Mira Mutiyani
Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

EFEK DIET TINGGI KARBOHIDRAT DAN DIET TINGGI LEMAK TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH DAN KEPADATAN SEL BETA PANKREAS PADA TIKUS WISTAR (EFFECT OF HIGH CARBOHYDRATE DIET AND HIGH FAT DIET ON BLOOD GLUCOSE AND BETA CELL PANCREAS DENSITY IN WISTAR RATS) Mutiyani, Mira; Soeatmadji, Djoko Wahono; Sunindya, Bernadus Rudy
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.371 KB)

Abstract

Abstrak Sindroma metabolik yang ditandai dengan abdominal obesity, resistensi insulin, dislipidemia, perubahan tekanan darah, dan obesitas, prevalensinya semakin meningkat setiap tahun, serta disinyalir sebagai penyebab tingginya penyakit diabetes mellitus tipe 2, penyakit kardiovaslular, dan kematian, baik di negara maju maupun berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari pemberian diet tinggi karbohidrat dibandingkan dengan diet tinggi lemak terhadap kadar glukosa darah  dan kepadatan sel beta pankreas tikus Rattus novergicus strain wistar. Kadar glukosa darah diukur dengan menggunakan metode Glukose Oksidase (GOD-PAP); kepadatan sel Sel-β pankreas dihitung jumlahnya menggunakan mikroskop elektron dalam 20 lapang pandang dengan perbesaran 1000 x. Diet tinggi karbohidrat dan diet tinggi lemak diberikan secara isokalori selama 12 minggu, dengan komposisi: diet tinggi karbohidrat (80,57%; 14% protein; dan 5,41% lemak); diet tinggi lemak (55,63% karbohidrat; 14,25% protein; dan 30,10% lemak). Kadar glukosa darah puasa berbeda signifikan antar kelompok perlakuan (p=0.000); rerata kadar glukosa darah puasa darah tertinggi terdapat pada kelompok (P2) 293.57 mg/dl. Kepadatan sel beta pankreas berbeda signifikan antar kelompok perlakuan (p=0.000); rerata kepadatan sel beta pankreas terkecil  terdapat pada kelompok (P2) 45,06 mm2. Diet tinggi karbohidrat dan diet tinggi lemak, keduanya menstimulasi perubahan kadar glukosa darah dan mengurangi kepadatan sel beta pankreas pada tikus wistar jantan. Kata Kunci: diet tinggi karbohidrat, diet tinggi lemak, glukosa darah, kepadatan sel beta pankreas  AbstractThe metabolic syndrome includes the clustering of abdominal obesity, insulin resistance, elevated blood pressure, and obesity associated with the increasing risk of diabetes mellitus, cardiovascular diseases, and death both in less developed and developed countries in the world. The prevalence of metabolic syndrome increasES every year. The aim of this study was to assess blood glucose level using Glucose Oksidase (GOD-PAP) and beta cell pancreas density using microscope.  Blood glucose concentration and beta cell pancreas density were compared in rats fed isocalorically a high carbohydrate diet for 12 w (80,57% carbohydrate, 14% protein, and 5.41% fat) or a high fat diet for 12 w (55,63% carbohydrate; 14,25% protein; and 30,10% fat). At the end of the study, high carbohydrate rats had higher blood glucose concentration than the high fat group (293.57 mg/dl). High carbohydrate and high fat diet both resulted in elevated beta cell pancreas density, but the density was seen lowest in high carbohydrate fed (45,06 mm2). The findings suggest that both high carbohydrate and high fat fed elevated blood glucose concentration and decreased the density of beta cell in rats. Keywords: high carbohydrate diet, high fat diet, blood glucose, beta cell pancreas density
Asupan Serat dan IMT Wanita Usia Subur Suku Madura di Kota Malang Shanti, Karina Muthia; Andarini, Sri; Mutiyani, Mira; Wirawan, Nia Novita; Rahmawati, Widya
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 4, No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.73 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2017.004.01.1

Abstract

AbstrakKonsumsi serat dapat berdampak positif terhadap kesehatan, salah satunya dapat menurunkan Indeks Massa Tubuh (IMT) melalui penurunan berat badan. IMT yang tinggi yaitu >23,0 kg/ m2 menunjukkan status gizi berada pada kondisi gizi lebih. Wanita Usia Subur (WUS) dengan kondisi gizi lebih dapat memberikan dampak pada siklus reproduksi wanita seperti infertilitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan serat dengan IMT pada WUS suku Madura di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional dilaksanakan pada sampel WUS usia 18-44 tahun suku Madura di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang, selama Februari-Juni 2014. Sampel dipilih dengan teknik purposive sampling hingga diperoleh sejumlah 91 responden. Pengukuran tinggi badan dan berat badan dilakukan untuk memperoleh data IMT, sedangkan data asupan serat diperoleh dengan metode weighed food record pada satu hari biasa dan satu hari akhir pekan. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata asupan serat sebesar 7,16±3,13 g/ hari. Proporsi status gizi responden yaitu 6,6% gizi kurang, 28,6% normal, 30,8% overweight, dan 31,4% obesitas. Berdasarkan uji korelasi Pearson, diperoleh hubungan positif yang sangat lemah dan tidak signifikan antara asupan serat total dengan nilai IMT (p= 0,255 dan r= 0,121).Kata kunci: asupan serat, indeks massa tubuh, wanita usia subur, suku Madura AbstractDietary fiber intake can have a positive impact on health, one of which can reduce Body Mass Index (BMI) through weight loss. High BMI (>23.0 kg/m2) indicates overnutrition status. Overnutrition status on women of reproductive age (WRA) can impact the reproductive cycle such as infertility. This study aims to determine the correlation between total dietary fiber intake and BMI among Madurese women of reproductive age in Kedungkandang Malang. This observational research with cross sectional approach was conducted on Madurese women aged 18 to 44 years old in Kedungkandang Malang from February to June 2014. Samples were chosen by purposive sampling technique and obtained 91 respondents. Body height and weight measurements were performed to obtain BMI data, whereas fiber intake data were obtained using weighed food record method on a weekday and one day on weekend. The results showed an average fiber intake of 7.16 ± 3.13 g/day. The nutritional status proportions of respondents were 6.6% malnutrition, 28.6% normal, 30.8% overweight, and 31.4% obesity. The Pearson correlation test showed a very weak and insignificant positive relationship between total fiber intake with BMI value (p=0.255 and r=0.121).Keywords: dietary fiber intake, body mass index, women of reproductive age, Madurese