Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

BACK MATTER JURNAL EKOLOGI KESEHATAN VOL 18 NO.3 TAHUN 2019 Athena Anwar
JURNAL EKOLOGI KESEHATAN Vol 18 No 3 (2019): JURNAL EKOLOGI KESEHATAN VOL 18 NO.3 TAHUN 2019
Publisher : Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (211.308 KB) | DOI: 10.22435/jek.v18i3.3043

Abstract

BACK MATTER JURNAL EKOLOGI KESEHATAN VOL 18 NO.3 TAHUN 2019
PERBANDINGAN RISIKO KESEHATAN PENGGUNAAN ADITIF FTALAT DAN NON FTALAT PADA BAHAN PLASTIK KEMASAN MAKANAN Eva Laelasari; Athena Anwar; Tities Puspita
JURNAL EKOLOGI KESEHATAN Vol 20 No 1 (2021): JURNAL EKOLOGI KESEHATAN VOLUME 20 NOMOR 1 TAHUN 2021
Publisher : Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jek.v20i1.3683

Abstract

ABSTRACT The use of plastic-based food packagings has become an option considering their practicality and affordability. However, it is necessary to be aware of the health risks caused by exposure of phthalate plasticizer additives. This article aims to determine the comparison of risks of using phthalate and non-phthalate as plasticizers by scoping review method. The articles were searched through Google Scholar, Pubmed, and official website portals. After categorizing process, we obtained 41 articles for review refference. The result showed that phthalates are categorized as toxic compounds which have risks to disrupt endocrine glands activities. One of the phthalate compounds widely used as plasticizer is di-(2-ethylhexyl) phtalat, which is categorized into Group 2B (probably carcinogenic). Human biomonitoring values for six phthalate compounds vary from 0.02 to 8 mg/kg/day, while alternative plasticizer compounds ranging from 100 to 1,000 mg/kg/day. These alternative phthalate compounds are relatively safer because they do not easily migrate into food or drinks. There is no regulation due to phthlate restriction as plasticizer in Indonesia. Therefore, it is necessary to design the relevant regulation and we recommend the safer non-pthalate alternatives for plasticizers. Keywords: Plasticizer, Phthalate, Non-phthalate, Health risks ABSTRAK Penggunaan kemasan makanan berbahan dasar plastik menjadi pilihan karena dinilai praktis dan harganya terjangkau. Namun perlu diwaspadai risiko kesehatan dari pajanan aditif plastik berupa pemlastis yang terbuat dari senyawa ftalat. Artikel ini bertujuan untuk melakukan tinjauan perbandingan risiko penggunaan pemlastis berbahan ftalat dan alternatif non ftalat dengan metode scoping review. Penelusuran artikel melalui portal Google Scholar, Pubmed, dan situs resmi pemerintah/lembaga. Setelah melalui proses pengkategorian, diperoleh 41 artikel yang digunakan sebagai referensi tinjauan. Dari hasil tinjauan literatur diperoleh informasi bahwa senyawa ftalat dikategorikan dalam senyawa toksik dan berisiko mengganggu kerja kelenjar endokrin. Bahkan salah satu senyawa ftalat yang banyak digunakan sebagai aditif pemlastis, yaitu di-(2-ethylhexyl) phtalat, dikategorikan ke dalam Golongan 2B (probably carcinogenic). Nilai human biomonitoring untuk enam senyawa ftalat bervariasi pada kisaran 0,02–8 mg/kg/hari, sedangkan nilai untuk pemlastis alternatif berkisar antara 100-1000 mg/kg/hari. Senyawa alternatif non ftalat dianggap aman karena tidak mudah bermigrasi memajani makanan atau minuman. Di Indonesia belum ada regulasi yang mengatur pembatasan ftalat sebagai pemlastis, karena itu perlu dirancang regulasi terkait dan merekomendasikan alternatif pemlastis non ftalat yang aman bagi kesehatan. Kata kunci: Pemlastis, Ftalat, Non ftalat, Risiko kesehatan
AKURASI ALAT DETEKSI SODIUM DALAM URIN SECARA OTOMATIS DENGAN METODE ELECTRODA SELEKSI ION KERING Basuki Budiman; Kartika Pela; Aya Yuriesta Arifin; Ferbriani Ferbriani; Amalia Safitri; Dwi Anggraini; Rinda Ayu Dewi; Athena Anwar
GIZI INDONESIA Vol 41, No 1 (2018): Maret 2018
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v41i1.240

Abstract

Inductively Couple Plasma (ICP) is a standard method to detect urinary sodium. However, the urinary sodium analysis method has a limitation in which the process to free sodium from molecules is not digest thoroughly. Ionic Selected Electrode (ISE) method is the better option. A New authomatic instrument Na-K-Cl automatic digital analyser that is “Spotchem EL 1520” using ISE method (dry ISE) was developed but the application to detect urinary sodium has not yet done. The purpose of this trial was to test the accuracy of the instrument in detecting urinary sodium. A number of 100 people  aged 20-64 years participated in the trial by  collecting around 50 mL fresh urine. Urinary sodium was analysed by ICP method in chemical laboratory and by ISE method using the digital analyser instrument. A number of 6 out of 100 urine sample did not meet a minimum volume requirement to be analysed by ICP method but it was able to be analysed using ISE method. The instrument was able to detect urinary sodium more than 132 (SD:77,81) mmol/L compared to Laboratory ICP method 79.38 (SD: 47,50) mmol/L. The Sensitivity of the instrument to detect sodium in urine was 97.6% (95% CI : 87.1-99.9%) and the Specivicity was 58 % (95% CI: 44.7-71.9). The trial also analysed urinary creatinine with aution instrument. A number of 10 urine sample was analysed by private clinical laboratory as quality control.  Aution is semi quantitave digital analyser and the result was inline with quantitative (controlled sample). The automatic digital analyser can be used as alternative for conventional analyses of urinary sodium.ABSTRAKMetode deteksi konsentrasi sodium dapat dilakukan dengan metode ICP atau ISE.  Saat ini telah dikembangkan alat deteksi sodium metode ISE kering yang dapat diterapkan pada sampel serum maupun urin. Uji coba alat dilakukan di laboratorium terpadu Badan Litbang Kesehatan di Bogor. Sebanyak 100 orang partisipan terlibat dalam uji coba. Partisipan  adalah penduduk di sekitar kantor dan honorer penelitian kohor tumbuh kembang di Bogor. Partisipan diminta specimen urin di laboratorium dan diperiksa kadarnya pada hari itu juga. Dua alat yang diuji coba adalah Na-K-Cl digital analyzer, (Spotchem EL 1520, arkray dengan metode ISE kering) dan creatinine aution, semi kuantitatif (arkray). Keduanya menggunakan urin sebagai specimen. Uji coba dimulai dengan pemeriksaan deteksi kreatinin karena pemeriksaan harus kurang dari 24 jam. Sebanyak 50 sampel diperiksa berurutan tanpa jeda, kemudian diteruskan 50 spesimen lainnya. Kesepakatan supervisor, diperiksakan 10 specimen diperiksa di laboratorium swasta yang ada di Bogor sebagai pembanding. Ujicoba alat Na-K-Cl analyzer dengan 100 specimen urin dilakukan  tanpa jeda. Pembanding hasil periksa alat ini adalah pemeriksaan urin metode ICP di laboratorium terpadu dan dikerjakan oleh analis kimia yang berpengalaman. Dari segi proses, kedua alat tidak ditemukan masalah saat ujicoba. Kedua alat ini digunakan untuk memeriksa 25 spesimen per hari. Hasil kadar kreatinin setelah dibandingkan dengan hasil periksa di laboratorium swasta secara grafik bagus walaupun dengan nilai absolut berbeda. Uji statistik menunjukkan Se 97,6 dan Sp 58. Hasil deteksi dengan alat ini lebih sensitive dibandingkan dengan laboratorium.Kata kunci: Inductively Couple Plasma ( ICP), Ionic Selected Electrode (ISE), sodium urin
Partisipasi Wanita dan Upaya Pencegahan DBD di Puskesmas Payung Sekaki: Studi Pemberdayaan Masyarakat di Kota Pekanbaru Rachmalina Soerachman; Rina Marina; Athena Anwar; Yusniar Ariati; Zahra
Aspirator Vol 14 No 2 (2022): Jurnal Aspirator Volume 14 Nomor 2 2022
Publisher : Perkumpulan Entomologi Kesehatan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58623/aspirator.v14i2.15

Abstract

Penyakit Demam Berdarah Dengue masih menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia, dalam mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan penguatan sistem surveilans di masyarakat sebagai sistem deteksi dini untuk mencegah timbulnya penyakit. Salah satu upaya pencegahan Demam Berdarah adalah melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik yang menitikberatkan pada pembinaan keluarga oleh puskesmas, lintas sektoral tingkat kecamatan serta kader kesehatan, dengan tujuan agar keluarga dapat berperan aktif dalam pemantauan dan pemberantasan jentik nyamuk vektor serta kasus DBD. Tujuan artikel ini adalah untuk memberikan alternatif solusi terkait Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit dengan penguatan upaya promotif dan preventif melalui pemberdayaan masyarakat. Penelitian dilakukan di Kota Pekanbaru di Kelurahan Payung Sekaki. Disain penelitian adalah metode quasi experimental with control. Gambaran intervensi yang dilakukan dengan metode PAR (Participatory Active Research) terhadap intervensi Jurbastik, yang diawali dengan pertemuan terhadap stakeholder, tokoh masyarakat, upaya promosi kesehatan. Hasilnya adalah G1R1J sudah dilaksanakan di wilayah penelitian namun belum seluruh masyarakat mengetahui program G1R1J. Peran wanita dalam keluarga dan di masyarakat dapat ditingkatkan dengan peningkatan kapasitas sebagai motivator dan pendampingan pihak yang terkait G1R1J. Pendampingan dan workshop mampu meningkatkan kapasitas motivator kader perempuan menjadi koordinator jumantik yang merupakan ujung tombak sosialisasi G1R1J di masyarakat.