Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Testing of One-Row Rice Reaper Djojowasito, Gunomo; Ahmad, Ary Musthofa; Wicaksono, Ronny
Jurnal Teknologi Pertanian Vol 3, No 1 (2002)
Publisher : Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (116.349 KB)

Abstract

Harvesting is one of the critical operations in the rice cultivation. It need to be handled properly so it can reduce grain losses and then lead to an increase in total rice production. One of that method is by applying agricultural machinery, in this case is one-row rice reaper. This study is conducted to identify the performance of the reaper especially the field capacity and effectiveness of cutting. Thus it can be compared to that manual one. The result shows that the reaper is able to cut properly, but it need further study on the side-delivery function of cut plant. The field capacity of the reaper is greater then the traditionally manual one. It also needs more development to improve its mobility on the field.   Keywords: one-row rice reaper, harvesting, agricultural machinery
Engineering Tube Casting Machine of Organic Planting Pouch Pudjiono, Ekoyanto; Ahmad, Ary Musthofa; Subekti, Rachman
Jurnal Teknologi Pertanian Vol 2, No 3 (2001)
Publisher : Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (155.02 KB)

Abstract

Problem in using polybag for the seed container is the necessity of seed replacement into field that still uses cutting or tearing method of polybag. Unfortunately, the methods cause to rooting damages or the root will be sheared. Koesriharti (1987) reports that seed dying often occurs after replacement, or the growth will be prohibited for the rooting system have been failed. Other problem in using polybag is waste consideration, because polybag composites of polyester. An alternative to reduce plastic matters is by decreasing the use of polybag. Nowadays, the use and research on planting pouch from organic substance are developed. Instead of less dangerous to environment and cheaper, it increases humus desired by plants. One material of organic planting pouch is enceng gondok. Because it contains high fiber and undesirable plants, they should be usable waste. Machine casting the planting pouch is expected to change dry enceng pieces into tube shapes. The process involves pressing and rolling the dry pieces by roll mechanism. Research is conducted from April to September 2001 in TSSU and Agriculture Laboratory of Machine and Capacity. Casting machine designed comprises to frame, hopper, calendar roll, strip roll, coil roll, capacity sustaining mechanism, and power source. Machine experiment has been conducted by involving enceng pages in 0,5 mm thickness and 50 mm width. Tube result by D = 40 mm indicates that machine performance capacity is about 1,2 m / hours and its productivity is 435,9 mm. Financial analysis based on initial investment as much as Rp. 550.000 obtains BT value for Rp. 143.913 per year, while BV for Rp. 6.789.600 per year. BEP value is Rp. 211.351,316 in product capacity of 44,8253 m/year. NPV value is  Rp. 48.370.560,13. Net B/C Ratio to 88,94 and IRR to 75,45 % is also observed with selling price for Rp. 4.715 per meters.   Keywords: tearing method, organic planting pouch, tube casting machine
APLIKASI PIPA PVC (Poly Vynil Cloride) DALAM KARUNG CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) SEBAGAI SARANA AERASI PADA KEMASAN SELAMA PROSES TRANSPORTASI Indah Purnamasari, Desi Rahmawati; Djoyowasito, Gunomo; Sutan, Sandra Malin; Ahmad, Ary Musthofa
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.92 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkptb.2019.007.02.9

Abstract

Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan jenis produk sayuran yang memiliki buah kecil dengan rasa yang pedas yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan dibutuhkan dalam bentuk segar. Sifat cabai rawit yang mudah rusak sehingga tidak tahan lama untuk disimpan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh dalam proses pendistribusiannya. Apabila tidak dilakukan distribusi dengan segera, cabai akan mengalami kerusakan baik kualitas maupun kuantitas. Secara sifat fisiologi, setelah dipanen cabai rawit akan tetap melakukan kegiatan metabolisme seperti respirasi dimana laju respirasi tergantung dari kondisi lingkungannya. Sehingga pengemasan dan transportasi menjadi titik kritis pascapanen untuk menjaga kesegaran produk saat didistribusikan sampai ke konsumen. Jarak antara sentra produksi cabai dengan pasar yang tidak dekat sehingga berpotensi menimbulkan kerusakan. Oleh karena itu, pengemasan dan transportasi yang tepat menjadi hal yang harus diperhatikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pipa PVC pada karung cabai rawit searah horizontal sebagai sarana aerasi yang dapat mengurangi uap panas selama simulasi transportasi berlangsung. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu faktor perlakuan menggunakan kemasan karung dengan jumlah pipa PVC  0 ; 2 ; 4 buah dan faktor  lama simulasi transportasi 1 jam ; 2 jam ; 3 jam dengan 3 kali  ulangan, masing-masing perlakuan menggunakan kecepatan 200 rpm (frekuensi 3,3 Hz). Hasil dari penelitian dianalisa menggunakan analisa ragam beda nyata terkecil (BNT) 5% untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan.
Rancang Bangun Sistem Aerator Tambak Udang Bertenaga Bayu Djoyowasito, Gunomo; Ahmad, Ary Musthofa; Khasanah, Asmaul
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.784 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkptb.2019.007.02.2

Abstract

Sektor perikanan merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia, khususnya udang. Udang merupakan komoditas perikanan andalan Indonesia yang menjadi komoditas ekspor (Jenderal Perikanan, 2014). Menurut Suyanto dkk (2009), berkurangnya kualitas air tambak akibat rendahnya kadar oksigen dapat menyebabkan wabah penyakit untuk tambak udang. Selama ini, masyarakat menggunakan aerator listrik untuk meningkatkan kualitas air tambak udang, sehingga tidak hemat energi. Oleh karena itu, dibuatlah aerator dengan tenaga kincir angin. Penelitian ini dilakukan didaerah tambak Desa Wedani, Kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Dimana proses pelaksanaannya dilakukan pada bulan Oktober 2017 - Februari 2018. Dari hasil pengujian yang dilakukan, diperoleh rata-rata kecepatan angin sebesar 3,16 m/s, dengan jumlah putaran kincir angin sebesar 26,64 rpm dan jumlah putaran pompa spiral sebesar 2,664 rpm. Sedangkan untuk besarnya daya angin teoritis yang diperoleh adalah 15,79 Wh dan besarnya daya angin actual adalah 9,36 Wh. Kemudian besarnya debit air rata-rata sebesar 8,42 cm3/s dengan tinggi tekannya sebesar 52,8 cm. Dari pengujian dengan DO meter, dapat diketahui bahwa aerator pompa spiral ini mampu meningkatkan kandungan oksigen terlarut sebesar 2,08 mg/L.
Uji Performansi Alat “Digital Formaldehyde Meter” Pendeteksi Kandungan Formalin pada Makanan Famelian Regeista; Ary Musthofa Ahmad; Yusron Sugiarto; Agung Heru Yatmo; Halimatus Sa'diyah; Alifian Juantono Sahwal
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (540.669 KB)

Abstract

Hasil uji Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan dari 700 sampel produk makanan yang diambil dari Jawa, Sulawesi Selatan dan Lampung, 56% mengandung formalin. Bahaya penyalahgunaan formalin dapat menyebabkan penyakit. Pemerintah, khususnya BPOM dan masyarakat membutuhkan alat pendeteksi formalin untuk mengetahui kandungan formalin secara tepat, namun saat ini belum tersedia pendeteksi yang cepat, akurat dengan harga terjangkau.“Digital Formaldehyde Meter” menggunakan teknologi Electronic Nose merupakan alternatif pendeteksi formalin yang inovatif. alat ini dirancang dengan sistem digital, sinyal input dideteksi dari deret sensor TGS (TGS 2600, dan 2611) kemudian diproses dengan bantuan mikrokontroler yang diperkuat oleh preamplifier dan digitalkan oleh sebuah digital LCD (Liquid Crystal Display) ke digital convertor sehingga dapat memunculkan nilai kandungan formalin yang aktual. Untuk mengetahui kinerja alat tersebut dilakukan suatu uji performansi alat dengan melakukan pengujian beberapa komponen penting di dalamnya, seperti sensor, mikrokontroler, LCD, Pengujian alat secara keseluruhan dengan melakukan pengujian pada sample padat dan sample cair. Proses kalibrasi alat “Digital Formaldehyde Meter” di uji sebanyak 3 kali ulangan dengan pembanding alat spektrometer uv didapatkan rata – rata eror alat 2,93%, sehingga dapat dipastikan alat “Digital Formaldehyde Meter” dapat di implementasikan untuk mengatasi permasalahan kasus penyalahgunaan formalin dengan mengetahui kandungan formalin secara cepat dan akurat. Kata Kunci: Formaldehyde, Digital Formaldehyde Meter, Electronic Nose dan Deret Sensor
Rancang Bangun Alat “Digital Formaldehyde Meter” Pendeteksi Kandungan Formalin pada Makanan dengan Teknologi Berbasis Instrumen Electronic Nose Alifian Juantono Sahwal; Ary Musthofa Ahmad; Yusron Sugiarto
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (540.669 KB)

Abstract

Maraknya kasus penyalahgunaan formalin pada bahan makanan merupakan salah satu masalah yang mengancam keamanan pangan nasional. Hasil uji Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan dari 761 sampel produk makanan yang diambil dari Jawa, Sulawesi Selatan dan Lampung, 56% mengandung formalin. Bahaya penyalahgunaan formalin dapat menyebabkan penyakit, baik efek kronik atau akut. Pemerintah, khususnya BPOM dan masyarakat luas membutuhkan alat pendeteksi formalin untuk mengetahui kandungan formalin secara tepat, namun saat ini belum tersedia pendeteksi yang cepat dengan harga terjangkau. Rancang bangun piranti pengukur formalin dengan “Digital Formaldehyde Meter” yang pengimplementasian teknologi Electronic Nose merupakan alternatif untuk menghasilkan alat pendeteksi yang cepat dan akurat. “Digital Formaldehyde Meter” dirancang dengan sistem digital, sinyal input dideteksi dari deret sensor TGS (TGS 2600, dan 2611), kemudian diproses dengan bantuan mikrokontroler yang diperkuat oleh preamplifier dan digitalkan oleh sebuah digital LCD (Liquid Crystal Display) ke digital convertor.   Kata kunci: Sensor TGS 2600, Sensor TGS 2611, mikrokontroller
Rancang Bangun Sistem Penyerap Karbon dioksida (CO2) Pada Aliran Biogas Dengan Menggunakan Larutan Ca(OH)2 Aris Prasetya Masyhuri; Ary Musthofa Ahmad; Gunomo Djojowasito
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (236.744 KB)

Abstract

Biogas adalah gas campuran metana (CH4), karbondioksida (CO2) dan gas lainnya yang didapat dari hasil penguraian material organik seperti kotoran hewan, kotoran manusia, tumbuhan oleh bakteri pengurai metanogen pada sebuah biodigester. Jadi, Untuk menghasilkan biogas, dibutuhkan pembangkit biogas yang disebut biodigester. Proses penguraian material organik terjadi secara anaerob (tanpa oksigen). Biogas terbentuk pada hari ke 4 – 5 sesudah biodigester terisi penuh, dan mencapai puncak pada hari ke 20 – 25. Biogas yang dihasilkan oleh biodigester sebagian besar terdiri dari 50 – 70% metana (CH4), 30 % – 40% karbondioksida (CO2), dan gas lainnya dalam jumlah kecil. Kandungan CO2 pada biogas sulit dipisahkan dengan unsur metan (CH4), oleh karena itu perlu dibuat sistem pemisah  CO2 dari sistem aliran biogas yang kontinyu agar pemanfaatan biogas lebih berkualitas.  Minimal dapat menurunkan kadar CO2 dalam biogas. Keberadaan CO2 yang cukup besar tadi sangat mengganggu dalam proses pembakaran , karena CO2 sangat sulit untuk ikut terbakar bersama metana (CH4), oleh karena itu keberadaan CO2 perlu dikurangi. Kalsium hidroksida adalah senyawa kimia dengan rumus kimia Ca(OH)2. Larutan Ca(OH)2 disebut air kapur dan merupakan basa dengan kekuatan sedang. Larutan tersebut bereaksi hebat dengan berbagai asam, dan bereaksi dengan banyak logam dengan adanya air. Larutan tersebut menjadi keruh bila dilewatkan karbon dioksida, karena mengendapnya kalsium karbonat. Alat penyerap CO2 yang digunakan terdiri dari 3 bagian utama : 1. Saluran pemasukan yang terdapat nozel untuk membuat gelembung-gelembung, 2. Toples plastik sebagai tempat larutan Ca(OH)2, 3. Saluran pengeluaran. Penurunan  prosentase kandungan CO2 terbesar terjadi pada nozel berpori daripada nozel besar yaitu sebesar 8,904 % dari sample awal ke menit 30 (tahap I), dari menit 30 ke menit 60 sebesar 2,595 % (tahap II) dan dari menit 60 ke menit 90 sebesar 3,338 % (tahap III), sedangkan untuk nozel besar yaitu 8,883 % dari sample awal ke menit 30 (tahap I), dari menit 30 ke menit 60 sebesar 1,693 %  (tahap II) dan dari menit 60 ke menit 90 kandungan CO2 bertambah sebesar 0,261 % (tahap III), hal ini terjadi dikarenakan gelembung-gelembung gas yang dihasilkan oleh nozel berpori lebih banyak daripada nozel besar sehingga reaksi gas CO2 dengan larutan Ca(OH)2 pada nozel berpori lebih cepat dan lebih besar daripada reaksi pada nozel besar dan penambahan kadar CO2 pada nozel besar dari menit 60 ke menit 90 dapat diakibatkan karena larutan Ca(OH)2 mulai jenuh, sehingga kemampuan untuk bereaksi terhadap CO2 berkurang. Peningkatan prosentase kandungan gas metana terbesar terjadi pada nozel berpori yaitu dari 44,814 % menjadi 69,871 % hal ini dikarenakan gelembung-gelembung gas yang dihasilkan oleh nozel berpori lebih kecil ukurannya daripada nozel besar, sehingga gas CO2 yang terikat lebih banyak dan  metana yang lolos lebih besar daripada nozel besar. Kata kunci : Biogas, CO2, dan Ca(OH)2.