Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Grup Media Sosial sebagai Sarana Pemberdayaan Perempuan tentang Pemberian ASI Birgitta Bestari Puspita; Paulus A Edvra
Expose: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 3, No 2 (2020)
Publisher : President University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33021/exp.v3i2.1154

Abstract

Exclusive breastfeeding is still an interesting topic of discussion, especially among Indonesian women. This article is a qualitative study with interviews as data collection method. This study reveals that the group Exclusive Pumping Mama Indonesia (Eping) can serve as a place for informants in seeking breastfeeding-related information, or simply gaining more knowledge from the problems faced by other group members. By gaining such knowledge, the informants are then able to also spread such information or to educate people around them. This group has successfully established collective consciousness in breastfeeding that leads them to create real or offline actions.
Strategi Pengamanan Privasi: Studi Pada Pengguna Berat Internet di Masa Pandemi COVID-19 Paulus Angre Edvra; Birgitta Bestari Puspita
Jurnal Visi Komunikasi Vol 21, No 01 (2022): MEI 2022
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/visikom.v21i01.15625

Abstract

Pandemi COVID-19 membuat konsumsi seseorang pada internet meningkat yang  menciptakan masalah soal keamanan data pribadi. Semakin banyak konsumsi internet, semakin banyak data yang dipantau dan dikumpulkan oleh sistem Big Data. Peneliti mengeksplorasi langkah-langkah yang dilakukan para pengguna berat internet agar tetap bisa berinternet dengan data aman. Penelitian kualitatif ini menggunakan teknik pengumpulan data wawancara kepada tujuh pengguna berat internet. Hasil menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi selama pandemi tak terelakkan. Pengguna internet juga paham tentang adanya pemantauan atas aktivitas daring mereka, dan mereka maklumi karena sudah tertulis di kebijakan privasi aplikasi. Sementara, terkait kebocoran data para pengguna sudah melakukan beberapa langkah pencegahan.
Komersialisasi Sewa Mux di TVRI Yogyakarta Paulus Angre Edvra; Josep J. Darmawan
Jurnal ILMU KOMUNIKASI Vol. 20 No. 1 (2023)
Publisher : FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/jik.v20i1, Juni.7022

Abstract

Pelaksanaan siaran digital membawa konsekuensi seperti adopsi sistem multipleksing (mux). Di Indonesia, penyedia mux dipilih lewat tender kecuali untuk TVRI yang sudah pasti mendapat jatah. Penelitian studi kasus ini mengkaji sistem sewa mux di TVRI Yogyakarta menggunakan perspektif ekonomi politik untuk menguji adakah komersialisasi dijalankan dalam penyewaan mux. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komersialisasi adalah hal yang tidak terhindarkan dalam penyelenggaraan siaran digital. TVRI secara praktis mengambil manfaat atas penggunaan mux lewat skema penyewaan dan pemasaran yang aktif guna memenuhi target Penerimaan Negara Bukan Pajak. Hal ini problematik mengingat TVRI semestinya memposisikan diri sebgai lembaga publik yang mengedukasi audiens, bukan pasar.
Tipologi Jaringan Wacana dan Komunikator Publik dalam Berita Omicron Baru di Media Online Edvra, Paulus Angre; Ahmad, Nyarwi
Jurnal Riset Komunikasi Vol 6 No 1 (2023): February 2023
Publisher : Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komuniasi (ASPIKOM) Wilayah Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38194/jurkom.v6i1.698

Abstract

The first case of Omicron BA.4 and BA.5 subvariants on 9 June 2022 confirmed by the Government has propelled a news explosion. This article examines what discourses constructed by public communicators who addressed this case, as reported by the online media, and who are they? We analyze online news related to this issue published in between 9 and 16 June 2022 using the discourse network analysis. We found 15 categories of discourse related to this case advocated by five types of public communicators. They consist of 25 types of specific actors. While some of them advocated types of discourses identified by Ali and Eriyanto (2020), most of them formulated new discourses when they addressed this case. Our research also revealed that public communicators that represent the Government do not have a single discourse when they managed this case. This hints that the Government lacked an integrated public communication strategy in handling this case
Eksplorasi Elemen Digital Storytelling dalam Konten Gaming Youtube Kids Puspita, Birgitta Bestari; Edvra, Paulus A.
Komuniti : Jurnal Komunikasi dan Teknologi Informasi Vol. 16 No. 1 (2024): Komuniti : Jurnal Komunikasi dan Teknologi Informasi, Maret 2024
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/komuniti.v16i1.4543

Abstract

Konten-konten yang dapat diakses melalui YouTube Kids adalah konten yang memiliki target audiens anak-anak dengan karakter khusus yang perlu diperhatikan oleh pembuat konten agar pesan yang disampaikan dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh anak-anak. Penelitian terkait digital storytelling terutama pada konten game masih cukup sulit ditemukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi elemen-elemen digital storytelling dalam konten game YouTube Kids, terutama konten game walkthrough atau konten panduan game. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis isi kualitatif.  Konten yang dipilih adalah konten popular, berusia tidak lebih dari lima tahun yang video dan akun pembuatnya dapat secara khusus diakses melalui YouTube Kids. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua video yang ditujukan untuk anak-anak menerapkan elemen digital storytelling yang sesuai untuk anak, termasuk elemen yang sesuai dengan perkembangan moral anak. Penggunaan elemen-elemen dalam digital storytelling bisa menjadi preferensi narator cerita sehingga penggunaannya pun bisa berbeda antara satu narator dengan narator lainnya. Namun demikian, pertimbangan target audiens mestinya menjadi salah satu hal yang utama untuk diperhatikan oleh narator. Penelitian ini merupakan penelitian awal, akan tetapi sudah dapat memberikan gambaran terkait elemen digital storytelling dalam konten YouTube Kids terkait game walkthrough, yang dapat diperdalam dalam penelitian selanjutnya dalam topik khusus yang sama.   The contents accessible through YouTube Kids are designed for a child audience and feature specific characters. Content creators need to pay attention to these characters to ensure that the messages conveyed are well-received and understood by children. Research on digital storytelling, especially in the context of game content, is still relatively scarce. This study aims to explore the elements of digital storytelling in YouTube Kids game content, particularly in game walkthroughs or guide content. The research method employed is qualitative content analysis. The selected content includes popular videos, not more than five years old, and accounts that are specifically accessible through YouTube Kids. The results indicate that not all videos intended for children include appropriate digital storytelling elements, including those aligned with children's moral development. The use of elements in digital storytelling can vary depending on the story narrator's preferences, leading to differences between narrators. However, the consideration of the target audience should be a primary concern for narrators. While this study is preliminary, it provides insights into the digital storytelling elements in YouTube Kids content related to game walkthroughs, which can be further explored in subsequent research on the same specific topic.
The Relationship Between Mother’s Safety Competency and The Risk Perception in Sharenting Activities Birgitta Bestari Puspita; Paulus A Edvra
KOMUNIKATIF : Jurnal Ilmiah Komunikasi Vol. 11 No. 2 (2022)
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi UKWMS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33508/jk.v11i2.4080

Abstract

Social media has attracted many groups of society to use it for various goals. Some parents use it as digital gallery for their children’s photographs, which is now becomes common digital activity in Instagram. In the midst of Instagram popularity, there is risk, lurks children’s safety. The risk includes misuse of children’s images or even kidnapping threat. The activity of sharing online information about children by parents is known as ‘sharenting’, which is mostly practiced by mothers. By practicing ‘sharenting’, they might violate children’s privacy rights. To avoid this, parents' digital literacy skill is needed. Parents’ digital literacy may affect their skill in using digital media, including safety competency. Thus, this research aims to measure the relationship between mother’s safety competencies and risk perception of children’s privacy in ‘sharenting’ activities. The method for this research is web survey, using questionnaire to collect the data from 385 mothers who have children under 13 years old, in accordance with Instagram’s age restriction policy, who live in East Java. The results show that the safety competency factor only correlates 14.4% with the mothers' risk perceptions of children's privacy. Another factor of 85.6% is not seen in this study. The weak relation between mothers’ safety competency and their risk perception of child’s privacy in this research shows that there are many other factors that can be explored in the future research.ABSTRAK Media sosial menarik banyak kalangan masyarakat untuk menggunakannya dengan berbagai tujuan. Beberapa orang tua menggunakannya sebagai galeri digital untuk foto anak-anak mereka, yang sekarang menjadi aktivitas digital yang umum di Instagram. Di tengah popularitas Instagram, terdapat risiko yang mengintai keselamatan anak-anak. Risiko tersebut termasuk penyalahgunaan gambar anak-anak atau bahkan ancaman penculikan. Kegiatan berbagi informasi daring tentang anak oleh orang tua dikenal dengan istilah ‘sharenting’, yang paling banyak dilakukan oleh para ibu. Dengan mempraktikkan 'sharenting', mereka mungkin melanggar hak privasi anak-anak. Untuk menghindari hal tersebut, orang tua perlu memiliki keterampilan literasi digital. Literasi digital orang tua dapat memengaruhi keterampilan mereka dalam menggunakan media digital, termasuk kompetensi keamanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur hubungan antara kompetensi keamanan ibu dan persepsi risiko atas privasi anak dalam kegiatan 'sharnting'. Metode penelitian yang digunakan adalah survei web, dengan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data dari 385 ibu yang memiliki anak di bawah 13 tahun, sesuai dengan kebijakan pembatasan usia Instagram, yang tinggal di Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor kompetensi keamanan hanya berkorelasi 14,4% dengan persepsi risiko ibu terhadap privasi anak. Faktor lain sebesar 85,6% tidak terlihat dalam penelitian ini. Lemahnya hubungan antara kompetensi keselamatan ibu dan persepsi risiko mereka terhadap privasi anak dalam penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak faktor lain yang dapat dieksplorasi dalam penelitian selanjutnya.