Heni Nur Kusumawati
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

HUBUNGAN PERNIKAHAN USIA DINI DAN POLA ASUH BADUTA (0- 23 BULAN) TERHADAP KEJADIAN STUNTING Zulhakim Zulhakim; Suryo Ediyono; Heni Nur Kusumawati
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada Vol. 13 No. 1, Januari 2022
Publisher : Universitas Kusuma Husada Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (217.156 KB) | DOI: 10.34035/jk.v13i1.802

Abstract

Pernikahan usia dini < 20 tahun dapat mempengaruhi status gizi anak yang dilahirkan. Ibu yang menikah di usia dini, status gizi anak berisiko mengalami kekurangan gizi, kurus dan gizi buruk. Tujuan untuk mengetahui hubungan pernikahan dini dan pola asuh bayi usia dua tahun (0-23 bulan) dengan kejadian stunting.Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain potong lintang terhadap 82 orang bayi usia dua tahun usia 0-23 bulan dari ibu belum menikah usia dini. Ibu mengatakan menikah usia dini bila usia ibu saat menikah <20 tahun. Status gizi bayi usia dua tahun diperoleh dari z-score PB/U, analisis data menggunakan uji Chi-square. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 73,2% wanita usia 18-20 tahun sudah menikah, sedangkan usia 15-17 tahun sebanyak 26,8%. Persentase stunting bayi usia dua tahun dari ibu yang belum menikah usia 15-17 tahun sebanyak 36,4%, sedangkan pada kelompok usia 18-20 tahun yang menikah sebanyak 41,7% bayi usia dua tahun yang stunting. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan antara ibu menikah usia dini dengan kejadian stunting pada bayi usia 2 tahun usia 0-23 bulan (p = 0,664). Persentase hasil pola asuh ibu yang baik sebanyak 30,4%, dengan kejadian stunting dan pola asuh ibu yang tidak baik sebanyak 61,5% dengan kejadian stunting. Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang signifikan p=(P<0,05) antara pola asuh ibu dengan kejadian stunting. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pernikahan dini dengan kejadian stunting (P=0.664). Marriage early age <20 years can affect the nutritional status of children born. Mothers who get married at an early age, nutritional status of children at risk of having a short, skinny nutrition and malnutrition. The aim to determine the relationship of early marriage and parenting two year old baby (0- 23 months) and the incidence ofstunting. This study was an observational study using cross-sectional design of the 82 people two year old baby aged 0-23 months of unmarried mothers early age. Mom said to get married early age when maternal age at married <20 years. Two year old baby nutritional status obtained from the z-score PB / U, data analysis using Chi-square test. These results indicate that as many as 73.2% of women aged 18-20 years were married, while the 15-17 age as much as 26.8%. Two year old baby stunting percentage of unmarried mothers early age 15-17 as much as 36.4%, while in the age group 18-20 years were married as much as 41.7% two year old baby that stunting. This shows there is no relationship between mother married an early age on the incidence of stunting in two year old baby aged 0-23 months (p = 0.664). Percentage yield good mother parenting as much as 30.4%, with the incidence of stunting and parenting are not good mothers as much as 61.5% in the incidence ofstunting. Thust he results oft his study showed asignificant relationship = (P<0.05) between maternal parenting style with the incidence of stunting. There is no significant relationship between early marriage with the incidence of stunting (P =0.664).
Kemanfaatan Terapi Akupunktur Terhadap Penurunan Asam Urat dan Kolesterol Darah Dikombinasi dengan Diet Rendah Purin, pada Pasien Hiperurisemia di Kota Surakarta Sumanto; Joko Tri Haryanto; Heni Nur Kusumawati
Jurnal Terapi Wicara dan Bahasa Vol. 1 No. 2 (2023): Juni 2023
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59686/jtwb.v1i2.55

Abstract

Asam urat merupakan hasil metabolisme normal dari asupan makanan hewani dan nabati (makanan hewani terutama dari daging, hati, ginjal, dan makanan nabati terutama jenis sayuran seperti kacang dan buncis) atau dari penguraian senyawa purin yang seharusnya akan dibuang melalui ginjal, feses, atau keringan. Apabila tubuh mengalami kelebihan produksi asam urat dan atau mengalami kesulitan membuangnya maka asam urat akan tertimbun atau defosit kristal didalam persendian Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui kemanfaatan terapi akupunktur dikombinasi diet rendah purin terhadap penurunan kadar asam urat darah pada pasien hiperuresemia. Penelitian ini akan dilakukan di Posyandu lansia di Kota Surakarta untuk kelompok laki laki dan wanita berusia 55-70 tahun. Hasil dari penelitian ini analisis data sebelum dan sesudah perlakuan akupunktur tunggal menunjukkan kadar asam urat menrun secara signifikansi sebanyak p = 0.000, menunjukkan penurunan kadar kolesterol darah secara signifikansi sebesar p = 0.000, menunjukkan penurunan kadar trigliserida sebesar p = 0.005. pada Perlakuan Akupunktur Dikombinasi Diet Rendah Purin menunjukkan kadar asam urat menrun secara signifikansi sebanyak p = 0.003, menunjukkan penurunan kadar kolesterol darah secara signifikansi sebesar p = 0.000, menunjukkan penurunan kadar trigliserida sebesar p = 0.267.