Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

SABUN RUMPUT LAUT NEGERI LASKAR PELANGI Apriyanto, Haris; Hafizh, Awwab; Zahara, Siti; Pebriandi, Eka
Program Kreativitas Mahasiswa - Kewirausahaan PKM-K 2013
Publisher : Ditlitabmas, Ditjen DIKTI, Kemdikbud RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.342 KB)

Abstract

The most commonly used chemicals for making the soaps are less safe for human skin. Soap contains ingredients that are safe and nutritious for the skin need to be developed. Seaweed is one of the potential mariculture commodities in Bangka Belitung Islands Province.. The purpose of this activity is the utilization of seaweed for making the soap using direct experimental methods in order to generate the profit. Business analysis was performed to determine the advantages and feasibility. This study revealed that seaweed can be used as raw material for making safe and profitable soap with a soft texture. Keywords: soap, seaweed, safe, nutritious, soft
PERBANDINGAN LEBAR PENAMPANG UNTUK ALAT UKUR KEKERINGAN GABAH MENGGUNAKAN JEMBATAN WHEATSTONE BERBASIS ARDUINO UNO Bobi Khoerun; Apriyanto, Haris; Suryapringga, Zulmi Harsoni; Rohman, Naufal Fadhlu; Karsid, Karsid; Fatwasauri, Icha
JEECAE (Journal of Electrical, Electronics, Control, and Automotive Engineering) Vol. 8 No. 2 (2023): JOURNAL OF ELECTRICAL, ELECTRONICS, CONTROL, AND AUTOMOTIVE ENGINEERING (JEECAE
Publisher : Pengelolaan Penerbitan Publikasi Ilmiah (P3I) Politeknik Negeri Madiun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32486/jeecae.v8i2.633

Abstract

Gabah yang terlambat dikeringkan akan berdampak buruk terhadap kualitas beras. Hal ini disebabkan gabah yang dipanen dengan kadar udara tinggi dan kondisi lembab mengalami respirasi yang cepat. Akibatnya gabah membusuk, berjamur, berkecambah atau mengalami reaksi pencoklatan enzimatis sehingga nasi berwarna kuning/kuning kecoklatan. Kandungan udara maksimum yang dimiliki oleh gabah kering adalah antara 12-14%. Oleh karena itu, dibutuhkan alat ukur kadar air gabah sehingga kekeringan gabah dapat dipantau.  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan lebar penampang pada alat ukur tingkat kekeringan gabah menggunakan jembatan wheatstone berbasis Arduino Uno. Penelitian ini melibatkan perbandingan lebar penampang yang berbeda pada alat ukur yang sama, dengan menganalisis pengaruhnya terhadap akurasi pengukuran tingkat kekeringan gabah. Hasil analisis ini diharapkan dapat memberikan wawasan lebih lanjut tentang bagaimana lebar penampang mempengaruhi akurasi pengukuran dan membantu dalam pengembangan alat ukur yang lebih presisi untuk menilai tingkat kekeringan gabah. Lebar penampang yang diteliti yaitu ukuran 1,5cm, 2,5cm, 3cm, dan 4cm. Berdasarkan hasil perhitungan dan percobaan, penampang dengan lebar 4cm menunjukkan keakuratan yang sesuai. Penampang ini menghasilkan nilai error kadar air sebesar 0,3% hingga 0,6% dan rata-rata error tegangan antara 0,052 VAC hingga 0,694 VAC menggunakan resistor 2,2MΩ. Hasil ini menunjukkan bahwa alat ukur dengan penampang 4cm mampu memberikan hasil yang mendekati nilai yang sebenarnya. Oleh karena itu, penampang dengan lebar 4 cm dapat dianggap sebagai pilihan yang baik untuk pengembangan alat ukur tingkat kekeringan gabah menggunakan jembatan wheatstone berbasis arduino uno.
ALAT UKUR TINGKAT KEKERINGAN GABAH MENGGUNAKAN JEMBATAN WHEATSTONE BERBASIS ARDUINO UNO DENGAN METODE KOMPARASI TEGANGAN DAN KEKERINGAN Khoerun, Bobi; Apriyanto, Haris; Karsid; Fatwasauri, Icha; Fadhlu Rohman, Naufal; Harsoni Suryapringga, Zulmi; Budiman Pepbriari, Rizky
JURNAL REKAYASA ENERGI Vol. 3 No. 1 (2024): Jurnal Rekayasa Energi
Publisher : Politeknik Negeri Indramayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31884/jre.v3i1.51

Abstract

Pada budidaya tanaman padi untuk menghasilkan beras kualitas terbaik maka gabah harus dijemur di bawah sinar matahari atau dengan menggunakan alat pengering buatan. Gabah yang terlambat dikeringkan akan menurunkan kualitas beras. Hal ini dikarenakan karena kadar air dan kelembaban yang terlalu tinggi. Oleh karena itu, dibutuhkan alat yang dapat mengukur tingkat kekeringan gabah. Penelitian ini membuat alat ukur tingkat kekeringan gabah menggunakan prinsip jembatan wheatstone. Tujuannya adalah merancang alat ukur kekeringan gabah menggunakan jembatan wheastone berbasis arduino dan membandingkan hasilnya dengan alat ukur moisture meter. Rangkaian ini berisikan 3 resistor ukuran serupa, 1 potensiometer dan pipa PVC yang diisi dengan gabah yang di dalamnya diberi penampang sebagai sensor. Kemudian dihubungkan dengan sebuah sumber tegangan dari function generator sebesar 3,5 VAC. Kemudian kedua Vout dari rangkaian jembatan wheatstone akan dimasukkan pada port A0 dan GND pada arduino untuk mengolah program yang didasari dari fungsi persamaan eksponen yang dibuat pada matlab untuk menampilkan kekeringan pada layar LCD. Untuk hasil perbedaan persentase antara alat ukur kekeringan menggunakan jembatan wheatstone dengan moisture meter, dimana gabah kering 12% dari alat ukur kekeringan dengan jembatan wheatstone, sedangkan pada moisture meter adalah 12,5%. Untuk gabah kering 14,6% pada alat kekeringan menggunakan jembatan wheatstone, sedangkan pada moisture meter 14,7%. Kekeringan gabah paling basah sebesar 29,2% menggunakan rangkaian jembatan wheatstone, sedangkan moisture meter sebesar 30%.
PERBANDINGAN LEBAR PENAMPANG UNTUK ALAT UKUR KEKERINGAN GABAH MENGGUNAKAN JEMBATAN WHEATSTONE BERBASIS ARDUINO UNO Bobi Khoerun; Apriyanto, Haris; Suryapringga, Zulmi Harsoni; Rohman, Naufal Fadhlu; Karsid, Karsid; Fatwasauri, Icha
JEECAE (Journal of Electrical, Electronics, Control, and Automotive Engineering) Vol. 8 No. 2 (2023): JOURNAL OF ELECTRICAL, ELECTRONICS, CONTROL, AND AUTOMOTIVE ENGINEERING (JEECAE
Publisher : Pengelolaan Penerbitan Publikasi Ilmiah (P3I) Politeknik Negeri Madiun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32486/jeecae.v8i2.633

Abstract

Gabah yang terlambat dikeringkan akan berdampak buruk terhadap kualitas beras. Hal ini disebabkan gabah yang dipanen dengan kadar udara tinggi dan kondisi lembab mengalami respirasi yang cepat. Akibatnya gabah membusuk, berjamur, berkecambah atau mengalami reaksi pencoklatan enzimatis sehingga nasi berwarna kuning/kuning kecoklatan. Kandungan udara maksimum yang dimiliki oleh gabah kering adalah antara 12-14%. Oleh karena itu, dibutuhkan alat ukur kadar air gabah sehingga kekeringan gabah dapat dipantau.  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan lebar penampang pada alat ukur tingkat kekeringan gabah menggunakan jembatan wheatstone berbasis Arduino Uno. Penelitian ini melibatkan perbandingan lebar penampang yang berbeda pada alat ukur yang sama, dengan menganalisis pengaruhnya terhadap akurasi pengukuran tingkat kekeringan gabah. Hasil analisis ini diharapkan dapat memberikan wawasan lebih lanjut tentang bagaimana lebar penampang mempengaruhi akurasi pengukuran dan membantu dalam pengembangan alat ukur yang lebih presisi untuk menilai tingkat kekeringan gabah. Lebar penampang yang diteliti yaitu ukuran 1,5cm, 2,5cm, 3cm, dan 4cm. Berdasarkan hasil perhitungan dan percobaan, penampang dengan lebar 4cm menunjukkan keakuratan yang sesuai. Penampang ini menghasilkan nilai error kadar air sebesar 0,3% hingga 0,6% dan rata-rata error tegangan antara 0,052 VAC hingga 0,694 VAC menggunakan resistor 2,2MΩ. Hasil ini menunjukkan bahwa alat ukur dengan penampang 4cm mampu memberikan hasil yang mendekati nilai yang sebenarnya. Oleh karena itu, penampang dengan lebar 4 cm dapat dianggap sebagai pilihan yang baik untuk pengembangan alat ukur tingkat kekeringan gabah menggunakan jembatan wheatstone berbasis arduino uno.