Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Manajemen Pembinaan Santri Tahfizh Al-Qur’an Samad Baso; Andi Banna
Jurnal Ilmiah Islamic Resources Vol 16, No 2 (2019): Desember
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (552.366 KB) | DOI: 10.33096/jiir.v16i2.19

Abstract

Lokasi ini menjadi sasaran penelitian karena lembaga ini adalah lembaga Tahfizh tertua dan representatif di Indonesia bagian timur. Bahkan lembaga inilah yang menjadi induk dan terbanyak mencetak alumni Tahfizh Al-Qur’an Lafzhan sehingga lembaga ini dianggap sebagai simbol berkah. Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah trilogi manajemen pembinaan santri Tahfizh Al-Qur’an Lafzhan. Kegunaan penelitian ini adalah dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah dalam pembinaan santri Al-Qur’an Lafzhan dan menjadi barang berharga bagi masyarakat umum yang terjebak dalam runtinitas kehidupan dan lupa tanggungjawabnya terhadap pembinaan Pendidikan Tahfizh Al-Qur’an Lafzhan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini: (1) memakai pendekatan kualitatif-deskriptif; (2) menggunakan purposive sampling. Adapun unit analisis penelitian ini adalah trilogi pelakasanaan manajemen pembinaan santri Tahfizh Al-Qur’an Lafzhan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jejak langkah trilogi manajemen pembinaan santri Tahfizh Al-Qur’an Lafzhan di lembaga ini agak unik. Dari kajian ini ditemukan beberapa poin yang menarik: (1) kegiatan tumbuh dalam kultur yang diwarisi oleh pengawal teks Al-Qur’an yakni tradisi proses belajar talaqqy; (2) tradisi daras 40 kali minimal yang bertujuan mengamati letak waqaf dalam ayat dan tulisan-tulisannya dalam mushhaf. Untuk kesempurnaan pembinaan santri Tahfizh Al-Qur’an Lafzhan maka peneliti mengharap kepada: (1) pemerintah khususnya Kementerian Agama untuk membuat kebijakan tentang pembinaan santri Tahfizh Al-Qur’an Lafzhan yang representatif; (2) pengusaha besar khususnya turut berpartisipasi dalam pengembangan fisik materil lembaga Tahfizh Al-Qur’an Lafzhan.
Makna Menghafal Al-Qur’an Bagi Masyarakat Said Syarifuddin; Samad Baso
Al-Tafaqquh: Journal of Islamic Law Vol 1, No 1 (2020): January
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/altafaqquh.v1i1.18

Abstract

Masyarakat Lempangeng mempunyai tradisi menghafal al-Qur'an yang diwarisi dari generasi ke generasi. Penelitian ini berusaha untuk menyingkap tradisi masyarakat Lempangeng menghafal al-Qur'an sejak priode 80-an hingga penghujung tahun 90-an dan priode 2000-an hingga saat sekarang (2019). Penelitian ini menggunakan jenis dan pendekatan kualitatif-deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Analisis data dalam penelitian ini berlangsung bersamaan dengan proses pengumpulan data. Analisis data dilakukan melalui tiga tahap model air, yaitu reduksi data, penyajian, dan verifikasi data. Namun tiga tahap tersebut berlangsung secara simultan,dengan tujuan untuk menyajikan data dan informasi yang akurat bagi para pejabat Kementerian Agama dalam menyusun kebijakan pembangunan dalam bidang agama dan masyarakat umum yang ingin menekuni menghafal al-Qur'an.Dalam penelitian ditemukan kegiatan kegiatan tahfizh al-Qur'an pernah ramai dan semarak di kampong Lempangeng, yaitu pada priode tahun 80-an hingga priode penghujung tahun 90-an. Pada priode ini masyarakat lempangeng memeliki motivasi yang kuat dalam menghafal al-Qur'an. Sementara masyarakat yang menekuni tahfizh al-Qur'an setelah priode tersebut, yaitu tahun 2000-an hingga saat ini (2019) memiliki motivasi yang lemah. Saat ini, kegiatan tahfizh al-Qur'an di Lempangeng sudah tidak ramai lagi.Masyarakat yang menekuni dan  juga sudah tidak menerapkan metode tahfizh al-Qur'an secara penuh, seperti yang digunagan oleh generasi sebelumnya.Akibatnya, hasil hafalan al-Qur'an yang dicapai tidak memuaskan. Oleh karena itu, untuk membangun kembali kegiatan tahfizh al-Qur'an yang semarak, guna mencetak hafizh-hafizh al-Qur'an di Lempangeng, maka dibutuhkan bantuan dan kerjasama dari beberpa pihak, mulai dari masyarakat setempat, masyarakat yang pernah menekuni tahfizh di kampong itu, maupun pemerintah daerah Kab. Pangkep, guna mengembalikan tradisi tahfizh yang pernah semarak di kampong itu