Nia Novita Wirawan, Nia Novita
Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Niat dan Perilaku Pemilihan Jajanan Anak Sekolah yang Mendapat Pendidikan Gizi Metode Ceramah dan TGT Maduretno, Ida Sri; Wirawan, Nia Novita; Setijowati, Nanik
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.082 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2015.002.01.3

Abstract

AbstrakSiswa sekolah dasar merupakan kelompok yang rentan terhadap keracunan makanan. Metode ceramah merupakan metode sederhana dan sering digunakan dalam pendidikan gizi, tetapi responden cenderung pasif sedangkan metode Team Game Tournament (TGT) merupakan metode berbasis permainan menarik dan disukai anak SD. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan niat dan perilaku pemilihan jajanan sehat pada siswa kelas 5 SDN Tumpakrejo 1 dan 2 menggunakan metode ceramah dan metode TGT. Desain penelitian yang digunakan adalah quasy experimental study dengan pre-test and post-test design. Jumlah sampel adalah 42 orang, yang diambil dengan cara total sampling yaitu memilih seluruh siswa kelas 5B SDN Tumpakrejo 1 sebagai kelompok TGT dan seluruh siswa kelas 5 SDN Tumpakrejo 2 sebagai kelompok ceramah. Variabel yang diteliti adalah niat, perilaku di sekolah dan rumah terkait pemilihan jajanan pada kedua kelompok berdasarkan pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan niat yang signifikan pada kedua kelompok (p<0,05) tetapi tidak ada perbedaan niat yang signifikan antara kedua kelompok setelah diberi pendidikan gizi. Perilaku di sekolah menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok dan juga antara kedua kelompok setelah diberi pendidikan gizi. Tidak terdapat perbedaan perilaku di rumah yang signifikan pada kedua kelompok dan juga antara kedua kelompok setelah diberi pendidikan gizi. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa metode ceramah lebih baik dalam meningkatkan niat sedangkan TGT lebih baik dalam meningkatkan perilaku di sekolah walaupun kedua metode tersebut cukup efektif meningkatkan niat dan perilaku di sekolah. Namun kedua metode kurang efektif dalam meningkatkan perilaku jajanan di rumah.Kata Kunci: pendidikan gizi; niat; perilaku; jajanan Abstract Elementary school students is a group that is suspectible to suffer from food poisoning. Lecture is a simple method and frequently used in nutritional education, but respondent is passive when this method is used while Team Game Tournament (TGT) is an interesting playing-based method and preferred by elementary school children. The aim of this study was to determine the differences of snacking intention and behaviour of the fifth grade students in SDN Tumpakrejo 1 and 2 using lecture and TGT method. This research was a quasy experimental study with pre-test and post-test design. Forty two samples were recruited, by using total sampling, from all students in 5B at SDN Tumpakrejo 1 as TGT group and all fifth grade students at SDN Tumpakrejo 2 as lecture group. This research variables were snacking intention, behaviour in the school and home in both groups based on before-after measurements. The results showed that there was a significant improvement of intention in both groups (p<0,05) but no significant difference of intention between groups after nutritional education was given. Snacking behaviour in the school had a significant difference in both groups and also between groups. But snacking behaviour in the home had no significant difference in both groups and also between groups. Based on the study finding, it was concluded that lecture improves intention more than TGT while TGT improves more snacking behaviour in the school although both methods were effective in improving snacking intention and behaviour in the school. Both were not effective in improving snacking behaviour in the home. Keywords: nutrition education, intention, behaviour, snacks
Asupan Serat dan Tekanan Darah WUS Madura Penderita Tekanan Darah Tinggi di Malang (Fiber Intake and Blood Pressure among Madurese People Residing in Malang) Sari, Novita; Rahmawati, Widya; Nugroho, Fajar Ari; Wirawan, Nia Novita
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 3, No 1 (2016)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.394 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2016.003.01.1

Abstract

AbstrakPenelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kejadian obesitas sentral pada suku Madura lebih tinggi dibandingkan suku Jawa. Obesitas sentral meningkatkan risiko kejadian penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi. Menurut Riskesdas, 2013, prevalensi kurang makan buah dan sayur di Jawa Timur adalah 90,5%. Konsumsi rendah serat memiliki risiko menderita hipertensi 4,5 kali lebih besar dibandingkan dengan sampel yang mengkonsumsi serat cukup. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan asupan serat dan tekanan darah pada Wanita Usia Subur (WUS) dengan tekanan darah tinggi di Kecamatan Kedungkandang. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah WUS usia 19-44 tahun sebanyak 48 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Analisis menggunakan uji korelasi Spearman dengan tingkat kemaknaan 95%. Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak terdapat sampel yang asupan seratnya sesuai dengan anjuran. Hasil uji korelasi Spearman, hubungan antara asupan serat dengan tekanan darah sistolik maupun diastolik tidak bermakna secara statistik (p=0,787 ; p=0,521). Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara asupan serat dengan tekanan darah. Kata kunci : asupan serat, tekanan darah AbstractPrevious research which was conducted in Madurese and Javanese ethnic groups showed that the incidence of central obesity in Madurese ethnic group was higher than the Javanese. Central obesity increases the risk of incidence of degenerative diseases such as high blood pressure. According to Riskesdas, 2013, the prevalence of eating less fruit and vegetables in East Java were about 90.5%. People with low consumption of dietary fiber have a risk of suffering from hypertension, 4.5 times greater than the respondents with enough dietary fiber. The purpose of this study was to determine the correlation of dietary fiber intake with blood pressure in WUS with high blood pressure in Kecamatan Kedungkandang. The design of this study was a descriptive cross sectional analytic approach. Respondents in this study were 19-44 years of age WUS as many as 48 people. Respondents retrieval technique using purposive sampling technique. Analysis using Spearman correlation test with significance level of 95%. The result of the research showed that the respondents did not consume the appropriate dietary fiber intake. Spearman correlation test results, shown the correlation between dietary fiber intake with systolic and diastolic blood pressure were not statistically significant (p = 0.787 ; p = 0.521). It can be concluded that there was no statistical relationship between dietary fiber intake with blood pressure, but there was a trend where more and more dietary fiber intake, the lower the systolic and diastolic blood pressure at WUS with pre hypertension and hypertension.Keywords: dietary fiber intake, blood pressure
Ketersediaan dan Keragaman Pangan serta Tingkat Ekonomi sebagai Prediktor Status Gizi Balita (The Availability and Diversification of Food as Well as Economic Status as the Predictor of Nutritional Status of Children Under 5 Years Old) Wirawan, Nia Novita; Rahmawati, Widya
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 3, No 1 (2016): Suplemen "Malang Current Issues On Nutrition (MCION)"
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (472.93 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2016.003.Suplemen.9

Abstract

 Penyebab tidak langsung dari masalah gizi balita adalah ketersediaan pangan dan keragamannya. Ketersediaan dan keragaman pangan ini tidak terlepas dari tingkat sosial ekonomi keluarga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dari keragaman pangan, ketersediaan pangan, dan tingkat ekonomi dengan status gizi balita di Kota Malang. Penelitian cross-sectional dengan metode multistage sampling pada 57 kelurahan di kota Malang dilakukan pada 115 keluarga yang mempunyai balita pada tahun 2014. Keragaman pangan tingkat rumah tangga diukur dengan kuesioner Household Dietary Diversity Score (HDDS), ketersediaan pangan rumah tangga dengan Household 7-days-food record, tingkat ekonomi dengan indikator jenis dan total pendapatan, persen pengeluaran untuk pangan (%PP) serta status gizi balita dengan indikator z-skor BB/TB, BB/U, dan TB/U. Analisis dilakukan dengan uji korelasi Spearmann/Pearson dan Fisher’s exact.  Rata-rata usia balita adalah 24,22 ± 15,74 bulan terdiri dari laki-laki 61 (53%) dan 54 (47%) perempuan. Prevalensi balita kurus 12,17%, pendek 26,09%, dan berat badan kurang 11,3%. Median HDDS adalah 9 dengan ketersediaan energi/kapita/hari sebesar 983,28 (631,58; 2210,97) kkal/kapita/hari. Rata-rata total pendapatan per rumah tangga adalah Rp.1.176.576±1,94 dan Rp.374.47±1,9 per kapita. Adapun %PP  sebesar 59,13±1,8%. Terdapat hubungan negatif antara z-skor BB/TB dan HDDS dengan dengan %PP (p=0.042, r=-0.19 dan p=0,002 dan r=-0,29) serta hubungan positif antara HDDS dengan jumlah pendapatan (p<0,001 dan r=0,378). Z-skor BB/TB juga mempunyai hubungan dengan jenis pendapatan (p<0,05). Kesimpulannya bahwa ada hubungan antara keragaman pangan dan pendapatan (jumlah dan jenis) dengan Z-skor BB/TB sehingga hal ini dapat digunakan sebagai prediktor status gizi.Kata Kunci: Keragaman pangan; ketersediaan pangan; status gizi; HDDS  The underlying cause of malnutrition among children under the age of five is food availability and food diversity. These factors are related to economic level of the household. The aim of this study was to assess the correlation betwen food availability and diversity as well as economic status and nutritional status of children under five in Malang City. A cross-sectional study with multistage sampling method from 57 villages in Malang city was conducted among 115 households having underfive age children in 2014. Food diversity was measured using  Household Dietary Diversity Score questionnaire (HDDS), household food availability using Household 7-day-food record, economic status using the indicator types of income, total income, and proportion of food expenditure (%FE). WHZ, WAZ and HAZ were used to determine nutritional status. Analisis was performed by Spearmann/Pearson correlation and Fisher’s exact.  The average age of children was 24,22 ± 15,74 months, consisting of 61 (53%) male and 54 (47%) female. Prevalence of wasting was 12,17%, stunting 26,09% and underweight 11,3%. Median HDDS was 9, food availaibilty in term of energy/person/day was 983,28 (631,58; 2210,97) kcal/person/day. The average income per household was Rp.1.176,576±1,94 and Rp.374.47±1,9 per person. Proportion of food expenditure was 59,13±1,8%. There was a negative correlation between WHZ and HDDS with %FE (p=0.042, r=-0,19 dan p=0,002 dan r=-0,29) and positive correlatition between HDDS and total income (p<0,001 dan r=0,378). WHZ was also correlated with types of incomes (p<0,05). The conclusion was that dietary diversity and income (types and amount) was correlated with WHZ. Therefore these indicators can be used as a predictor of nutritional status. Key words: dietary diversity; food availability; nutritional status; HDDS
Sensitifitas dan Spesifisitas IMT dan Lingkar Pinggang-Panggul dalam Mengklasifikasikan Kegemukan pada Wanita (Sensitivity and Specificity of Body Mass Index and Waist-Hip-Ratio in Classifying Obesity on Woman) Wirawan, Nia Novita
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 3, No 1 (2016)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (361.322 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2016.003.01.6

Abstract

AbstrakPersen lemak tubuh merupakan indikator paling tepat untuk mengidentifikasi kegemukan namun memerlukan alat yang relatif mahal dan untuk pengukuran tebal lemak bawah kulit memerlukan keterampilan pengukur yang tinggi. Indikator yang sering digunakan dalam penentuan kegemukan di masyarakat adalah Indeks Masa Tubuh (IMT), Lingkar pinggang (Lipi), dan rasio lingkar pinggang panggul (RLPP). Namun uji sensitifitas dan spesifisitas ketiga parameter tersebut terhadap hasil pengukuran persen lemak tubuh perlu dilakukan. Sebanyak 185 subyek wanita usia 20-49 tahun dipilih secara convenience. Persen lemak tubuh didapatkan dari pengukuran tebal lemak suprailiac dengan skinfold caliper dan dihitung dengan rumus Sirri dan Durnin Womersly. Uji sensitifitas dan spesifisitas dilakukan menggunakan Receiver Operator Characteristic Curve (ROC). Cut-off persen lemak tubuh yang digunakan untuk mengklasifikasikan kegemukan adalah ≥32% dan ≥28%. Diagnostic power dari pengukuran IMT, Lipi, dan RLPP ditentukan berdasarkan area di bawah kurva (area under the curve (AUC)). Median IQR usia responden adalah 33 (27; 44), rata-rata IMT 24,49±0,01; Lipi 79,27±1,15, dan RLPP 0,83±0,085. Berdasarkan kurva ROC maka IMT dan lingkar pinggang mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi kegemukan yang sangat baik (AUC >0,9) dibandingkan dengan RLPP (AUC 0,79-0,8) sehingga RLPP mempunyai validitas lebih rendah dibanding IMT dan Lipi. Penggunaan cut-off IMT 25 kg/m2 dalam mengklasifikasikan kegemukan mempunyai nilai spesifisitas yang sangat baik (97%) namun sensitifitas jelek (60%).  Adapun Lipi  dengan cut-off 80 cm mempunyai spesifisitas 98% dan sensitifitas 70%; RLPP dengan cut-off 0,8 mempunyai sensitifitas dan spesifisitas tingkat sedang (70% dan 70%). Sehingga direkomendasikan cut-off dengan sensitifitas dan spesifisitas optimal untuk IMT adalah 21,41-22,7 kg/m2 dan 73,9-76,08 cm untuk Lipi.Kata kunci: sensitifitas, kegemukan, lingkar pinggang, RLPP, IMT. AbstractPercent body fat is the most appropriate indicator for identifying obesity. However this indicator requires sophisticated instruments and a high skillful personel. Some alternative indicators mostly used in community are body mass index (BMI), waist circumference (WC) and waist hip ratio (WHR). This study aims to assess sensitivity and specificity of these three indicators by comparing with two percent body fat (BF) cut-off, i.e. 32% and 28%. A total of 185 female subjects aged 20-49 years old was selected using convenience sampling. BF was derived from suprailiac skinfold thickness that was measured by using skinfold caliper and calculated using Sirri and Durnin Womersly formula. Sensitivity and specificity were performed by Receiver Operator Characteristic Curve (ROC). Diagnostic power from BMI, WC and WHR was defined based on the area under the curve (AUC). Median IQR of respondents ages was 33 (27; 44) years with the mean±SD of BMI was 24,49±0,01 kg/m2; WC 79,27±1,15cm and WHR 0,83±0,085. BMI and WC have better diagnostic power compared to WHR (AUC >0,9 and 0,79-0,8, respectively). The use of 25 kg/m2 BMI  and 80 cm of WC cut-off was shown to have a very good specificity (97 and 98%) but poor and fair sensitivity (60% and 70% respectively), whereas for 0,8 cut-off for WHR it has  fair sensitivity and specificity (each 70%). Therefore, this study suggested to use a lower cut-off of BMI and WC for classifying Indonesian women based on optimal sensitivity- specificity i,e. 21,41-22,7 kg/m2 for BMI and 73,9-76,08 cm for WC.Keywords: sensitivity, obesity, waist circumference, waist hip ratio, BMI.
Gambaran Masalah Gizi pada 1000 HPK di Kota dan Kabupaten Malang (Illustration of Nutritional Problem in the First 1000 Days of Life in Both City and District of Malang, Indonesia) Rahmawati, Widya; Wirawan, Nia Novita; Wilujeng, Catur Saptaning; Fadhilah, Eriza; Nugroho, Fajar Ari; Habibie, Intan Yusuf; Fahmi, Ilmia; Ventyaningsih, Agustiana Dwi Indiah
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 3, No 1 (2016): Suplemen "Malang Current Issues On Nutrition (MCION)"
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.412 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2016.003.Suplemen.3

Abstract

AbstrakMasa 1000 hari pertama kehidupan (HPK) merupakan masa terpenting dalam daur kehidupan manusia.  Status gizi pada 1000 HPK akan mempengaruhi terhadap  kualitas kesehatan, intelektual dan produktivitas pada masa yang akan datang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji gambaran status gizi pada 1000 HPK di wilayah Kota dan Kabupaten Malang. Penelitian ini menganalisis database dan laporan kegiatan survey gizi (Pre Dietetics Internship, Program Studi Ilmu Gizi-Universitas Brawijaya) di wilayah Kota dan Kabupaten Malang dalam kurun waktu Februari 2012-Februari 2016 dengan sasaran ibu hamil (n 777), ibu menyusui (n 718), bayi (n 638) dan baduta (n 554). Status gizi diukur menggunakan metode antropometri, indikator status gizi ibu hamil: IMT sebelum hamil, LILA dan peningkatan BB/minggu; ibu menyusui: IMT dan LILA; bayi dan baduta: z-score BB/PB, PB/U dan BB/U. Asupan zat gizi diperoleh melalui metode 24h recall. Pola pemberian ASI, MP ASI dan faktor yang mempengaruhi status gizi dikaji menggunakan kuesioner terstruktur. Seluruh data disajikan dalam statistik deskriptif. Hasil menunjukkan bahwa prevalensi masalah gizi pada subyek ibu hamil, menyusui, bayi dan baduta masih tergolong tinggi dan sedang. Sebanyak 18,9% ibu hamil kurus dan 30,3% gemuk di awal kehamilan, serta penambahan BB/minggu kurang=49,3%. Status gizi kurang pada ibu menyusui=8,4%. Kurus dan pendek termasuk kategori “masalah sedang” pada bayi dan baduta (kurus: 7,5% vs. 7,8%; pendek: 21,0% vs. 21,2%). Prosentase pemberian ASI termasuk tinggi (94,4%), namun pemberian prelakteal dan MP ASI dini tinggi (52,8% dan 66,5%), dan ASI Eksklusif rendah (28,8%). Masalah gizi di Kota dan Kabupaten Malang masih merupakan tantangan untuk diatasi.Kata Kunci: status gizi, ibu hamil, ibu menyusui, baduta, ASI Eksklusif AbstractThe first 1000 day of life is the most important period in human life. Nutritional status during this period highly influences the quality of health, cognitive and productivity in the future. This research aims to assess the nutritional status of the first 1000 days in City and District of Malang. This research analyses the database and report of nutritional survey (Pre Dietetics Internship, Nutritional Study Program University of Brawijaya) in area of City and District Malang from February 2012-February 2016. The research subjects included pregnant women (n 777), lactating mother (n 718), infant (n 638) and children under two year (n 554). Nutritional status was measured by using anthropometry method, with indicators for pregnant women: BMI pre pregnancy, MUAC and pregnancy weight gain; for lactating mother: BMI and MUAC; infant and under two year children: z-score weight-for-length, length-for-age dan weight-for-age. Nutrient intake was obtained by using 24h recall. Breastfeeding pattern, complementary feeding practice, and factors associated with nutritional status were collected by using structured questionnaire. All data was presented using descriptive statistics. Result shows that nutritional problem among pregnant women, lactating mother, infant and children under two year children was categorized into high and medium. There were 18,9% and 30,3% of pregnant women entering their pregnancy with underweight and overweight problem; and 49,3% low pregnancy weight gain. The percentage of underweight in lactating mother was  8,4%. Wasting and stunting in infant and children under two year were categorized as “medium problem” (wasting: 7,5% vs. 7,8%; stunting: 21,0% vs. 21.2%). There was 94,4% of infant receiving breastmilk. However exclussive breastfeeding practice only accounted for  28,8%, since there were 52,8% dan 66,5% of them received prelacteal and early complementary food. Nutritional problems in City and District Malang are still a challange and need to resolve.Keyword:  nutritional status, pregnant women, lactating mother, children under two year old, exclusive brestfeeding 
Asupan Serat dan IMT Wanita Usia Subur Suku Madura di Kota Malang Shanti, Karina Muthia; Andarini, Sri; Mutiyani, Mira; Wirawan, Nia Novita; Rahmawati, Widya
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 4, No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.73 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2017.004.01.1

Abstract

AbstrakKonsumsi serat dapat berdampak positif terhadap kesehatan, salah satunya dapat menurunkan Indeks Massa Tubuh (IMT) melalui penurunan berat badan. IMT yang tinggi yaitu >23,0 kg/ m2 menunjukkan status gizi berada pada kondisi gizi lebih. Wanita Usia Subur (WUS) dengan kondisi gizi lebih dapat memberikan dampak pada siklus reproduksi wanita seperti infertilitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan serat dengan IMT pada WUS suku Madura di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional dilaksanakan pada sampel WUS usia 18-44 tahun suku Madura di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang, selama Februari-Juni 2014. Sampel dipilih dengan teknik purposive sampling hingga diperoleh sejumlah 91 responden. Pengukuran tinggi badan dan berat badan dilakukan untuk memperoleh data IMT, sedangkan data asupan serat diperoleh dengan metode weighed food record pada satu hari biasa dan satu hari akhir pekan. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata asupan serat sebesar 7,16±3,13 g/ hari. Proporsi status gizi responden yaitu 6,6% gizi kurang, 28,6% normal, 30,8% overweight, dan 31,4% obesitas. Berdasarkan uji korelasi Pearson, diperoleh hubungan positif yang sangat lemah dan tidak signifikan antara asupan serat total dengan nilai IMT (p= 0,255 dan r= 0,121).Kata kunci: asupan serat, indeks massa tubuh, wanita usia subur, suku Madura AbstractDietary fiber intake can have a positive impact on health, one of which can reduce Body Mass Index (BMI) through weight loss. High BMI (>23.0 kg/m2) indicates overnutrition status. Overnutrition status on women of reproductive age (WRA) can impact the reproductive cycle such as infertility. This study aims to determine the correlation between total dietary fiber intake and BMI among Madurese women of reproductive age in Kedungkandang Malang. This observational research with cross sectional approach was conducted on Madurese women aged 18 to 44 years old in Kedungkandang Malang from February to June 2014. Samples were chosen by purposive sampling technique and obtained 91 respondents. Body height and weight measurements were performed to obtain BMI data, whereas fiber intake data were obtained using weighed food record method on a weekday and one day on weekend. The results showed an average fiber intake of 7.16 ± 3.13 g/day. The nutritional status proportions of respondents were 6.6% malnutrition, 28.6% normal, 30.8% overweight, and 31.4% obesity. The Pearson correlation test showed a very weak and insignificant positive relationship between total fiber intake with BMI value (p=0.255 and r=0.121).Keywords: dietary fiber intake, body mass index, women of reproductive age, Madurese
Hubungan Indeks Massa Tubuh, Asupan Lemak, dan Mikronutrisi, serta Aktivitas Fisik terhadap Tekanan Darah pada Wanita Usia Subur Andarini, Sri; Wirawan, Nia Novita; Rahmawati, Widya; Maulidiana, Annisa Rizky
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 30, No 4 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2019.030.04.8

Abstract

Hipertensi merupakan salah satu penyakit dengan prevalensi tertinggi di Indonesia maupun di Kota Malang. Hipertensi pada wanita usia subur akan meningkatkan resiko pre-eklampsi/eklampsi pada masa kehamilan. Pada tahun 2012, angka kematian ibu yang disebabkan oleh pre-eklampsi/eklampsi adalah sebesar 34,88%. Penelitian ini bertujuan untuk: Pertama, mengkaji hubungan antara indeks massa tubuh (IMT), asupan lemak, mikronutrisi (Na, K, Ca, Mg) serta aktivitas fisik dengan tekanan darah, kedua, mengevaluasi faktor yang dominan berhubungan dengan tekanan darah. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross-sectional design. Total responden sebanyak 150 wanita berusia 18-44 tahun di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Pengukuran tekanan darah, berat dan tinggi badan dilakukan secara replikasi. Aktifitas fisik diukur menggunakan perhitungan Metabolic Equivalent of Task. Hubungan antara faktor resiko yang diteliti dengan tekanan darah diuji menggunakan uji korelasi Spearman's rank dan Regresi Linier Ganda dengan tingkat signifikansi p&lt;0,05. Hasil penelitian menunjukkan 31.3% responden tergolong pre-hipertensi dan 12% responden tergolong hipertensi. Terdapat korelasi positif yang signifikan antara tekanan darah dengan IMT (p=0,000) dan asupan lemak (p=0,015). Selain itu, uji regresi menunjukkan bahwa IMT merupakan faktor dominan terhadap tekanan darah. Asupan lemak hanya berpengaruh terhadap tekanan darah diastolik. Sedangkan asupan mikronutrisi dan aktivitas fisik tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan tekanan darah. 
ENHANCING EARLY CHILDHOOD EDUCATORS' KNOWLEDGE IN MEASURING THE NUTRITIONAL STATUS OF YOUNG CHILDREN Fahmi, Ilmia; Maulidiana, Annisa Rizky; Ariestiningsih, Ayuningtyas Dian; Wirawan, Nia Novita
Caring: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 4, No 2 (2024): CARING Jurnal Pengabdian Masyarakat (Agustus 2024)
Publisher : Caring: Jurnal Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.caringjpm.2024.004.02.2

Abstract

Early childhood educators are one of the main elements in providing appropriate stimulation and monitoring the growth and development of children aged 0 - 6 years so that they do not experience nutritional and health problems, for example stunting. Early childhood growth, especially weight and height, is very important to monitor through routine monthly measurements and determining nutritional status using a growth curve. Early childhood educators face several obstacles in carrying out nutritional status monitoring activities, such as teachers' lack of knowledge and skills in carrying out anthropometric measurements, the use of growth curves to determine nutritional status and limited equipment. The aim of this community service is to increase the knowledge of the educators in Malang Regency, especially Pakisaji sub-district, to measure and monitor the nutritional status of preschool children. Community service activities were carried out on early October 2023 at the Nutrition Department and were attended by 44 participants. Before the activity begins, participants first fill out a pre-test form to determine their level of knowledge. Participants are given education about the correct way to measure nutritional status in early childhood. A total of 39 participants completed the pre-test and post-test completely with an average pre-test score of 43.72 and post-test 75.13, an increase in score of 30 points. It can be concluded that community service activities increase the knowledge and skills of the educators in measuring the nutritional status of early childhood.
Tinjauan Pustaka Sistematis Analisis Akurasi Aplikasi Digital dalam Perhitungan dan Penilaian Status Gizi Anak di Bawah Lima Tahun: A Systematic Review of Digital Applications Accuracy for Calculating and Assessing Nutritional Status of Children Under Five Years Kurniawan, Dedik; Wirawan, Nia Novita; Tolle, Herman
Amerta Nutrition Vol. 9 No. 3 (2025): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition)
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/amnt.v9i3.2025.545-556

Abstract

Background: The increasing use of digital applications to analyze nutritional status of children under five years offers significant progress in public health. However, the accuracy and precision of these tools continue to be a concern due to variations in data quality and user proficiency. Objectives: This study aimed to systematically evaluate the accuracy and precision of digital applications in calculating and assessing nutritional status of children under five years. Methods: A comprehensive systematic review was conducted by searching PubMed, ScienceDirect, and Google Scholar databases for relevant studies published between 2010 and 2024. The study followed the PRISMA 2020 guidelines for article selection. Risk of bias was assessed using QUADAS-2 for diagnostic studies, then data were analyzed descriptively through a narrative synthesis of results on accuracy, data input methods, and user proficiency. Discussions: The results showed that out of 925 initially identified articles, 13 met the inclusion criteria and were further analyzed. Advanced algorithms, particularly K-Nearest Neighbor (K-NN) and other machine learning models had high accuracy when supported by quality data and adequate user training. Moreover, real-time IoT-based tools showed high precision in nutritional assessments. Challenges remain in ensuring accurate data entry and algorithm updates to meet the needs of diverse populations. Conclusions: Digital applications present promising accuracy and precision in evaluating nutritional status of children under five. However, continuous improvement in data quality and user training is essential for the optimal implementation in public health interventions.
Determinants of stunting in urban and rural areas of Indonesia: A systematic review Fanny Dewi, Tjokorda Istri Anom; Wirawan, Nia Novita; Muslihah, Nurul
AcTion: Aceh Nutrition Journal Vol 10, No 3 (2025): September
Publisher : Department of Nutrition at the Health Polytechnic of Aceh, Ministry of Health

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30867/action.v10i3.2690

Abstract

Stunting, a chronic form of undernutrition, is linked to impaired growth, delayed cognitive development, and adverse health and economic outcomes across the life course. Environmental, socioeconomic, and behavioral variations between urban and rural settings contribute differently to stunting risk, although the evidence remains fragmented. This study systematically reviewed the determinants of stunting in urban and rural Indonesia to provide a comprehensive and contextual understanding. The review followed the PRISMA guidelines, with searches conducted in PubMed, Scopus, and Web of Science restricted to the past ten years. The methodological quality of the eligible studies was appraised using the Joanna Briggs Institute (JBI) Critical Appraisal Tools. From 659 initial records, 11 studies met the inclusion criteria: 4 focused on urban settings, 4 on rural settings, and 3 covered both. The prevalence of stunting in rural areas of Indonesia reached 53,3%, compared to 34,9% in urban areas. Rural stunting is primarily associated with structural and service-related limitations, including inadequate health services, sanitation, and maternal education. In contrast, urban stunting was more strongly associated with behavioral factors, particularly unhealthy dietary practices such as excessive snack consumption. These findings highlight the need for context-specific interventions, prioritizing structural improvements in rural areas and promoting healthier dietary behaviors in urban areas.