Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

MIGRASI ORANG MUNA DI KELURAHAN DODUNG KECAMATAN BANGGAI KABUPATEN BANGGAI LAUT: 1960-2017 Marwina Marwina; Hasni Hasan
Journal Idea of History Vol 1 No 2 (2018): Volume 1 Nomor 2, Juli - Desember 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v1i2.469

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sejarah migrasi orang Muna di Kelurahan Dodung Kecamatan Banggai Kabupaten Banggai Laut periode 1960-2017. Penelitian ini mengacu pada penelitian sejarah yang dikemukakan oleh Kuntowijoyo yang terdiri dari lima tahapan yaitu : (1) Pemilihan topik, (2) Pengumpulan sumber, (3) Verifikasi sumber, (4) Interpretasi data, (5) Historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1). Latar belakang orang Muna melakukan migrasi ke Kelurahan Dodung Kecamatan Banggai Kabupaten Banggai Laut tahun 1960, disebabkan oleh dua faktor yakni faktor pendorong dari daerah asal (pulau Muna) dan faktor penarik di daerah tujuan (Kelurahan Dodung). Faktor pendorong yaitu (a) Faktor keamanan akibat adanya gangguan keamanan dari gerombolan DI/TII di Pulau Muna, (b) Faktor ekonomi. Faktor Penarik (a) Faktor geografis karena Kelurahan Dodung memiliki kondisi geografis yang strategis berada di pesisir pantai serta tingkat kesuburan tanah, (b) Potensi alam yang subur cocok untuk pertanian, pemanfaan sumber daya laut dan sumber daya alam. (2) Proses migrasi orang Muna ke Kelurahan Dodung Kecamatan Banggai terjadi secara bertahap yakni periode 1960-1965, periode 1965-1990, dan periode 1990-2017. (3) Pola pemukiman orang Muna berbentuk memanjang mengikuti garis pantai dan jalan raya. (4) Kehidupan sosial, ekonomi dan budaya orang Muna setelah menetap di Kelurahan Dodung secara perlahan mengalami perubahan. Etos kerja berhasil memperbaiki tingkat ekonomi keluarga yang berdampak pada kehidupan sosial, budaya, adat istiadat dan bahasa. Kata Kunci : Migrasi, orang Muna, Banggai Laut
Ritual Kaago-Ago Dan Folu Net Sink 2030 Dalam Pengelolaan Lahan Gambut Yang Berkelanjutan Di Desa Marobo Kecamatan Marobo Kabupaten Muna Syahrun; Hasni Hasan; La Ode Wahidin; Muh. Husriadi; Salebaran
Jurnal Pendidikan Islam Vol. 10 No. 1 (2024): Journal of Islamic Education
Publisher : STIT Muhammadiyah Paciran Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37286/ojs.v10i1.213

Abstract

Ritual kaago-ago merupakan ritual musim tanam yang dilakukan oleh petani padamasyarakat Muna. Desa Marobo sebagai salah satu desa yang masih melaksanakan ritualkaago-ago. Ritual ini masuk dalam kategori warisan tak benda yang masih eksis hinggasekarang. Pelaksanaan ritual kaago-ago yang dimaksudkan ketika memasuki musim tanamagar tanaman dapat tumbuh dengan baik hingga panen. Salah satu nilai kehidupan yangterkandung dalam kaago-ago adalah aspek ekologis. Adapun aspek ekologis dalamkeberlanjutan lingkungan dan hubungan timbal balik. Hubungan ritual kaago-ago dan strategiyang dilakukan menuju Indonesia FOLU Net Sink 2030 agar kontribusi budaya dan mitigasiperubahan iklim melalui pengelolaan hutan dan lahan yang berkelanjutan. Nilai ekologisdalam budaya dimaksudkan sebagai bentuk efisiensi dan kearifan lokal dalam penggunaanlahan. Pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan dengan menggunakan teknikpengelolaan air yang tepat pada lahan gambut dengan membuat saluran air yang dapatdimanfaatkan dengan tujuan pengendalian keberadaan air tanag sesuai dengan kebutuhantanaman. Penggunaan air secara tepat guna dimusim kering (kemarau) namun tidakmengalami genangan pada musim hujan (kelebihan air). Pengelolaan restorasi lahan gambutyang mengalami kerusakan serta memanfaatkan ketersediaan lahan gambut untukkepentingan perkebunan bagi masyarakat sekitar. Adapun dalam penelitian ini diharapkanmampu memberikan edukasi terhadap masyarakat sekitar terkait keberlanjutan lahan gambutdan pengendalian perubagan iklim secara global.
Manca Sebagai Seni Bela Diri Masyarakat Buton Sebuah Pergeseran Fungsi Rahman; La Ode Muhammad Sardin; Hasni Hasan; La Ode Wahidin
Mores: Jurnal Pendidikan, Moral dan Kewarganegaraan Vol. 3 No. 1 (2025): Edisi April 2025
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/mores.v3i1.38

Abstract

Manca merupakan salah satu seni bela diri tradisional yang memiliki nilai-nilai budaya dan sejarah yang kaya. Di Masyarakat Buton, manca telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Tidak hanya sebagai alat bela diri, tetapi juga sebagai sarana untuk membangun karakter dan meningkatkan nilai-nilai kepribadian. Akan tetapi, dalam perkembangannya, fungsi manca pada masyarakat Buton telah mengalami pergeseran. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pergeeseran fungsi manca pada masyarakat Buton dan faktor-faktor penyebab terjadinya pergeseran fungsi manca dan implikasinya terhadap kehidupan sosial dan budaya Masyarakat Buton. Selain itu, juga dipaparkan tentang historis/geneologi atau asal-usul manca, perbedaan gerakan manca sebagai seni bela diri, seni pertujukan, dan sebagai promosi wisata. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yaitu menggunakan teknik rekam, catat, pengamatan langsung. Teknik analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pergeseran fungsi manca disebabkan tiga faktor yakni faktor agama, faktor ekonomi dan kekuasaan, dan faktor perkembangan zaman atau globalisasi. Pergeseran fungsi manca telah mempengaruhi cara masyarakat Buton memandang dan mempraktikan seni bela diri.
PEUYEM KOROTO: PEWARISAN MAKANAN TRADISIONAL DAN NILAI-NILAI KARAKTER MASYARAKAT DESA CIPARIGI Hasni Hasan; Fauzi, Akhmad Rizky; Rahmah Hidayah; Muhammad Saleh Qadri; Amniar Ati
Tambo: Journal of Manuscript and Oral Tradition Vol. 2 No. 1 (2024): TAMBO
Publisher : Pusat Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/tambo.2024.5022

Abstract

This article describes the traditional food in Ciparigi Village, a type of tape (peuyeum).  Peuyeum as a traditional food has different uniqueness in each region. The people of Ciparigi Village have their own uniqueness in making peuyeum. The glutinous rice that has been boiled is then wrapped using dukuh leaves to resemble a koroto / kroto / krangge anthill so it is called peuyeum koroto. The existence of peuyem koroto has now begun to experience marginalisation in the community. In addition to the description of the making, this study reviews the character meanings contained in peuyem koroto including religious values, environmental care, and creativity. The implication of this study is that the universal religious values and environmental awareness need to be maintained and campaigned more massively. In addition, the idea of creativity of peuyum makers needs to be supported by many parties, especially in promotion and marketing.