Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pengaruh Lama Proses Fermentasi terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) dan Kadar Protein Pada Kulit dan Daun Singkong Hermanto Hermanto; Fitriani Fitriani
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol.12 No.2 Desember 2018
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (395.5 KB) | DOI: 10.26578/jrti.v12i2.4239

Abstract

Pemanfaatan limbah ikutan tanaman singkong untuk bahan campuran pakan unggas  bertujuan untuk mendapatkan karakteristik limbah ikutan tanaman singkong (Kulit dan daun Singkong) dan metode waktu fermentasi yang terbaik untuk menurunkan kadar sianida (HCN) dan kenaikan kadar protein yang terkandung dalam kulit dan daun singkong tersebut.Kulit dan daun singkong yang didapatkan dari petani atau pabrik tapioka/mocaf dibersihkan/dicuci, kemudian di cacah/dihaluskan, dianalisa  kadar asam sianida (HCN), kadar protein, derajad keasaman( pH) dan kadar Serat Kasar.  Hasil uji kadar asam sianida (HCN) pada kulit singkong 231 mg/kg dan daun singkong 183 mg/kg. Hasil uji tingkat keasaman (pH) kulit singkong dan daun singkong segar 6,16 dan 5,89 serta hasil uji serat kasar untuk kulit singkong 2,83 % dan daun singkong 15,35 %. Untuk menurunkan kadar asam sianida(HCN) dan menaikan kadar protein diperlukan proses fermentasi. Setelah difermentasi terjadi penurunan kadar asam sianida untuk kulit singkong menjadi 0,47 mg/kg, terjadi penurunan 99.89 %  dan Daun singkong  menjadi 0,46 mg/kg terjadi penurunan 99,74 %.Kenaikan kadar proteinya pada kulit singkong dari 4,58 % menjadi 10,26 % terjadi kenaikan 124,02 % sedang pada daun singkong dari 8,30 % menjadi 9,57 % terjadi kenaikan 15,30 %. Pada tingkat keasaman (pH) hasil uji kulit singkong segar 6,20, daun singkongnya 5,89, setelah difermentasi terjadi peningkatan derajad keasaman sebesar 3,74 – 4,53.Fermentasi optimal pada hari ke empat dengan konsentrasi ragi tape 0,5 % menurunkan kadar asam sianida (HCN) kulit singkong 17.091,01 % dan daun singkong 5216,46 %, sedangkan kenaikan kadar protein sebesar 48,93 % (kulit singkong) dan 43,49 % (daun singkong).Kata kunci:  Fermentasi, asam sianida, kadar protein, kulit, daun singkong                                                                        ABSTRACTThe utilization of waste by-product of tapioca for a blend of poultryintended to get the characterictics of waste by-product of tapioca (skin and cassava leaves ) and methods of fermentation the best to reduce levels of cyanide(HCN) and a surge of the protein contained in the skin and cassava leaves.The skin of cassava and cassava leaves are right from the farmers or mill tapioca/mocaf be cleaned,  washed, then.-be refined and then analyzed levels of hydrogen cyanide (HCN), levels of protein, degrees (pH) of and levels of fiber.The test results levels of hydrogen cyanide (HCN) on the cassava 231 mg/kg and cassava leaves 183 mg/kg. The testresults were the acidity (pH) of the cassava and cassava leaves of fresh 6,16  and 5,89 as well as the results of the rough to the cassava 2,83 % and cassava leaves 15,35 %. To reduce levels of hydrogen cyanide (HCN) and raise levels of proteins necessary process of fermentation. After fermented the the acid content of cyanide (HCN), for the cassava to 0,47 mg/kg, of 99,89 % and cassava leaves to 0,46 mg/kg of 99,74 %. The protein content of those this late in the cassava of 4,58 % to 10,26 % of the 124 02 % while the cassava leaves of 8,30 % to 9,57 % there is an increase of 15,30 %. At this level of the results of the cassava fresh 6,20 cassava leaves 5,89, after it’s fermented, an increase in acidity 3,74 – 4,53 in the acid.Fermentasi optimum day to four with a concentration of yeast cake, 0,5 % lower levels of hydrogen cyanide (HCN) the cassava 17.091,01 % and cassava leaves 5216,46 % while the protein co
Pemanfaatan Limbah Kulit dan Daun Singkong sebagai Campuran Bahan Pakan Ternak Unggas Hermanto Hermanto; Fitriani Fitriani
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol.13 No.2 Desember 2019
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.662 KB) | DOI: 10.26578/jrti.v13i2.5610

Abstract

Salah satu alternatif untuk mengatasi kekurangan pakan ternak unggas adalah dengan menggunakan bahan pakan lokal. Di Indonesia kulit dan daun singkong sudah banyak dijadikan pakan untuk ternak ruminansia baik untuk penggemukan maupun pembibitan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan formulasi pakan terbaik dan melihat pengaruh pemberian kulit dan daun singkong  ke dalam bahan pakan unggas  terhadap pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup ayam ras pedaging (brolier). Kulit dan daun singkong yang diperoleh dari petani atau pabrik tapioka/mocaf dibersihkan kemudian di cacah/dihaluskan lalu dikukus. Setelah dikukus dilakukan proses fermentasi  dilanjutkann pembuatan pakan unggas dengan formulasi camputran 80 % kulit dan daun singkong ditambah feed basah (tepung ikan, tepung jagung, dedak dan vitamin) 20 %. Perbandingan jumlah kulit dan daun singkong untuk bahan baku pakan  adalah BP 1: daun singkong 50 % +  kulit singkong 50%, BP 2 : daun singkong 25 % + kulit singkong 75%,   BP 3 : daun singkong 75 % + kulit singkong 25 %,  BP 4: daun singkong 100 %  (tanpa kulit singkong) dan BP 5 : kulit singkong 100 % (tanpa daun singkong), sedang untuk perbandingan jumlah feed basal adalah Tepung Jagung  : 37% dari 20% bobot feed basal,  Tepung ikan : 30% dari 20% bobot feed basal, Dedak : 31% dari 20% bobot feed basal dan  Vitamin : 2% dari 20% bobot feed basal. Pakan (pellet) yang dibuat dan diuji cobakan pada ternak unggas (ayam ras broiler) yang telah berumur  20 hari, sesuai SNI 01-3931-2006 Pakan Ayam Ras Pedaging Masa Akhir (Brolier Finisher), kemudian diamati dan ditimbang bobot tubuhnya setiap 5 hari sampai ayam berumur  35 hari. Sebagai pembanding diuji cobakan juga pakan yang beredar dipasaran (komersil). Hasil formulasi pakan unggas yang terbaik adalah perlakuan BP2 yaitu formulasi yang menggunakan substrat kulit singkong 75 % dan daun singkong 25 % dengan hasil analisa kadar protein kasarnya 18,15 %. Hasil uji coba diperoleh  rata-rata kenaikan bobot ayam yang diberi makan selama 15 hari dari  pakan ayam berbasis limbah ikutan tanaman singkong adalah sebesar 40,89 % dan rata-rata kenaikan bobot berat ayam yang diberi makan pakan ayam komersil adalah sebesar 49,49 %. 
Karakteristik Fisikokimia dan Sensoris Biskuit dengan Penambahan Tepung Ikan Toman (Channa micropletes) Hermanto Hermanto; Arba Susanty
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol.14 No.2 Desember 2020
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26578/jrti.v14i2.6182

Abstract

Tepung ikan toman merupakan produk hasil samping dari proses hidrolisis protein ikan toman (Channa micropeltes). Tepung ikan toman dapat menjadi sumber protein pada produk pangan salah satunya biskuit. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung ikan toman terhadap karakteristik fisikokimia dan sensoris biskuit. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan penambahan tepung ikan dengan lima taraf perlakuan yaitu 0%, 7%, 14%, 21% dan 28% tepung ikan terhadap total berat adonan biskuit. Hasil analisis penambahan tepung ikan toman sebanyak 28% memberikan nilai nutrisi biskuit ikan toman yang terbaik dengan kadar air 2,70%, kadar abu 8,09%, kadar protein 18,23%, kadar lemak 22,07% dan karbohidrat 48,91%. Hasil uji kesukaan menunjukkan penambahan tepung ikan toman (Channa micropeltes) berpengaruh terhadap persepsi rasa, aroma, teksur dan warna biskuit.
Peluang Minyak Sawit Sebagai Bahan Sediaan Farmasi Fauziati Fauziati; Hermanto Hermanto; Fitriani Fitriani
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol.13 No.2 Desember 2019
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.472 KB) | DOI: 10.26578/jrti.v13i2.5670

Abstract

Minyak sawit mentah mengandung senyawa aktif yang sangat berguna bagi kesehatan tubuh manusia, komposisi senyawa bio aktif pada sawit mentah (CPO), antara lain vitamin E, karatenoid, fitosterol, squalene, phospholipid, Co enzyme, polyphenolik. Fitosterol merupakan steroida (sterol) yang terdapat didalam tanaman dan mempunyai struktur yang mirip dengan kolesterol, tetapi fitosterol mengandung gugus etil pada rantai cabangnya. Pada tanaman terdapat lebih dari 40 senyawa sterol yang didominasi oleh tiga bentuk utama dari fitosterol, yaitu beta sitosterol, compesterol dan stigmasterol. Kegunaan fitosterol adalah menurunkan kadar kolesterol didalam darah dan mencegah penyakit jantung. Fitosterol terdiri dari 28 hingga 30 atom dengan steroid sebagai rangka struktur dengan gugus hidroksil menempel pada C-3 dari cincin A, dan rantai alifatik pada atom C-17 dari cincin D senyawa  ini tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alkohol. Fitosterol menghambat penyerapan dan meningkatkan eksresi, sedangkan asam lemak tidak jenuh khususnya asam lemak linoleat dan oleat menjadikan kolesterol pada tingkat kadar yang normal dan alfa tokoferol menurunkan kadar kolesterol LDL, dimana LDL –teroksidasi pemicu rusaknya pembuluh darah dan penyebab timbulnya plak yang merupakan salah satu faktor pemicu penyakit jantung sehingga fitosterol sangat bermanfaat bagi kesehatan, dan fitosterol dapat memperbaiki regulasi kolesterol darah pada tingkat normal.Kata Kunci : minyak sawit mentah, fitosterol, kolesterol
Potensi Biogas dari Limbah Padat Industri Kelapa Sawit di Kalimantan Timur Hermanto Hermanto; Eko Heryadi; Arba Susanty
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol.15 No.2 Desember 2021
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26578/jrti.v15i2.7361

Abstract

Kalimantan Timur merupakan provinsi dengan luas terbesar keempat di Indonesia dengan Kelapa Sawit sebagai komoditi perkebunan utama yang menguasai 88,4 dan 99,6% dari total luas areal dan total komoditinya. Potensi yang besar ini akan berdampak besar terutama pada sektor lingkungan yang disebabkan oleh besarnya limbah yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mencari besaran potensi limbah untuk konversi biogas yang terfokus kepada limbah padat Industri kelapa sawit di provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Dari 10 kabupaten kota penghasil sawit di Kaltim, terdapat total limbah padat sebesar 800 juta ton di tahun 2019. Di Kaltim sudah ada beberapa industry kelapa Sawit yang memiliki biogas plan yang biasanya terintegrasi dengan pengolahan limbah cair. Potensi besar yang masih belum dimanfaatkan secara optimal adalah limbah padat, dimana menguasai 60% dari total limbah yang dihasilkan. Limbah padat ini memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan, dan sesuai untuk digunakan sebagai bahan baku di reaktor biogas dengan proses Anaerobik. Limbah padat Industri kelapa sawit berupa TKKS, Serat dan dekanter memiliki potensi menghasilkan 506; 204; dan 41 juta meter kubik metan di tahun 2019. Jika dikonversikan, maka dari ketiga limbah padat tersebut dapat menghasilkan energi sebesar 8 GWatt.