMAs terhadap perbaikan kontrol metabolik DM tipe-1 pada anak dan remaja. Metode. Penelitian analitik dengan rancangan randomized controlled trial untuk membandingkan kontrol metabolik kelompok SMAs berdurasi 60 menit setiap pertemuan dengan kelompok individual. Data demografi, klinis, dan HbA1C dikumpulkan dan dianalisis serta dilakukan uji T untuk membandingkan perbedaan rerata kadar HbA1C dan uji repeated ANOVA untuk membandingkan rerata sekuensial HbA1C pada dua kelompok dengan nilai kemaknaan p<0,05. Hasil. Masing-masing 20 subjek kelompok SMAs dan kelompok IMA disertakan dalam penelitian dengan rerata kadar HbA1C berturut-turut untuk kelompok SMAs adalah 9,73±1,8 pada bulan ke-0, 8,7±1,3 bulan ke-3 dan 8,54±0,7 pada bulan ke-6, lebih baik dibandingkan pada kelompok IMA yaitu 9,57±1,6 pada bulan ke-0, 9,26±1,1 bulan ke-3 dan 9,86±1,2 bulan ke-6. Perbedaan rerata HbA1C didapatkan pada perbandingan bulan ke-0 vs ke-6 [p<0,05 IK95%: 1,32 (0,69-1,95)]. Pada kelompok SMAs didapatkan perbedaan rerata HbA1C antara bulan ke-0 vs ke-3 (p<0,05) dan bulan ke-0 vs ke-6 (p<0,05) tetapi tidak berbeda pada bulan ke-3 vs ke-6 (p>0,05). Kesimpulan. Metode SMAs dengan durasi 3 bulan efektif dalam memperbaiki kontrol metabolik penderita DM tipe-1 pada anak dan remaja.
Pengaruh Shift Kerja Malam Terhadap Waktu Reaksi Dan Konsentrasi Tenaga Kesehatan Gicu Rshs Renita Dewi Supyana; Nova Sylviana; Novina Novina; Lulu Eva Rakhmilla
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 4, No 4 (2019): Volume 4 Nomor 4 Juni 2019
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.28 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v4i4.22988

Abstract

Shift kerja malam rentan mengakibatkan penyimpangan ritme sirkadian. Penyimpangan ritme sirkadian dapat mengganggu kinerja fungsi kognitif seperti waktu reaksi dan konsentrasi. Gangguan fungsi kognitif dapat mengakibatkan terjadinya error dan injury  terutama pada lingkungan kerja yang berisiko tinggi, seperti General Intensive Care Unit (GICU). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh shift kerja malam terhadap waktu reaksi dan konsentrasi tenaga kesehatan General Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Hasan Sadikin (RSHS), Bandung. Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang. Total sampel yang masuk kriteria inklusi sebanyak 30 orang, terdiri dari 4 dokter dan 26 perawat. Penelitian dilakukan di bagian GICU  RSHS pada bulan Oktober 2016. Uji normalitas Shapiro Wilk menunjukkan data waktu reaksi terdistribusi normal dan konsentrasi tidak terdistribusi normal. Uji-t berpasangan dilakukan pada waktu reaksi dan uji wilcoxon terhadap konsentrasi menunjukkan secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna pada kedua variabel antara sebelum dan sesudah shift kerja malam, p < 0.05. Sehingga peneliti menyimpulkan terdapat pengaruh dari shift kerja malam terhadap waktu reaksi dan konsentrasi tenaga kesehatan GICU RSHS.Kata Kunci : Intensive Care Unit, Konsentrasi, Ritme Sirkadian, Shift Kerja Malam, Waktu Reaksi
Subclinical hypothyroidism in pediatric nephrotic syndrome: the correlations with albumin, globulin, and proteinuria Erni Nuraeni; Faiisal Faisal; Ahmedz Widiasta; Novina Novina
Paediatrica Indonesiana Vol 60 No 2 (2020): March 2020
Publisher : Indonesian Pediatric Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.05 KB) | DOI: 10.14238/pi60.2.2020.91-5

Abstract

Background Nephrotic syndrome causes loss of medium-sized plasma proteins and binding proteins, resulting in thyroid hormone deficiency. Objective To assess for potential correlations between subclinical hypothyroidism in pediatric nephrotic syndrome with albumin, globulin, and proteinuria. Methods This cross-sectional study was conducted in the Department of Pediatrics, Hasan Sadikin General Hospital, Bandung, West Java. All types of nephrotic syndrome patients aged 1 month to < 18 years were included. Blood and urine specimens were collected from the patients for albumin, globulin, thyroid function (T3, fT4 and TSH), and proteinuria tests and analyzed with standard techniques. Results There were 26 subjects, 20 males and 6 females. Ten subjects developed subclinical hypothyroidism, with mean albumin and thyroid-stimulating hormone (TSH) levels of 0.92 g/dL and 6.9 mIU/L, respectively. There was a negative correlation between albumin level and subclinical hypothyroidism (rpb=-0.702; P<0.001) and a positive correlation between proteinuria and subclinical hypothyroidism (r=0.573; P=0.003). Univariate logistic regression analysis revealed that globulin had no impact on the presence of subclinical hypothyroidism, but albumin and proteinuria did have such an impact. The odds ratios of albumin and proteinuria with subclinical hypothyroidism were 27.00 (95%CI 1.69 to 17.7) and 19.80 (95%CI 1.94 to 201.63), respectively. Conclusion Subclinical hypothyroidism correlates with serum albumin level and proteinuria in nephrotic syndrome patients. Tha low serum albumin level has a high likelihood of subclinical hypothyroidism.
Recurrent impending thyroid storm in a girl with Graves’ disease: a case report Novina, Novina; Putri, Nisa Hermina; Pramudani, Nadia; Faisal, Faisal
Paediatrica Indonesiana Vol 63 No 6 (2023): November 2023
Publisher : Indonesian Pediatric Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/pi63.6.2023.517-20

Abstract

Thyroid storm is an acute, life-threatening, hypermetabolic state in children with thyrotoxicosis. Before the thyroid storm occurs, the patient falls into a “warning stage” called impending thyroid storm. Rapid diagnosis and prompt treatment of an impending thyroid storm are crucial to prevent further life-threatening impacts. We describe a pediatric patient who experienced two episodes of impending thyroid storm with negative COVID-19 tests during the COVID-19 pandemic.